Prolog

5 1 0
                                    

Sabtu, 7 Mei 2015
Medan, Indonesia.

Kebaya modern berbahan brokat sudah melekat di tubuh mungil wanita berdarah campuran Medan dan Inggris yang kerap dipanggil Amel atau Amelia Hasan Foster. Berkali-kali tangannya gatal memperbaiki riasan di wajah yang tampak baik-baik saja dan tidak membutuhkan sentuhan apapun lagi.

Aula gedung di dalam sekolah mulai dipadati kumpulan manusia, baik di kursi jejeran bawah dan balkon yang tergantung di lantai dua, semua tempat mulai terisi satu persatu oleh manusia. Amel hadir bersama ibunya, Maryam. Wanita paruh baya yang Amel panggil dengan sebutan ibu itu sangat cepat mengakrabkan diri ketika sudah bertemu dengan para wali murid dan beberapa tamu yang mengenalnya di dunia hukum.. maka jangan harap Bu Maryam akan peka dengan segala sesuatu di sekelilingnya. Kisah- kisah yang dimulai dari basa basi pun keluar berurutan dari mulut wanita keturunan Medan Melayu itu, sampai- sampai lupa jika ia punya anak gadis yang sudah memasang wajah masam di sampingnya.

Getar ponsel Amel tak bisa diacuhkan lagi, benda berukuran tidak kurang dari 5,1 inci itu sudah berdering sedari mereka masih berada di dalam perjalanan menuju sekolahnya. Nama Farel terpampang disana. Ibu sudah punya dunia sendiri saat ini, dan seratus persen wanita paruh baya itu tidak akan menyadari jika Amel menghilang begitu saja. Jadi untuk apa ia mengkhawatirkan kemarahan ibunya, anggap saja ini adalah kesempatan Amel untuk bisa bertemu dengan Farel, sang kekasih yang sampai detik ini belum juga mendapat restu oleh Bu Maryam untuk menjadikannya kandidat calon menantu idaman.

Mundur perlahan Amel mulai menyebar dalam himpunan manusia. Dari pesan yang diterima; Farel sedang menunggunya di rooftop sekolah, tempat favorit mereka dulu untuk bertemu secara diam-diam. Belum juga tubuhnya mencapai bagian lift, dari sisi kiri tangannya tiba-tiba seperti ditarik ke samping hingga spontan ia berhadapan dengan seseorang.

Seseorang yang .. cantik.

Kata itu seketika langsung tercetus dari benaknya saat melihat untuk pertama kali wajah bak malaikat yang begitu asing ini. "Maaf, siapa ya?" tanya Amel.

Namun ia tidak mendapat jawaban apapun, hanya ada kesedihan dan kekhawatiran yang begitu dalam dari tatapan wanita itu, seakan ia baru saja melihat ajalnya sendiri. Amel masih menunggu dan dibuat bingung sekaligus penasaran, tapi apa yang keluar dari mulut wanita itu malah menghilangkan semua kebahagiaannya begitu saja.

"Aku Tania, kamu pasti tahu.."

Amel berusaha tidak membuang muka. Ia pernah mendengar nama itu, karena orang-orang sering menyinggung si pemilik nama sebagai mantan pertama Farel. Dari desas desus yang beredar wanita itu juga pernah menjadi idola di sekolah Amel, tapi itu terjadi sebelum ia datang menjadi murid disana dan saat ia sudah tergabung di satu sekolah yang sama, Tania malah berpindah ke Jerman di tahun kedua, meninggalkan Farel begitu saja dan akhirnya kini berlabuh pada Amel.

"Kenapa ya?" Agak terdengar cuek dari nada suara Amel, ia berusaha membuang rasa minder dihadapan Tania. Selama ini telinganya sudah kebal mendengar segala pujian orang-orang terhadap kesempurnaan wanita itu serta membanding-bandingkan kelebihan mereka, dan kini secara langsung ia dipaksa untuk menyadari ketidak adilan itu. Tania memiliki wajah baby face yang kebarat-baratan dan tubuh tinggi yang begitu proporsional membuat Amel merasa seperti anak itik saat ini.

"Aku nggak bawa niat buruk selain mau kasih ini ke kamu." Dari dalam tasnya Tania mengeluarkan benda kecil yang sudah terpasang earphone. Amel tahu benda itu, itu seperti alat pemutar lagu yang dulu mungkin populer di jamannya sebelum orang-orang mengenal handphone. "Aku mau kamu dengar rekaman ini, kamu akan tahu sendiri orang seperti apa Farel."

Sudut mata Amel berkedut, ia merasakan hawa negatif yang terpancar dari balik kedatangan Tania. Tidak hanya ibu dan teman-temannya yang menentang hubungan Amel dan Farel, mengingat lelaki yang mengencaninya saat ini pernah menyandang predikat sebagai murid yang teladan menemui guru BK setiap harinya, tapi Farel juga termasuk dalam golongan pria yang digilai para kaum hawa karena wajah rupawan dan tingkah yang sulit ditebak, sifat romantis dan penyayang pun tentu menjadi nilai tersendiri, jadi menurut pemikiran Amel tidaklah heran jika mantan pacar Farel juga ikut tidak mendukung hubungan mereka.

Tipuan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang