🌲🌲🌲
"Lo nggak perlu tau tentang gue mulai sekarang. Apa hak lo?" Pria itu berdecak kesal. Meskipun begitu, dirinya yang selalu tenang tidak akan mudah terprovokasi dengan hal-hal yang tidak penting.
Ia terus menempelkan benda pipih tersebut di telinga, mendengarkan apa yang dikatakan seseorang melalui ponsel. "Ya, terus?"
"Kamu selalu gitu! Nggak pernah peduli meskipun aku udah ngelakuin banyak hal buat kamu!" ucap seseorang di seberang sana.
Dengan apapun yang dikatakan orang itu, Kenzo tidak akan pernah menganggapnya serius. "Jangan berharap," jawab Kenzo santai.
"Nggak berharap kamu bilang? Kamu larang buat aku berharap setelah apa yang kamu lakuin waktu itu? Serius?!"
"Gue pikir lo salah paham."
"Kenzo! Kalau aku salah paham, nggak mungkin, kan, aku selalu hubungin kamu tiap hari walaupun nggak ada respon? Sikap kamu seakan-akan nggak terjadi apa-apa. Kamu hidup bahagia, sementara aku sengsara! Kamu nggak punya hati? Aku kira kamu cowok baik. Tapi, cowok baik mana yang nggak berani tanggung jawab? Dan ternyata aku salah?"
"Tanggung jawab apa, Ken?"
Suara Rhea membuat Kenzo kaget dan langsung mematikan panggilan tersebut. Meski jantungnya berdegup kencang, Kenzo sebisa mungkin menunjukkan sisi tenangnya. "Bukan apa-apa. Nggak penting juga," ucapnya tenang.
"Beneran?"
"Iya, Rhea."
Seperti biasa, Rhea percaya pada apapun yang dikatakan Kenzo. Tidak ada kecurigaan sama sekali. "Oke, aku selalu percaya sama kamu."
Tentu saja pernyataan Rhea baru saja membuat perasaan bersalah pada Kenzo bergejolak. Namun menurut Kenzo, mau bagaimanapun, hal itu memang tidak penting untuk diceritakan kepada Rhea.
Tanpa disadari, Kenzo memeluk Rhea dengan erat. "Rhea, kamu tau kalau aku nggak mau kehilangan kamu, kan?"
Mengerutkan kening curiga, Rhea melepas pelukan Kenzo karena tidak biasanya Kenzo seperti ini. "Ada apa ini? Kenapa?"
"Emang nggak boleh meluk istri sendiri?"
Rhea bergidik ngeri. "Jadi curiga. Jangan harap minta jatah! Nggak akan sebelum lulus ku-"
Ucapan Rhea terhenti setelah mendapat panggilan telepon. "Sebentar, ya," lirih Rhea, sembari melihat nama 'Sabrina' tertera di layar ponselnya.
"Siapa?"
"Sabrina."
Kenzo mengerutkan kening, ia juga ikut mengalihkan pandangannya ke layar ponsel milik Rhea. "Kamu nggak pernah bilang kalau punya teman namanya Sabrina?"
Rhea menggeleng pelan. "Enggak. Ini cewek yang kerja di kafe langgananku sama Mitha. Dia orangnya asik banget, makannya sekarang jadi temen."
Sembari menganggukkan kepala sambil bertanya-tanya kepada dirinya sendiri setelah melihat nama itu, Kenzo berdiri dari sofa. "Aku ke kamar dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEA 2
Teen Fiction[Bisa dibaca terpisah, akan lebih baik baca 'RHEA' versi lama.] Kisah lembaran baru Rhea dan Kenzo terlukis disini lagi. Kisah yang entah kapan dimulai, namun tidak akan pernah berakhir. Mereka menemukan siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya...