V

182 39 12
                                    

Gadis itu terpaku menatap tubuh jangkung si pria yang berdiri tidak jauh di depannya. Tanpa sadar kedua kakinya melangkah mendekati sang pria yang berada di atas balkon kamarnya.

Jendela besar kamarnya terbuka, seketika angin berhembus dengan kencang menerbangkan aroma khas pria itu yang memikat. Menebar ke seluruh ruangan dan berakhir di penciumannya.

Malam ini, bulan kembali menunjukkan keindahannya. Beradu serasi dengan kegelapan malam. Jiwoo menatapnya lagi, menegaskan penglihatannya pada sosok di depannya.

"Choi Mujin, kau kah itu?" Dalam keheningan ia bertanya, namun pria itu masih bungkam. Jiwoo semakin mendekatkan dirinya, dan pada saat demikian lagi-lagi cahaya rembulan menyoroti tubuh pria itu.

Choi Mujin tersenyum sambil melebarkan kedua lengannya, mengajaknya dalam bentuk tatapan mata yang tajam. Untuk kesekian kali dirinya terasa dalam pengaruh genjutsu, kedua kakinya berjalan begitu saja, dan tubuhnya jatuh dalam dekapan milik pria itu.

Pria itu mendekap Jiwoo, kedua telapak tangannya yang besar dan hangat menyentuh tiap sisi wajah sang gadis. Jiwoo memejamkan mata tatkala benda kenyal nan basah itu menyentuh bibirnya. Mereka berbagi nafas dan saling mengecap satu sama lain. Ia menyukai rasa bibirnya yang manis, terasa memabukkan bercampur dengan aroma milik pria itu yang berhasil menggerus kewarasannya.

..

Kedua kelopak matanya terbuka dengan cepat. Jiwoo memaksakan diri untuk bangun dalam keadaan nafas yang tersenggal-senggal. Ia menyeka keringatnya yang bermunculan di sekitar dahi. Ia merenung dengan perasaan yang tidak menentu, dirinya baru saja memimpikan Choi Mujin.

"Semua seperti nyata, aku bahkan bisa merasakan bibirnya dengan sangat jelas."

Jiwoo memukul kepalanya hingga beberapa kali, mencoba meyakinkan diri jika semua itu memang sebuah mimpi. Namun kenapa semua terasa nyata? Aroma tubuhnya, sentuhannya. tubuhnya kembali meremang saat ia mencoba menggali ingatan pada mimpi tersebut lebih dalam. Semua itu sangat berbahaya, Jiwoo sepertinya benar-benar jatuh pada pesona milik Choi Mujin, pria asing yang ia kenal beberapa hari yang lalu.

**

"Paman!" Jiwoo memanggil Jisook dengan suara yang keras, pria yang hendak memasuki ruangannya pun berhenti dan balik menatap Jiwoo.

"Ada apa?" Tanya Jisook dengan raut wajah malas.

Jiwoo menatap pamannya dengan tajam, ia akan membahas perihal penyerangan terhadap dirinya malam tadi. Dan kebetulan pagi ini Jisook menyambangi Mansion miliknya.

"Kenapa paman jahat sekali? Kenapa paman selalu menganggu hidupku?!" Bentak Jiwoo dengan air mata yang berderai karena menahan rasa sakit.

Jisook gelagapan, ia sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan yang dilakukan oleh Jiwoo. "Apa maksudmu? Paman sama sekali tidak mengerti!" tanya Jisook.

Gadis itu tertawa sinis, ia menyeka air matanya dengan kasar dan kembali menatap tajam pria itu.
"Jangan berpura-pura lagi! Paman yang mengirim orang untuk menggangguku lagi, bukan?" Tuduh Jiwoo dengan lantang dan sontak membuat Jisook membelalakan kedua matanya.

"Semalam aku kembali diserang, dan aku yakin semua itu adalah ulahmu!" Ujar Jiwoo sambil menunjuk wajah Jisook.

Pria itu menggeram kesal, ia menarik tangan Jiwoo dan mencengkramnya dengan kasar. Dirinya tidak bisa lagi menahan diri atas sikap kurang ajar gadis itu padanya. "Jangan sembarangan menuduh orang! Mana buktinya jika semua itu perbuatanku?" Jawabnya dengan tegas dan penuh amarah.

Jiwoo merintih kesakitan, ia memberontak meminta dilepaskan dan hal itu berhasil memancing beberapa maid di sana. Jisook langsung panik dan segera melepaskan tangan Jiwoo, ia tidak mau terlihat terang-terangan memusuhi keponakannya sendiri.

Shangri-La (Mujin - Jiwoo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang