Yusha Chapter

164 4 0
                                    


Saat itu, di umur Yusha yang ke 15 tahun. ia masuki kamar ibunya, menemukan ibunya tergeletak dengan busa dimulutnya. Badan Yusha menegang, kakinya lemas terjatuh. Banyak botol obat-obatan berserakkan didepan matanya. Bahkan Yusha tidak dapat berteriak untuk meminta pertolongan.

'Bun, aku ikut' pikirnya matang.

Yusha mengumpulkan obat-obatan yang berserakkan. Tangannya gemetar.

'Air' pikirnya.

Botol air yang jatuh namun masih menyisakan sedikit air diraihnya.

'Ugh, ayo telen lagi' batinnya setelah menelan 5 pil itu.

"Huekk" Yusha bersikeras menahan mualnya.

"Tuan Yusha, Anda dica.." Steven terkejut melihat apa yang terjadi.

Steven mengecek nafas dan nadi Nyonya besarnya. Nadinya sudah tidak ada, ia langsung memanggil ambulan dan meminta rekannya untuk memanggil Tuannya.

Tubuh Yusha melemas, kepalanya seakan akan meledak. Tubuhnya mulai panas dan matanya berkunang-kunang

"Tuan Yusha, jangan tidur dulu" Panggil Steven menahan kesadaran Yusha yang menipis.

Yusha sudah tidak dapat mendengar suara dengan jelas. Ucapan Steven samar-samar terdengarnya seperti radio rusak.

"Ada apa ini?" Gevan datang melihat banyak pekerja yang risuh.

"Stt, jangan lihat" Ucap Steven dan langsung menghampiri Gevan untuk menutupi matanya.

Gevan sektretaris Yusha dan Yuhan yang hanya berbeda 1 tahun dari si kembar. Ia adalah anak dari Steven yang sejak awal sudah tinggal dirumah Yoga. Saat itu Gevan mengikuti ayahnya bekerja dirumah Yoga. Memang beberapa kali Steven membawanya untuk bermain dengan Yusha. Kini, Gevan menjadi sekretaris si kembar.

"Yusha!" Yoga langsung membawanya ke kamar mandi begitu melihat Yusha.

"Muntahin ayo" Yoga menyogok tenggorokkan anaknya, berharap Yusha memuntahkan semua obat yang ditelannya.

"egh egh... ay.. ya. hh"

Yusha mencoba menyingkirkan tangan ayahnya.

'ayah sakitt.. aku mau ikut bunda' pikirnya tanpa bisa berbicara.

Tenaganya tidak sebanding, ia tidak bisa menarik tangan ayahnya yang semakin menyodok tenggorokkannya itu.

"Hueek.."

Berhasil, Yoga membuat Yusha memuntahkan obat yang telah susah payah ia telan. Setelah itu Yusha kehilangan kesadarannya.

Tak lama, petugas medis datang membawa istri dan anak Yoga. Gevan yang berada ditempat, sekilas melihat Yusha tidak sadarkan diri digendongan Yoga.

Sesampainya disana...

Sang ibu tidak dapat diselamatkan dan Yusha sudah terbaring di ruang rawat setelah perutnya dipompa.

Diumurnya yang hanya 15 tahun, Yusha merasakan hampa hidup. Ia masih ingin keberadaan ibunya disisinya.

"Ayah, Yusha mau ikut bunda" Ucapnya setelah bangun dari tidurnya.

"Ayah gamau kehilangan kamu"

"Yusha ga mau hidup tanpa bunda!"

"Jangan tinggalin ayah, ayah cuma sendiri kalau kamu pergi"

"Maaf ayah, aku harus nyusul bunda" Ucap Yusha gemetar.

Yusha melepas infusnya dan mencoba bangkit.

"Maaf ayah"

"Jangan begini sayang"

Yoga menahan Yusha dan berhasil menekan tombol merah diatas kasur.

"Yusha tidak peduli! Yusha mau ikut bunda, mungkin Yuhan juga ada disana"

Yusha semakin histeris dan mengejutkan dokter yang tiba. Terpaksa mereka memberikan obat penenang padanya.

"Hus, awas!" Tenaga Yusha tidak main-main. 4 orang pun kesulitan menahannya.

Csss..

Dokter menyuntikkan obat penenang, membuat Yusha meringis kemudian tertidur.

"Yusha butuh penanganan professional, silahkan hubungin dokter pada kartu nama berikut atau bawa ia ke psikiater" Ucap dokter cantik yang menanganinya.

Setelah 6 bulan, mereka beraktivitas seperti biasa walapun seminggu sekali Yusha harus ke psikiatri untuk terapi. Walaupun membaik, penyakitnya ini tidak akan sembuh. Saat mendapat trigger, Yusha sering kali mencoba mengakhiri hidup.

Ayahnya sadar, marahnya jugalah trigger untuk Yusha. Rasa kesepian dan kesendirian mendidih ketika Yoga tidak disampingnnya.

Hal ini membuat Yoga sering kali membius Yusha setelah memarahinya. Terbukti, Yusha tidak mencoba bunuh diri setelahnya.

***

Two of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang