06. B a k u H a n t a m

599 105 31
                                    

Happy reading Gees🖤

•••

Hujan masih setia jatuh dengan deras tanpa tahu rasa sakit. Sesekali Petir menggelegar. Angin datang membawa hawa dingin dimalam yang semangkin larut. Amella menatap jalanan kota dengan tatapan sendu. Lagi-lagi Amel terjebak dalam perasaan kecewa pada Gempa. Dan untuk kesekian kalinya Amel diantara pulang oleh Calva. Harapannya untuk berduaan sama Gempa sirna begitu saja.

Amel mengeratkan jaket milik Calva pada tubuhnya. Wajahnya sudah pucat lantaran dihantam hujan beberapa menit yang lalu.

Calva menoleh untuk melihat sosok gadis disampingnya.  Sekarang Calva tahu maksud Gempa minta bantuan tadi. Calva menghembus napas beratnya, sejak dulu temannya itu tidak berubah sedikitpun.

"Amel!" panggil Calva membuat gadis itu menoleh.

"I-iya?"

"Kita udah sampai," kata Calva  sontak membuat Amel mengedarkan pandangannya kearah rumahnya. "Gue antar ke depan ya."

Amel menggeleng pelan."Nggak usah Cal. Gue bisa sendiri lagian udah terlalu larut malam lo pulang aja. Oh iya terimakasih tumpangannya." ucap Amel sambil mengulas senyum manisnya.

"T-tap......," Calva mengatupkan kedua bibirnya saat Amel sudah turun dari mobilnya. Hembusan nafas panjang keluar seketika. Sebenarnya ia ingin mengatakan sesuatu pada gadis itu, tapi sepertinya Amel sengaja tidak ingin berlama-lama dengan dirinya.

"Amel sebenarnya lo cantik tapi......"

***

Pagi ini Amel dan Kevin sedang menikmati sarapan pagi. Keduanya sama-sama terdiam hanya suara sendok dan piring saja terdengar. Amel meminum air putih yang berada disampingnya.

"Pulang jam berapa semalam?"

Amel menghentikan aktivitasnya. Ia menatap Kevin yang sedang menatapnya, wajah pria itu tampak tenang walaupun Amel tahu Kevin sedang marah. Entah apa salahnya kali ini.

"Jam setengah sembilan."

"Sama siapa?" tanya Kevin membuat Amel panas dingin.

"P-pulang sama Calva, Pah."

"Kenapa?"

"Maksudnya Papa?"

"Amella! Kamu minta izin sama Papa mau main ke rumah Caca lalu kenapa diantara sama Calva Calva kamu itu."

Amella menggigit bibir bawahnya.

"Papa sudah bilang pulang kamu harus diantar supir keluarga Caca bukan?" Kali ini suara Kevin terdengar lebih tenang.

Tenang dalam kamus pria dewasa itu sama halnya dengan marah. Kata-kata yang sudah di susun oleh Amel pun seakan lenyap saat melihat mata tajam sang Ayah.

"A-amel nggak enak sama supir Caca, Pah."

"Alasan macam apa itu?" Sinis Kevin sambil meletakkan garpu dengan kasar.

Amel hanya bisa diam. Tidak mungkin ia bilang kejadian sebenarnya bukan? Lagian papanya tidak tahu soal hubungannya dengan Gempa. Kevin hanya tahu Calva lah pria yang berani mendekatinya bahkan membelanya secara terang-terangan didepan Kevin.

Amella (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang