END

148 5 0
                                    

Di esok hari...

"Dokter lepas infusnya ya"

Sedangkan Yusha masih menangis dan meronta-ronta sejak Kei memasuki ruangan.

"Gapapa sayang" Ucap Yoga memeluk Yusha.

"Gak mau! Jangan sakitin Yusha lagi" Ucap Yusha sambil menangis.

"Aaau.." Rintihnya merasakan infus yang dilepasnya.

"Ga, ini obat yang harus rutin dia minum, wajib, salah satunya ada obat penenang biar dia ga banyak mikir dan tidur, jangan buat dia sendirian dan ngelakuin aktifitas berat dulu ya" Ucap Kei ke Yoga pelan.

"Okeyy, kapan dia harus kesini lagi?" Jawab Yoga

"Untuk nanti aku kabarin lagi, biar aku aja yang kerumah"

"Oke, Yusha ayo pulang"

Yusha bingung namun beranjak dari tempat tidur dan dibelakang Yoga dari Kei.

Sesampainya Yusha dirumah, ia kembali mengagumi tempat mewah tersebut. Ia menyentuh semua barang yang dilewatinya dan berkeliling tanpa sadar. Setiap sisinya ada pengawal. Bahkan dari tadi ia terus diikuti oleh pria berjas hitam.

“Yusha, sini ayah tunjukkan kamarmu” Panggil Yoga.

Yusha diam dan mengikuti pergerakan Yoga. Kakinya melangkah ke lift dan menaikinya hingga lantai 5.

‘Kamarku dilantai 5’ Pikirnya.

Yuga membukakkan ruangan didepan lift dan luasanya tidak dapat dibayangkan.

‘Ini sangat menabjukan’ Pikir Yusha.

“Ini kamarmu, kamu suka?”

“Bagus” Jawab Yusha dengan senyumnya.

“Tapi, Ayah..?” Ucap Yusha ragu.

“Yaa sayang, kenapa?” Jawab lembut Yoga.

“Kamu ayah?”

“Iya kamu anakku”

“Makan yuk” Lanjut Yoga

Yusha menggeleng, ia masih tidak enak badan untuk memakan sesuatu.

Yoga memaklumi anaknya dan tidak mau memaksakan untuk makan takut Yusha malah histeris dibuatnya. Toh, nanti malam dia akan di infus saat tidur.

“Baiklah, kamu bisa kelilingi semua tempat yang ingin kamu tuju bersama Ryan”

“Halo, Tuan Yusha, perkenalkan saya Ryan yang akan menjaga tuan setiap saat”

‘Tuan?, Setiap saat?’ Yusha menganggukkan kepala walau kepalanya penuh tanda tanya.

“Ayah tinggal ya, kamu bisa main dengan Ryan”

Lagi-lagi Yusha hanya menganggguk.

Yoga berjalan memasuki lift dan menuju sebuah ruangan untuk kembali bekerja.

.

.

“Tuan, ini waktunya tidur” Ucap Ryan kepada Yusha yang tengah duduk dipinggir kolam.

Yusha hanya menggeleng, pertanda tidak mau. Sedangkan,  Kei sudah siap di ruang tamu dengan segala peralatannya.

“Ayo tuan, nanti tuan besar marah”

Yusha langsung berdiri, namun hanya berpindah untuh menjauh dari Ryan.

Ryan mengambil minum pemberian Kei tanpa pengetahuan Yusha.

“Minum dulu, Tuan”

Yusha mengambil minum dan meminumnya perlahan. Tentu, ia merasakan ada yang aneh, tubuhnya terasa lemas. Tubuhnya meluruh dan langsung ditahan Ryan kemudian diangkat ke kamarnya.

“Dia tidur?” Tanya Kei pada Ryan.

“Tidak, Yusha masih berusaha sadar”

“Aku belum mau tidur” gumam Yusha.

Kei mendekat, memakai stetoskop dan mengecek keadaan Yusha.

Yusha sedikit terkejut dan menepis lemah tangan Kei.

“Tidak apa tuan, sebentar saja” Ryan sigap menahan pergerakan Yusha.

“Jangann..” Gumamnya.

Perlahan mata Yusha tertutup lekat, ia tidak bisa membuka matanya beberapa detik membuat pikirannya mulai buram tak terasa.

“Dia masih tidak stabil, kalau sampai 3 hari besok ia masih tidak mau makan, dia harus pakai selang makan, kasian lambungnya”

.

.

Pagi hari Yusha bangun, ia melihat Ryan berdiri tegap didekat kasurnya.

Tanpa mempedulikan Ryan, Yusha bangun bergegas keluar kamar. Ryan pun ikut bergegas mengikutnya.

“Tuan, anda harus minun air putih terlebih dulu”

Yusha menutup mulutnya dan menggeleng, ia ingat kejadian tadi malam.

“Tidak apa Tuan, saya juga meminta maaf untuk yang semalam tidak akan saya ulang kembali”

Ryan meminum setengah dari air putih Tuannya.

“Ini aman Tuan” Lanjutnya dengan senyum.

Yusha menerima air tersebut dan menghabiskan sisanya.

“Tuan harus minum sedikit lagi”

Ryan mengisi ulang air tersebut dengan Yusha yang terpaksa menurutinya.

Kali ini Yusha benar-benar bingung harus apa, ia telah menjelajahi semua masionnya dan kini ia tak tau harus apa lagi.

Yusha akhirnya memilih ke kamarnya dan merebahkan diri. Sesaat ia melihat sebuah buku diatas meja belajarnya.

***
3 bulan kemudian

Mereka seakan melupakan yang pernah terjadi. Keluarga kecil itu menciptakan kehangatan bahkan menjadi rumah yang diinginkan semua orang. Hari dimulai dengan sarapan dah ocehan kecil dan ditutup dengan makan malam penuh cerita.

"Tuan Yusha, waktunya bangun" Ucap Ryan.

"Kakak ayo turun!" Teriak Yuhan dari ruang makan.

Yusha meregangkan tubuhnya dan melihat cerahnya hari. Ia bergegas keruang makan dan menghebohkan suasana.

"Ayah tau, semalam aku menghabiskan sebuah drama dan itu drama terlucu sepanjang sejarah aku menonton. Ayah sepertinya aku ingin menjadi aktor saja dari pada menjadi pengusaha....." Cerita Yusha panjang lebar.

Begini hasil didikkan Yoga. Yusha berhasil dijadikan anak cerewet dan menceritakan segala hal setelah didikannya.

"Wahh asiknya, tapi mulai besok kamu akan jarang menonton drama. Kamu harus belajar dengan Yuhan terkait perusahaan. Ayah ingin kamu menanggapi ini dengan serius dan mulailah menjaga dirimu sendiri"

"Ayah..?" Yusha tidak percaya

"Ayah, dengan begitu orang-orang akan sadar atas perubahan perilaku kakak" Jawab Yuhan

"Ayah tidak bilang kakakmu harus ke kantor. Ayah yakin keadaan makin membaik dan ajarkanlah kakakmu apa apa yang dulu ia ajarkan kepadamu. Ayah percaya Yuhan, kamu percaya ayahkan? Tanya Yoga kembali kepada Yuhan

" Iya ayah, aku akan lakukan"

Two of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang