I

263 47 7
                                    

Suara keributan dalam bilik milik salah satu pekerja disana masih terdengar. barang-barang yang dilempar hingga pecah dan suara teriakan seorang gadis begitu memekakkan telinga.

"Aku tidak mau sialan!" Jiwoo berteriak sambil melempar bantal pada salah satu bodyguard di sana. Gadis itu masih memperlihatkan sikap penolakan. Jiwoo enggan untuk memulai pekerjaannya sebagai wanita penghibur.

Para wanita di sana menatap risih pada Jiwoo, gadis itu sejak kemarin mengamuk dan membuat mereka tidak bisa berfokus untuk mempercantik diri.

Salah satu wanita di sana mulai kesal dan kemudian memutuskan untuk menghampiri Jiwoo. Wanita dengan gaun hitam nan memikat itu menatap nyalang pada si anak baru yang sudah membuat dirinya tidak nyaman.

PLAKK

Jeong Ah menampar Jiwoo dengan keras hingga membuat gadis itu tersungkur. Wanita itu mendekat lagi dan menjambak kemudian rambut Jiwoo. "Kau pikir siapa dirimu?" Desisnya dengan tajam.

Jiwoo meringis sambil memegangi rambutnya yang dijambak Jeong Ah. Tatapan mata Jiwoo menyiratkan kebencian.

"Apa susahnya menjadi pelacur? Kau hanya perlu mengangkang dan setelah itu dapat uang. Apa itu sulit untukmu?!" Bentak Jeong Ah.

Jiwoo tersenyum culas, dan hal itu memancing kemarahan Jeong Ah.

"Wanita rendahan sepertimu mana mengerti tentang sebuah harga diri." Jawab Jiwoo dengan berani.

Jeong Ah lantas mengencangkan jambakan pada rambut Jiwoo, wanita itu juga menekan rahang Jiwoo dengan kuat. "Kau pikir kau masih punya harga diri?!" Jeong Ah balik bertanya, "Dengan kau berada disini juga menandakan kau sudah kehilangan harga dirimu, jalang!"  ujar Jeong Ah dengan penuh penekanan.

Wanita itu berhasil membungkam Jiwoo, ia mendorong gadis itu kembali ke tempat tidur. Jeong Ah menarik nafasnya, ini kali pertama dirinya marah-marah dan hal itu membuat wanita berusia 28 tahun itu kesal.

Jeong Ah kembali menatap Jiwoo dengan tajam dan membuat gadis itu menciut seketika. "Nikmati saja pekerjaanmu saat ini, gadis tolol!"

"Jika kau berani membuat masalah lagi, ku pastikan kau mati kelaparan!"

Jeong Ah berucap kasar, dan setelah itu dirinya pergi meninggalkan kamar Jiwoo. Setelah kepergian wanita itu, Jiwoo kembali menangis di tempatnya. Ia tidak mau menjadi wanita penghibur, membayangkan tubuhnya akan dicicipi oleh pria-pria hidung belang membuat Jiwoo jijik. Namun untuk keluar dari tempat ini juga bukan hal yang mudah, di sini terdapat banyak kamera CCTV dan penjagaan ketat dimana-mana. Hal itu membuatnya frustrasi bukan main. tapi ia tidak akan menyerah begitu saja. Ia akan kembali memikirkan cara untuk kabur dari tempat laknat tersebut. apapun caranya.

..

Mujin duduk dengan gaya pongahnya seperti biasa. sebelah tangannya menatap sebuah kertas dengan data diri Jiwoo di dalamnya. Ia menarik sudut bibirnya menciptakan senyum licik yang kentara.

Yoon Jiwoo sang heiress Yoon's Group berada dalam genggamannya. Sebuah kebetulan yang sangat luar biasa. bisa-bisanya gadis itu berada di pasar gelap? Kemana para pengawalnya itu? Bagaimana bisa mereka lalai menjaga sang Nona.

"Luar biasa! Kau mendapat tangkapan yang bagus, Do Gangjae." puji Mujin yang membuat Gangjae tersenyum senang mendengarnya.

"Tunggu apalagi? Bawa gadis itu kemari!" titah Mujin dengan tegas.

Sorot matanya tiba-tiba menajam, "Aku perlu berdiskusi dengan sang pewaris Group Yoon." Lanjutnya lagi dengan nada dingin.

Gangjae langsung melenggang pergi untuk menemui Jiwoo. sebenarnya ia cukup penasaran dengan rencana Tuannya. Namun untuk saat ini dirasa ia tidak perlu ikut campur, lagi pula peduli apa dirinya dengan rencana Mujin? Yang ia perlu tekankan adalah setelah ini dirinya akan mendapatkan hadiah yang besar dari Tuannya. Gangjae sudah sangat tidak sabar menantinya.

Shangri-La (Mujin - Jiwoo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang