Era Naeth.

Naeth, Waiting in Town.

Aku tidak memikirkan siapapun saat ini, walaupun seharusnya aku tahu dengan siapa aku menghabiskan hari terakhir di bulan ini.
Pada awalnya aku bahkan tidak mencoba untuk memikirkan sepatah kata apapun untuk kutulis kedepannya.
Serta tidak juga bersikeras untuk terlihat biasa saja.
Aku hanya ingin tidak begitu di perhatikan, hanya itu sepertinya.
Dan mungkin pernyataan yang aku pertahanan kan akhir akhir ini mungkin tentang,
Aku yang tidak ingin bersaing dengan siapapun dalam hal apapun,
Dan aku yang tidak mengakui lebih baik dari segi manapun.
Mungkin disaat seperti ini, satu hal yang sering membantu ku ketika aku merasa tidak terinspirasi dengan menemukan nya di dalam hal-hal yang aku cintai.
Yang katanya hidup adalah cerita, dan mencintai seseorang adalah mencintai kisahnya.
Kupastikan aku bukan termasuk salah satu dari mereka yang mengatakan tak bisa hidup tanpa mu.
Tentu saja aku akan tetap bisa hidup tanpa mu,
Namun aku akan hidup jauh berbeda bila hidup dengan mu.
Selepas ini, lekas lah ke kota ku, agar kota ini dapat ku mengerti dalam tiap langkah mu.

Dan jika mereka bertanya, "bagaimana? dapatkah aku memahami kota ini dalam tiap langkah kakinya?".
Aku akan mudah menjawab dengan mengatakan,
"aku berhasil tinggal".
Walau rasa sakit di kota ini memang selalu membekas,
tapi terlalu dalam untuk dilihat.
Dan di sepanjang jalan yang kita lewati, tidak ada perumpamaan lagi.
Sederhananya kisah kehilangan kita tak jauh berbeda.
Dengan kehilangan tokoh utama dalam cerita,
semesta bisa mempersatukan kita di jalur yang sama.

Aku tidak ingin mengatakan, bahwa aku merindukan mu seperti kebanyakan orang.
Aku memilih untuk menulis semua ini dari jauh.
kini kau tau, disini aku tengah menunggu.
Dan aku akan selalu bersyukur memiliki mu.
Jadi kamu tidak perlu berpikir untuk menjadi lebih baik,
Sebab aku tau sendiri terkadang dunia akan menyakiti mu seperti kemarin.
Bila kamu merasa kesepian aku akan selalu ada disini,
di suatu tempat menunggu untuk memeluk mu.