09. || Sakit

146 52 22
                                    

"Ma... Zeya mau kasih sayang Mama. Saat Zeya sakit pun Mama nggak pernah peduli sama Zeya. Kapan Ma? Kapan Mama sayang sama Zeya sama seperti waktu itu?"

Zeya.

***

Angkasa telah mengetahui di dalam kehidupan Zeya. Rupanya gadis itu sangat pintar dalam menyembunyikan luka yang diterimanya. Salah besar jika Angkasa mengira bahwa Zeya adalah gadis yang begitu ceria tanpa ada masalah.

Zeya merasa malu jika ada seseorang yang tahu kehidupannya lebih dalam. Dia membencinya.

Terhitung 2 hari Zeya berada di rumah sakit guna memulihkan kondisi tubuhnya. Pun hari ini tepat di hari Zeya pulang ke rumah. Ia merasa sedih karena Ibunya tidak membesuk nya selama di rumah sakit. Hanya Bella yang selalu melihat keadaan Zeya.

Terlihat cewek berlesung pipi itu hanya cemberut sambil membereskan pakaian-pakaianya. "Gini amat nggak ada yang ngurusin. Punya Mamah malah sibuk sendiri." Gerutu cewek itu.

Selesai membereskan pakaiannya, Zeya meninggalkan ruangan rawat inap itu. Dia berhenti di tempat resepsionis rumah sakit.

"Maaf Mbak, saya boleh tanya?" Ucap Zeya kepada pegawai resepsionis itu.

Pegawai itu mengangguk. "silahkan Kak, mau nanya apa?"

"Siapa yang membayar tagihan administrasinya Mbak?" Tanya Zeya.

"Oh yang membayar semua tagihannya adalah Tuan Angkasa Frakinlyon Kak. Pemilik rumah sakit ini." Jawab si pegawai membuat Zeya tersentak.

"A-apa?! Pemilik rumah sakit ini?!" Tanya Zeya tak percaya, bahkan ia membekap mulutnya.

"Iya kak."

***

"Bella!!! Lo tahu nggak?" Pekik Zeya.

Bella menoleh kearah Zeya. "apaan?"

Zeya merubah posisi duduknya agar lebih nyaman. "Ternyata Angkasa itu anak pemilik rumah sakit Kasih Bunda!"

Bella mengangkat satu alisnya. "Ya terus? Gue juga udah tahu kali."

Zeya mengernyit. "lo tahu dari siapa? Secara kan, Angkasa itu nggak pernah ceritain tentang keluarganya." Ucap Zeya.

Bella diam, detik berikutnya ia menjawab. "Ya... Dari siapa aja. Kan temen gue banyak."

Zeya ber-oh ria.

Bel rumah Zeya berbunyi, dengan cepat Zeya turun dan membukakannya. Pintu terbuka Zilva baru saja pulang ke rumah. Tetap sama dia menatap putrinya dengan tatapan permusuhan.

"Dari mana kamu? Kenapa dua hari nggak pulang?!" Tanya Zilva sedikit membentak.

"Zeya sakit Ma, Zeya ada di rumah sakit. Zeya mohon kali ini jangan pukul Zeya," ujar Zeya.

"Oh. Jadi kamu berani mengatur saya iya?! Kalau saya tidak melahirkan kamu! Kamu tidak akan pernah melihat dunia ini anak sialan!!!" Zilva mencengkram erat pipi Zeya menimbulkan bekas luka disana.

Zeya meringis, kuku Ibunya itu sangat panjang dan tajam. "Akh! Lepas Ma! Sakit!"

Sementara di dalam kamar atas, Bella yang terusik dengan suara keras dari bawah. Memilih untuk turun melihat apa yang terjadi. Sesampainya di anak tangga, Bella melihat betapa kejamnya Ibu Zeya memperlakukan Zeya. Ia menghampiri sahabatnya itu.

"Tante udah stop! Kasihan Zeya. Dia baru aja sembuh!" Teriak Bella.

Zilva merasa marah akibat perkataan Bella. Dia berjalan mendekati Bella. "tahu apa kamu? Dia anak saya jadi terserah saya mau memperlakukan dia seperti apa." Ucap Zilva.

Tatapan Bella menajam. "Lo nggak punya otak? Dia manusia bukan binatang yang bisa diperlakukan semau kita." Desis Bella.

Bukannya merasa takut kepada Zilva, Bella malah melawannya.

"Anak tidak tahu sopan santun!" Zilva hendak menampar Bella, namun pergerakan gadis itu cukup cepat, sehingga ia berhasil menangkisnya.

"Sopan santun hanya ditujukan kepada orang yang pantas dihormati." Lagi, perkataan Bella sangat menusuk.

Zeya menarik tangan Bella untuk mundur. "Bell, udah. Dia Mama gue."

Bella tidak menghiraukan ucapan Zeya. Dia menarik tangan Zeya untuk keluar dari rumah itu.

"Kita pergi dari sini Zey. Tidur di rumah gue aja? Mau?" Tanya Bella yang diangguki Zeya.

Tak butuh waktu lama, akhirnya Zeya sampai di rumah Bella. Disini sepi, yang ada hanya Adik cowok Bella yang masih kelas 1 SMP. Ayah Bella sibuk dengan pekerjaannya. Dan Ibu Bella telah meninggal pada saat usia Bella 16 tahun. Itulah yang menyebabkan Bella kurang mendapatkan kasih sayang. Cewek itu sibuk mengurus Adiknya, walaupun sifatnya yang nakal, tak membuat kasih sayang Bella berkurang.

"Ayo Zey. Kita tidur, besok mau sekolah." Ajak Bella menyuruh Zeya naik ke lantai atas.

"Makasih ya Bell, udah mau jadi sahabat gue," ucap Zeya.

"Sama-sama Zey."

***

Tandai typo.

Bye



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Angkasa Zeya [ A & Z ] (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang