5. Sarapan

1.2K 123 29
                                    

"Putri, kami akan memindahkan beberapa barang pribadi mu ke kamar Yang Mulia." Ucap Medive dengan berat hati, ia cemas akan keadaan Elaine yang harus tinggal bersama Vernon.

Hal yang cukup lumrah dan wajar jika suami-istri tinggal bersama. Tapi yang menjadi masalah disini yaitu suaminya seorang Vernon. Siapa yang tidak ngeri harus berada dekat pria itu? Medive saja yang tiap harinya cuma berpapasan dengan Vernon, bisa sampai gemetar dan merinding. Apalagi Elaine yang sekarang ditugaskan melayani sang Raja?

Elaine mengangguk lemah.

"Sebentar lagi adalah jam mandi Yang Mulia, kau harus segera tiba disana, Putri." Kali ini Yara yang mengangkat suara. Walau ragu, ia tetap harus memperingatkan Elaine agar gadis itu terhindar dari amukan Vernon.

Elaine mengangguk.

Detik kemudian, mereka bergegas dan berjalan ke istana barat.

Butuh beberapa waktu dalam perjalanan ke ruang Giosis- tempat tinggal Vernon. Posisi tempat tinggal Vernon bersebrangan dengan tempat tinggal Elaine. Vernon di barat, sedangkat Elaine ada di timur. Namun, tampaknya waktu panjang yang dihabiskan untuk kesini tidak terasa sama sekali. Malahan Elaine merasa kenapa waktunya begitu cepat dan hanya sebentar untuk ke ruangan ini?

Menelan ludah, Elaine mengumpulkan semua kekuatan dalam dirinya agar lebih bersiap serta menguatkan hati, karena ia tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh Vernon.

Saat daun pintu terbuka, disitulah Elaine mempersiapkan kehidupan nerakanya.

"Salute, Putri." Pamit Yara dan Medive bersamaan saat Elaine memasuki ruang Giosis. Keduanya hanya bisa mengantar sampai dipelataran pintu, tidak bisa ikut masuk.

Pintu tertutup. Elaine menengok ke belakang sekilas sebelum akhirnya ia kembali menghadap depan. Matanya berkeliaran mengintai semua interior gelap diruangan. Elaine sangat-sangat tidak menyukai nuansa tempat tinggal Vernon.

Menakutkan.

Kaki itu berjalan ke ruang lain, yaitu kamar Vernon. Elaine menyibak pelan tirai yang menjadi pembatas kamar tidur Vernon dengan ruang utama tadi. Gadis itu melakukannya dengan perlahan karena takut membangunkan si pria.

Setelah berhasil masuk. Nafas Elaine langsung tercekat karena mendapati sosok Vernon yang terbaring lurus dan kaku dengan topeng yang masih tersemat diwajah dinginnya. Sungguh, Elaine serasa melihat mayat.

Elaine mengayunkan kaki dengan langkah kecil, ia menaruh pelan barang bawaannya. Detik kemudian, ia berjalan lagi pelan-pelan untuk masuk ke ruang pemandian yang ada disebelah kamar tidur.

"Hahhhh...." Helaan napas panjang terdengar. Elaine menghirup udara sebanyak-banyaknya dan mengeluarkannya lagi. Akhirnya bisa bernapas lega.

Usai mengatur pernapasan, Elaine baru menjalankan tugas pertamanya disini. Mula-mula ia menuangkan cairan beraroma pinus, lalu meneteskan cairan lain dengan wangi musk. Beberapa menit setelahnya, Elaine baru menaburkan violet leaf.

Elaine mempelajari tata cara persiapan mandi Vernon semalaman. Tak hanya itu, ia juga diharuskan mengetahui apa yang disukai dan tidak sukai Vernon, baik makanan, kebiasaan dan lainnya. Elaine juga harus tahu kapan Vernon bangun, mandi, makan, serta yang lain-lain. Seperti sekarang, ini adalah waktunya Vernon bangun dan menuju ke pemandian.

Jantung Elaine berdegup kencang. Ia menundukkan kepala dan berdiri dekat pintu- menunggu Vernon masuk untuk memberi hormat.

Bulu kuduknya merinding saat merasakan aura gelap menghampiri. Derap langkah kaki Vernon terdengar nyaring ditelinga Elaine. Pendengarannya menjadi lebih sensitif dan peka saat berada ditempat tinggal ini.

BEHIND THE MASK (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang