06. || Siapa dia?

121 65 32
                                    

"Kematiannya memang memberikan luka yang begitu dalam. Gue belum rela kehilangan dia, dan kenapa ada seseorang yang begitu mirip dengannya."

?

***

Bagi kalian jika seseorang meninggalkan kalian untuk selamanya, apakah kalian akan rela dan ikhlas? Seharusnya memang kita harus mengikhlaskan kepergiannya. Tetapi itu sangat sulit, dia pergi memberikan luka terdalam.

Sama halnya dengan Angkasa, ia kehilangan Adik kembarnya yang sangat ia sayangi. Kepergian Alkhanza Vriana Frakinlyon membuat keadaan keluarga menjadi terpecah belah. Selalu Angkasa yang disalahkan akibat kematian gadis malang itu.

Bagi agama tertentu, ada yang namanya reinkarnasi. Dan itu terjadi di kehidupan Angkasa. Setelah Alkhanza pergi, tuhan menghadirkan sosok yang begitu mirip dengan adiknya. Cewek yang begitu Angkasa benci karena tingkah nya. Dia adalah Zeya Primlya Quenna, cewek yang berparas cantik, dan sifat yang ceria. Angkasa benci jika harus bertemu dengan Zeya, sebab dia akan teringat kepada seseorang yang dia sayangi.

Sampai sekarang masih menjadi misteri tentang kematian Alkhanza. Polisi pun tidak menemukan apa-apa di lokasi kejadian. Sepertinya sang pelaku bukan orang dari kalangan biasa. Kasus ditutup oleh hakim, mereka tidak menerima lagi kasus kematian Alkhanza.

Angkasa termenung menatap sebuah foto yang membuatnya tersenyum simpul. "Gue kangen Za. Lo ngga mau bangun apa? Gue kangen ocehan lo setiap hari. Gue kangen sikap centil lo yang membuat gue ketawa. Gue kangen setiap hari pasti ada aja yang perhatiin gue," ujar Angkasa diakhiri kekehan kecil.

"Alkhanza Vriana Frakinlyon, saudara kembar gue yang beda 3 menit. Cewek freak, Queen Algreus."

***

"Perhatian! Kepada murid yang bernama Zeya Primlya Quenna dan Angkasa Frakinlyon diharapkan segera keruangan kepala sekolah sekarang!"

"Sekali lagi bagi murid yang bernama Zeya Primlya Quenna dan Angkasa Frakinlyon diharapkan segera keruangan kepala sekolah sekarang!"

Suara toa terdengar begitu keras, Zeya yang sedang melahap makanannya itu pun berhenti. Ia beranjak dari kursinya. Sama dengan Angkasa, cowok itu duduk di rooftop sekolah. Ia langsung bergegas keruangan kepala sekolah.

Selama perjalanan Zeya merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Kenapa dia dipanggil? Apa kesalahannya? Pertanyaaan beruntun terpikir di otak Zeya. Gadis itu benar-benar merasa cemas sekarang.

Angkasa berjalan di belakang Zeya. Cowok itu mengedikkan bahunya melihat cara jalan Zeya yang terlihat aneh.

"Eh? Angkasa juga dipanggil kan. Yey! Bagus, gue ketemu Angkasa hari ini." Gumam Zeya.

Angkasa yang tak jauh berada dibelakang Zeya tentu mendengat gumaman yang dilontarkan Zeya. Ia terkekeh.
Rupanya Angkasa sudah berdiri di samping Zeya, kerena terlalu gugup membuat Zeya tidak menyadari kehadiran Angkasa.

"Angkasa? Lah, sejak kapan lo disini? Perasaan tadi nggak ada deh." Heran Zeya.

"Makanya jangan melamun, buruan masuk." Titah Angkasa.

Tok tok tok...

"Permisi Bu." Sahut Zeya dari luar pintu.

"Ya, masuk." Pinta Bu Rini, selaku kepala sekolah SMA Antariksa.

Mereka berdua serempak masuk di ruangan itu. Bu Rini tersenyum, ia menyuruh kedua orang itu duduk dihadapannya.
Mereka serentak mengangguk.

"Baiklah, Ibu menyuruh kalian kesini untuk mengatakan bahwa sekolah Bina Bangsa mengadakan olimpiade matematika. Ibu juga telah memilih beberapa orang untuk ikut dalam olimpiade tersebut. Kalian berdua akan menjadi peserta olimpiade itu." Jelasnya sembari menatap keduanya.

Mereka terdiam, tidak diragukan lagi kecerdasan keduanya dalam urusan Matematika. Keduanya juga sering mendapatkan penghargaan dari olimpiade-olimpiade yang pernah diadakan.

"Tapi Bu-- Maaf sepertinya saya tidak bisa ikut." Ujar Zeya.

Dahi Bu Rini berkerut. "Loh? Kenapa Zeya? Kamu itu murid berbakat. Ibu yakin kalian pasti akan memenangkan pertandingan olimpiade ini."

Zeya menghela nafas. "Kenapa tidak Bulan saja Bu? Dia juga berbakat dalam urusan Matematika." Saran Zeya.

"Tidak Zeya. Hanya kalian yang terpilih, kalian itu sering mengikuti kegiatan yang bermanfaat, dan juga nilai kalian yang tertinggi di sekolah ini." Bu Rini mencoba membujuk Zeya.

"Ya udah Bu, Zeya mau." Putus Zeya.

Bu Rini tersenyum. "Nanti Ibu beri materi-materi nya ya."

"Baik Bu." Jawab mereka.

***

See you next chapter.



Angkasa Zeya [ A & Z ] (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang