16. Dingin

1K 125 39
                                    

Badan Elaine terdiam kaku.

Netra coklat itu memandanginya sejak tadi.

Yang bikin Elaine bingung ialah arti tatapan yang tertuju padanya. Terdapat bendungan bening yang tak terlalu banyak, sedikit merah tapi terlalu menusuk.

"Yang Mulia?"

Elaine tidak mengerti.

Kenapa?

Ada apa dengan Vernon?

Apa laki-laki itu marah?

Apa laki-laki itu sedih?

Yang mana?

Ia buru-buru berdiri disaat Vernon bangkit dari pemandian. Elaine bergegas mengambil handuk dan hendak mengelap tubuh pria itu namun handuk yang ia pegang dirampas. Elaine tersentak oleh tindakan barusan.

Tak jauh dari sana, Elaine meraih pakaian yang telah ia siapkan pada Vernon.

"Yang Mulia."

Kali ini Elaine jauh lebih terkejut lantaran Vernon yang lagi-lagi merebut paksa dan memakainya sendiri.

"Yang Mulia."

Tidak ada sahutan.

Vernon memungut topeng miliknya dan memasangnya kembali ke muka. Setelah itu, ia berjalan keluar, menyisakan Elaine yang kebingungan.

***

Ruang makan.

Elaine sudah menyiapkan beberapa hidangan untuk sarapan Vernon, namun pria itu tak kunjung datang. Mungkin sedang tidak berselera?

Elaine mencoba untuk menunggu lagi.

Pagi menjelang sampai siang.

Elaine menunggu selama itu.

Sarapan yang ia buat tidak tersentuh sama sekali. Elaine menghela napas, menatap berbagai menu yang ia bikin dengan sepenuh hati dan semangat karena baru kembali ke tempat ini. Namun apa daya, semua makanan itu harus terbuang sia-sia.

Elaine bangkit dari tempat duduknya. Gadis dengan rambut coklat panjang itu mengemasi tatanan hidangan dan segera merapihkan meja.

Terdengar helaan napas gusar setelah kembali melihat pada meja yang kini sudah bersih.

Elaine beranjak ke kamar Vernon. Pria itu masih saja bergumul dengan serangkaian kertas dan dokumennya. Sesekali tangan berurat tersebut menulis beberapa patah kata disana yang Elaine sendiri tidak tahu apa itu.

"Salute, Yang Mulia." Sapa Elaine membungkukkan badan sebentar— sebelum akhirnya ia menengadahkan kepala.

Apa yang tengah dikerjakan oleh Vernon sampai-sampai pria yang paling di agungkan seluruh Soverin itu melewatkan sarapan dan enggan menghiraukannya?

Mata Elaine tertuju pada muka Vernon yang ditutupi oleh topeng. Topeng yang membuat Elaine penasaran kenapa harus selalu dipakai? Wajah Vernon tidak cacat dan tidak meninggalkan sedikitpun bekas luka. Kenapa ia memakai topeng? Gilanya, siapapun yang melihat langsung wajah telanjang pria tersebut, harus dihukum mati.

Kenapa?

Banyak misteri yang Elaine coba kulik. Ia sangat penasaran tapi juga sekaligus takut.

"Yang Mulia, apakah kau butuh sesuatu lagi? Aku akan membantumu menyiapkannya."

Vernon tidak menyahut.

"Kau belum sarapan, atau mau langsung aku buatkan makan siang?"

Hanya suara guratan tulisan yang terdengar.

BEHIND THE MASK (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang