Shangri-La

187 38 9
                                    

Shangri-La / Surga indah yang tersembunyi.

Aku menariknya perlahan, merengkuh tubuhnya dan membawanya terbang tinggi untuk mengarungi hamparan kebahagiaan penuh kepalsuan.
(Choi Mujin)



Ballroom hotel di mana perayaan ulang tahun gadis bernama Bona itu sudah dipenuhi oleh tamu undangan. Mereka berasal dari kalangan atas. dan beberapa yang hadir merupakan rekan bisnis ayah gadis itu.

Gadis itu nampak cantik seperti seorang putri kerajaan, namun anehnya keindahan tersebut tidak bisa merebut perhatian orang-orang terhadap kedatangan Mujin dan Jiwoo. Mereka menatap pasangan itu dengan penuh kekaguman, tidak sedikit pula yang terang-terangan mengatakan jika keduanya nampak serasi.

Ini pertama kali bagi Jiwoo menghadiri pesta tanpa ditemani pamannya. ia jadi sangat gugup sedari tadi dan hanya berlindung pada kharisma Mujin yang begitu kuat dan menyilaukan. Sementara Mujin, pria itu tidak melepaskan sedetik pun rangkulan manja Jiwoo pada lengannya.

Mereka berdua mendekati sang pemilik acara yang sesungguhnya, Bona yang berdiri diapit oleh kedua orang tuanya. Gadis berusia 17 tahun itu menatap Mujin tanpa berkedip, dan hanya tersenyum sekilas pada Jiwoo yang kini menatapnya dengan sebal.

"Selamat untukmu," ucap Mujin dengan senyum tipis. gadis itu memekik girang lalu menarik tangan Mujin dan menjabatnya tanpa permisi. Jiwoo yang melihatnya langsung merotasikan kedua bola matanya, ia tidak suka dengan tingkah laku gadis itu.

"Terima kasih, tapi paman tidak memberiku hadiah?" Tanya Bona dengan nada sedih, ayah gadis itu hanya tertawa canggung pada Mujin. Jungsoo juga menyuruh Mujin agar memaklumi sikap putrinya.

Mujin tersenyum tipis, dengan lembut ia melepaskan tautan tangan Bona. "Tenang saja. aku sudah menyiapkannya. Mereka mungkin sedang dalam perjalanan." Jawab Mujin dengan lugas.

Jiwoo menghembuskan nafasnya pelan, ia jadi merasa diabaikan Mujin di depan gadis menyebalkan itu. Maka setelah Jiwoo mengucapkan selamat ulang tahun pada Bona, ia pun pamit untuk pergi mencari minum dan meninggalkan Mujin yang masih berkutat meladeni tiap ocehan gadis remaja itu.

Ternyata hadiah yang dimaksud Mujin adalah sebuah idol group yang memang digilai Bona. Gadis itu kembali berteriak hebat saat mengetahui idolanya datang sebagai pengisi acara.

Bona yang nampak sibuk dengan idol nya dijadikan Mujin sebagai bentuk kesempatan untuk lepas dari gadis naif itu. Ia mengedarkan pandangan nya guna mencari keberadaan Jiwoo, dan ia menemukan gadis itu tengah berdiri dikerubungi orang-orang yang memang mengenalnya sebagai seorang heiress Yoon's Group.

Mujin melangkahkan kedua kakinya dengan pasti, dan hal itu bertepatan dengan dimulainya pertunjukan idol group yang kini sudah bersiap-siap mengatur formasi di area pusat Ballroom hotel.

Intro dari lagu Shangri-La milik VIXX mulai terdengar dan menyebar luas ke penjuru ruangan. Jiwoo yang terkejut langsung menoleh dan mendapati Mujin tengah berjalan dengan gagahnya ke arah dimana ia berdiri. Kedua pasang mata mereka beradu pandang. Jiwoo kembali hanyut dalam emosinya, ia seakan-akan ikut terhisap oleh lubang hitam yang muncul dari kedua obsidian hitam milik Mujin. Jantungnya kembali berdegup kencang, dan tubuhnya bergerak begitu saja mengikis jarak yang memisahkan antara dirinya dengan pria itu.

Sekuntum bunga telah mekar
Aroma yang manis berhembus menembus ke penciuman.
Tanpa sadar aku dimabuk oleh aromanya
Dari kejauhan aku menatapmu
Hingga waktu yang dirasa telah berhenti
Dan aku sadar jika siang dan malamku, semuanya tentang dirimu.

(penggalan lirik Shangri-La)

.

Kedua tangan Mujin merengkuh tubuh Jiwoo. membawanya bergerak mengikuti alunan musik dansa yang mengalun indah di telinga.

Tubuh keduanya begitu dekat hingga saling menempel, dan Jiwoo sepenuhnya berada dalam kendali Mujin lewat tatapan mata milik pria itu.

Di ruangan ini, semua nampak samar. Tidak ada Bona, tidak ada yang lainnya, yang tersisa hanya Mujin dan Jiwoo. Kedua insan yang tengah berlomba-lomba menebar aura dan aroma tubuh masing-masing. Saling menarik dan menjerat hingga tidak ada lagi cara lain yang paling ampuh kecuali melebur menjadi satu.

"Kamu meninggalkan pesta dan membawaku ke sini?" Suaranya terdengar pelan dan mendayu-dayu di udara, Jiwoo tersenyum dan menempelkan kepalanya di dada bidang pria itu.

Mereka tengah menikmati waktu berdua sambil berdansa di salah satu kamar mewah di hotel tersebut.

"Di sana berisik dan banyak pengganggu," Balas Mujin. Ia menekan punggung wanita itu agar semakin menempel erat dengan tubuhnya.

"Kau menyukaiku? Benar bukan?" Jiwoo merasakan getaran hebat pada hatinya, dan menciptakan rasa panas yang menyebar ke seluruh tubuhnya.

Jiwoo mendongak dan menghentikan gerak langkah kakinya. Ia berjinjit dan mengecup pipi Mujin dengan kilat. Seringai penuh kemenangan itu dapat Jiwoo lihat, hal itu semakin membuatnya malu luar biasa.

Mujin melepaskan dekapan miliknya, ia kemudian meraih rahang Jiwoo dan mencium bibir gadis itu dengan penuh nafsu. Ia menyalurkan seluruh perasaan dan emosinya, mulai dari rasa benci, dendam hingga rasa asing lainnya pada ciuman itu.

Jiwoo terbuai, ia mabuk berat pada pesona sang pria. Ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, dan saat pria itu menawarkan keindahan di dunia yang penuh dengan illusi, ia tersihir dan menerimanya begitu saja.

Jiwoo menerimanya dengan kewarasanya yang kian tergerus, hancur melebur bersama hasrat liar yang tiba-tiba muncul dalam situasi penuh keintiman. Ia mengizinkan Mujin memasuki relung hatinya, merampas cinta miliknya dan menyentuh kesuciannya.

Jiwoo, kamu berpikir jika Mujin bagaikan gambaran nyata dari Shangri-La. Namun siapa yang menyangka jika surga indah itu berada tepat di alam mimpi, ketika kamu memutuskan untuk menetap di sana, jangan harap kamu bisa kembali.

**

Shangri-La (Mujin - Jiwoo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang