IV

192 41 5
                                    

Jisook memasuki ruangannya dengan amarah yang meletup-letup. Ia menarik dasinya yang dirasa mencekik leher. belum cukup disitu, pria paruh baya itu juga menyapu seluruh barang-barang yang ada di meja kerja miliknya. Dadanya terlihat naik turun karena emosi yang sulit ia tahan.

"Yoon Jiwoo, sialan!" Desisnya dengan tajam.

Kedua matanya menyorot dengan tajam ke arah bingkai foto keluarga besarnya yang menempel di dinding.

"Berani sekali dia bermain-main denganku. Lihat saja, aku akan meladeni permainanmu itu!" Ujar Jisook dengan penuh penekanan.

**

Mujin berdiri dengan sebuah busur panah di tangannya, ia menatap tajam penuh ketegasan pada sebuah objek berupa buah apel yang berada di atas pilar.

Taeju yang berdiri di sampingnya segera menyodorkan beberapa anak Panah dan Mujin mengambilnya satu. Ia menarik busur panahnya sambil menyipitkan sebelah matanya, setelah dirasa tepat dirinya pun melepaskan anak panah tersebut.

Takk!

Sang anak panah menembus tepat pada bagian tengah buah apel. Mujin menarik sudut bibirnya sekilas, ia kemudian menyerahkan busur panah miliknya pada Taeju.

Pria itu berjalan lalu duduk di atas kursi, kedua obsidian hitamnya menatap lurus ke ujung lapangan yang luas. Ia menghisap rokoknya dengan tenang, dan menghembuskan asapnya secara perlahan.

"Taeju, apa sudah ada pergerakan dari Jisook?" Tanya Mujin.

"Untuk saat ini belum, Bos."
Mujin mengangguk mengerti, "Malam ini suruh Jeong Ah kembali bekerja. Jangan lupakan penyamarannya."

"Baik, Bos." Jawab Taeju, lelaki itu membungkuk hormat lalu pergi meninggalkan Mujin seorang diri.

Sepeninggal Taeju, Mujin kembali menyandarkan punggungnya pada kursi. Tidak lama lagi dirinya akan menghancurkan keluarga utama Yoon, dan ia sudah tidak sabar menantikannya.

Untuk membuat semuanya menjadi panas, dirinya juga akan terus menghasut Jiwoo agar semakin memojokkan Jisook. Mujin ingin kedua orang itu saling berkelahi hingga menyakiti satu sama lain, dan berakhir dengan runtuhnya kejayaan Yoon's Group.

Mereka harus bisa merasakan keadaan yang dulu pernah dialaminya, Setidaknya Yoon Byunghoon tidak boleh tenang meski di dalam kuburannya sekalipun.

..

Seorang wanita dengan penampilan seksinya tengah bergelayut manja di pangkuan Jisook. Pria itu juga ikut menikmati pelayanan dari wanita simpanannya.

Tangan Jisook turun dari punggung wanita itu dan jatuh pada bokongnya yang penuh, ia meremasnya dengan gemas hingga membuat sang wanita mendesah pelan.

"Kepalaku terasa pusing." Ujar Jisook memulai ceritanya. Pria itu memang memiliki seseorang yang selalu ia jadikan sebagai tempat berkeluh kesah. Wanita itu adalah Sunny, wanita cantik yang kini ada di pangkuannya.

Sunny tersenyum tipis, jemari lentiknya aktif mempermainkan dada pria tua di depannya. "Memangnya ada apa lagi?" Tanya nya dengan suara manja dan seksi.

Jisook menghela nafas kasar, ia jadi kesal kembali saat harus mengingat pembicaraannya dengan Jiwoo siang tadi.

"Keponakan sialanku mengetahui kebun anggur yang kubeli setahun yang lalu."

"Sial, dari mana gadis itu mendapatkan informasinya?" Jisook berucap, kemudian kedua retina matanya bergulir dan memicing menatap wajah Sunny.

"Kau tidak membocorkannya pada siapapun, kan?!" Tuduh Jisook yang membuat Sunny hampir gelagapan.

Shangri-La (Mujin - Jiwoo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang