"Sekian, materi jam saya. Saya pamit undur diri, terimakasih." Akhiri seorang dosen laki-laki didepan para mahasiswa nya. Satu persatu dari mereka berdiri dan segera meninggalkan ruangan yang dirasa begitu memenuhi otak dengan berbagai materi.
"Kuyy, cabut! Belajar terus Lo, ngga ngebul tuh otak, Ren?" Haechan menyenggol lengan Renjun dengan jahil nya. Membuat konsentrasi Renjun menjadi sedikit terganggu, yang mengundang tawa cekikikan dari sang empunya. Jaemin menggeleng pelan, memaklumi tingkah salah satu sahabatnya ini.
"Yaelah, Chan. Biarin aja ngapa sih? Lo ganggu Renjun lagi belajar aja." Jaemin membela Renjun yang saat ini sedang bersungut-sungut. Haechan hanya menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. Bukan berniat mengganggu sebenarnya, Haechan hanya kasihan melihat Renjun yang terlalu banyak berusaha keras.
Iya, Renjun memang berbeda dari kedua sahabatnya. Bisa dibilang, gaya hidup Renjun yang paling sederhana dan tidak mencolok. Maklum saja, Renjun berasal dari keluarga yang kurang. Hal ini lah yang membuat Renjun menjadi belajar keras, dan berhasil masuk universitas kuliah yang di impikannya lewat jalur beasiswa penuh. Boleh saja dibilang, Renjun anak yang pintar.
"Sebentar.. Nah! Udah selesai, kok." Renjun tersenyum lalu bergegas merapikan buku catatan nya ke dalam tas miliknya. Jaemin menepuk bahu Renjun dengan pelan,
"Jangan kecapean, Ren. Nanti kalau sakit terus engga masuk, bisa sia-sia uang beasiswa Lo." Jaemin menasihati. Renjun hanya memasang senyum simpulnya, mengangguk tanda mengerti. Haechan yang awalnya diam, mengalihkan topik pembicaraan,
"Gue traktir yok, cafe nih~" Ucap nya menggoda memasang tatapan seperti anak anjing yang kelaparan. Hampir saja membuat Renjun dan Jaemin mual dibuatnya,
"Jijik anjir! Udah ah, ayok aja." Jaemin bangkit, dan menarik tangan Renjun. Bergegas pergi menuju cafe yang sering mereka kunjungi, sedikit menghiraukan ajakan Haechan.
"Njir, gue di tinggal nih? YEUU MONYET! TUNGGUIN GUE!"
+ + +
"Permisi kak, pesananya." Seorang pelayan cafe memberikan tiga gelas kopi pesanan mereka. Renjun menunduk, mengucapkan terimakasih.
"Minum yok, haus banget." Haechan meneguk minum nya dengan tergesa-gesa.
"Makasih Chan. Tapi, kayaknya Lo jangan traktir gue lagi.. gue jadi ngga enak sama Lo." Renjun meminum kopi miliknya. Mendadak alis Haechan saling bertaut, muka nya masam dengan tatapan membunuh,
"Lo jangan ngerasa gini, Ren. Mau gue atau Jaemin yang traktir itu bukan urusan Lo. Lo tinggal nurutin yang gue bilang, okey? Sip. Lo konsen belajar aja, gue banyak uang. Lagian bokap sama Nyokap gue pada sibuk kerja dan gue ngga bisa habisin nih uang sendirian."
"Makasih banyak buat kalian.." Renjun mengucap tak enak hati. Jaemin tersenyum,
"Sama-sama, Renjun." Setelah beberapa lama, mereka banyak membicarakan banyak hal. Mulai dari materi, orang tua, cita-cita, sampai cara merawat ikan koi dengan benar dan baik. Semuanya habis mereka bicarakan, seperti dunia ini tak kan ada habis nya saja, astaga..
"Eh, tau ga sih? Katanya bakalan ada mahasiswa pindahan. Dia anak Jakarta juga, tau deh siapa namanya, gue lupa." Haechan terlihat berpikir keras mengingat nama anak baru yang baru saja ia bicarakan. Renjun hanya diam, berbeda dengan Jaemin yan langsung nyerocos dengan enteng nya,
"Itu ga sih, Jonong? Jepo? Jano? aduh.. siapa sih, nama susah amat. Lupa kan gue."
"BJIR, JELEK AMAT TUH NAMA, AWOKAWOK!" Haechan tertawa dengan terbahak-bahak. Renjun berusaha keras mengatupkan bibirnya, malu saja ia mau tertawa di cafe yang suasana nya ramai seperti ini. Jaemin masih melongo dengan mulutnya yang terbuka,
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Teacher || Noren
FanfictionDemi melanjutkan kuliah nya, Renjun rela bekerja sampingan di tengah jadwal kuliah nya yang padat. Mencari pekerjaan tak semudah yang dikira dikarenakan dirinya yang berstatus sebagai mahasiswa semester awal. Sampai suatu hari, ketika sebuah tawaran...