Garuda mendapatkan tehnik kelimanya, sekaligus yang terakhir. Shield Skill: Fifth Truth - Rice And Cotton. Memulihkan luka, dan mengembalikan light armor yang rusak. Sebuah tehnik pendukung. Biasanya aku akan berkomentar sesuatu jika mendapat tehnik penyembuh, tapi saat ini aku sedang tidak ingin berkomentar apapun.
Aku sendirian di dalam kamar. Harusnya bukanlah hal yang mengejutkan lagi mengingat turnamen ini hanyalah dibuat untuk satu orang terbaik, dan sekarang aku berada di bagian akhirnya. Hanya saja... aku merasa sangat marah. Aku harus berlatih.
"Elli..." Saras memanggilku. Disebelahnya sudah ada Ann dan Budi. Semenjak pertandingan sebelumnya, Budi jadi sedikit lebih akrab dengan mereka. Ya, semenjak pertandingan sebelumnya...
Aku tidak tahu apa yang mereka lihat dari mukaku, tapi Ann serta Saras terlihat khawatir, dan walaupun Budi juga melihat kearah lain, wajahnya mengisyaratkan hal serupa. "Maaf, saat ini aku ingin berlatih." Mereka tidak perlu mengkhawatirkanku, mereka harusnya mengerti perasaanku.
"Kami mengerti perasaanmu," ucap Ann. "Tapi sebaiknya kau tidak berlatih di dalam hutan."
"Kenapa?"
"Coba perhatikan." Budi menunjuk kearah hutan yang ingin kutuju. Tidak ada apa-apa. Tapi beberapa saat kemudian, ada asap keunguan yang muncul, dan banyak burung yang terbang menjauh dari sekitar itu. Aku tahu apa yang terjadi. Aku tahu siapa yang berada disitu.
"Baguslah. Dengan begitu ini bisa selesai sebelum pertandingan dimulai."
"Elli... kau tahu Nero. Dia adalah orang berbahaya yang akan menggunakan semua cara agar bisa menang."
Aku tahu betul itu. Dia hanyalah seorang pengecut yang akan melakukan hal licik jika akan kalah. Jika dia melihatku berada di dalam hutan, dimana peraturan tidak berlaku disana, dia pasti akan berusaha menghabisiku. Tapi aku harus ambil resiko itu. Aku... "Aku tidak bisa hanya berdiam disini."
"Tidak ada yang memintamu berdiam saja. Kami hanya memintamu menjauhi hutan itu." Satu persatu dari mereka kemudian mengeluarkan Inguan andalan mereka. Crysta, Kong, serta Tigris. "Gunakan Inguan kami sebagai alat latihanmu."
"Kalian..." Ah... kemarahan ini membuatku lupa. Aku lupa bahwa aku tidak lagi sendiri. Setelah berminggu-minggu disini, aku telah menjalin ikatan dengan beberapa orang. Mereka yang masih mendukungku bahkan ketika mereka sudah keluar dari turnamen ini. Aku tidak lagi sendirian. Sekarang aku punya teman yang bersedia membantuku.
Hari yang kunantikan tiba. Hari ini sebenarnya tidak akan terjadi jika waktu itu aku diam saja. Tapi aku tidak menyesalinya. Sebaliknya, aku akan menyesal jika pertandingan ini tidak akan terjadi.
"Hm... seharusnya kau tidak meminta ini. Kau membuang kesempatanmu untuk hidup kembali, dan sekarang kau tidak akan mendapatkannya lagi." Orang itu mengucapkannya dengan wajah tersenyum sinis. Aku ingin tahu berapa lama dia bisa tersenyum seperti itu. Aku masih ingat saat dia panik dan takut ketika hampir kalah dulu. Dan hari ini... dia akan kubuat merasakan rasa takut yang lebih dari itu.
"Ayo kita mulai saja."
"Hm, ayo habisi dia! Bola Api!"
"Garuda, bersiap."
Ledakan terjadi. Nero mulai tertawa melihat serangan pertamanya berhasil mengenai Garuda dengan mudah. Dia berpikir jika pertandingan ini akan mudah dan berakhir dengan cepat, tapi saat asap dari ledakan itu menghilang, dia berhenti tertawa. Dia terkejut melihat Garuda masih berdiri dengan tegap. Tidak ada bekas luka apapun. Serangan api itu tidak berdampak apa-apa.
"Cih, tadi itu cuma beruntung saja." Kali ini dia memerintahkan Inguan-nya menembakkan tiga bola api secara berturut-turut. Mungkin dia berpikir bahwa Garuda hanya bisa melindungi dirinya dari satu kali serangan, makanya dia melakukan itu. Tapi... itu juga tidak berguna. Tiga bola api itu juga tidak berdampak apa-apa pada Garuda. Sudah kuduga dia hanya pecundang. Seharusnya jika dia memang pemain Inguan peringkat atas, dia harusnya melihat cara kerja tehnik Garuda dari pertandingan sebelumnya. Perisai yang melindungi Garuda tidak akan hilang sampai dia menggunakan tehniknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elli - The Adventure in Another World (END)
FantasíaDikumpulkan dalam satu tempat. Satu keinginan yang sama. Tapi hanya satu orang yang bisa mendapatkannya. Ketika permainan yang sedang terkenal menjadi kenyataan, dan menjadi penentu nasib banyak jiwa. Sanggupkah sang pemain nomor satu menunjukkan ke...