PART 4 - BERGABUNG

545 54 2
                                    

          Mulut yang terkunci rapat sejak sepuluh menit yang lalu, tidak ada yang membuka mulutnya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


          Mulut yang terkunci rapat sejak sepuluh menit yang lalu, tidak ada yang membuka mulutnya lagi. Meskipun tidak mengenal, mereka merasa ngeri saat menatap Kenzo yang mempunyai tatapan mata tajam namun tenang.

Berbeda dengan Rhea yang sejak tadi meledek semua teman kelompoknya, khusunya Edo yang memaksa. "Kok bisa kerjain ini sih, Ken? Padahal kita beda jurusan."

Tidak ada jawaban. Kenzo bolak-balik membuka aplikasi pembuat dokumen, dan artikel dari internet, serta mengetik yang ada di isi kepalanya.

Rhea mendengus perlahan. "Kebiasaan! Nggak pernah jawab kalau ditanya."

Edo menatap Rhea dan Kenzo penuh selidik. "Siapa sih?"

"Lo siapa?"

"Lo siapa?"

"Lo siapa?"

Edo, Ferry, dan Vanya bertanya bergantian. Ia belum pernah melihat Kenzo sebelumnya. Apalagi hubungan Rhea dan Kenzo.

Kenzo masih tidak menjawab. Jemarinya terus menari-nari di atas keyboard laptop berwarna hitam itu. "Udah selesai, kamu tinggal buat salam penutup." Kenzo menolehkan kepala kepada Rhea, lalu tersenyum hangat.

Kenzo mengelus kepala Rhea. "Yang semangat, lain kali jangan ngeluh kalau ada tugas kelompok. Jangan egois, harus dikerjain bareng-bareng," lanjutnya.

"Tuhkan! Gue bener!" sahut Edo dengan percaya diri.

Si Kulkas yang ikut bergabung di sana bersama Kenzo, ikut menimpali. "Tapi cara lo salah," sahut Jeffrey.

Sejak tadi, sebenarnya Vanya memandang Kenzo dan Jeffrey dengan berbinar. Cowok good looking seperi mereka berdua memang enak dipandang. "Emang kalian siapa, sih?" tanya Vanya penasaran.

Tidak ada yang menjawab, Jeffrey memakai earphone-nya lagi, lalu mulai menyalakan musik.

Sementara Kenzo, sudah mulai berjalan pergi, kemudian diikuti oleh Jeffrey. "Thanks ya ganteng!" teriak Rhea.

"Ganjen juga lo jadi cewek," tukas Ferry.

Bibir Cindy terangkat sebelah, sedikit menunjukkan senyumnya. "Punya mulut buat jalan, jangan buat ngomong!" ketusnya kepada Ferry.

Ferry melirik Cindy datar. "Dari awal Maba sewot banget lo kalo ketemu sama gue. Kenapa, suka?"

"Kok kalian semua jadi nyolot, sih? Berisik tau nggak? Udah tau di sini tempatnya belajar, masih aja banyak bacot." Sebut saja Rhea sedang cari perhatian ke Kenzo, sang suami.

Setelah menggeser laptop kepada Cindy, Kenzo menyenggol siku Rhea pelan. "Kamu juga banyak bacot," ujarnya pelan, namun bisa didengar oleh semua orang yang berada dalam satu meja.

Rhea mengubah ekspresinya menjadi datar, sementara yang lain tertawa puas, selain Kenzo dan Jeffrey yang tetap memasang wajah datar.

Rhea mengubah ekspresinya menjadi datar, sementara yang lain tertawa puas, selain Kenzo dan Jeffrey yang tetap memasang wajah datar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RHEA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang