Bab 2

433 65 2
                                    

"Kylo.. sayang, kenapa nilai ujian nya bisa turun lagi, nak?" Irene menghembuskan nafas nya dengan lelah. Sudah ke berapa kali nya anak bungsu nya ini selalu mendapatkan nilai merah, bagus-bagus kalau pas KKM. Padahal Irene sudah mengirimkan banyak guru privat untuk mengajarkan less tambahan pada anak laki-laki nya ini.

Kylo hanya bisa menunduk dalam. Tidak mengerti juga kenapa materi yang sangat susah di pelajari nya itu tetap tidak bisa masuk dan ia ingat. 

"Maaf bunda, Kylo sudah berusaha.." ucapnya meminta maaf. Irene mengangguk, mengerti lelah nya proses belajar yang Kylo kerjakan seminggu ini.

"Ngga apa, sayang. Minggu depan ada tes lagi, ya? Pasti kamu cape. Lupain aja nilai ini, Kylo bunda carikan guru less yang lain aja, ya?" Tawar Irene yang di angguki segera oleh sang Anak.

Jeno yang mendengar percakapan antara adik dan bunda nya hanya menyimak sambil terduduk di sofa, memainkan handphone miliknya. Menatap Kylo yang berjalan lesu menuju kamar atas, Jeno memeiliki ide cemerlang.

"Bun, malam ini Jeno sama Kylo keluar, ya? ke cafe aja, boleh ngga?" Tanya Jeno yang langsung di angguki bunda nya. "Ajak adik mu makan-makan ya Jen. Bunda udah berusaha carikan guru yang tepat, tapi hasil nya tetap.. terus. Bunda juga kasihan sama Kylo kalau gini terus, gimana bisa dia naik kelas?"

Jeno mengangguk mengerti, ia juga maklum pasti Kylo sangat merasa frustasi. 


+ + +


Tok! Tok! Tok!

"Masuk ajaa, pintu nya ngga dikunci." Teriak Kylo acuh tetap bergelung selimut. Jeno masuk, menghela nafasnya. Segera mengambil tempat di sebelah kasur adiknya,

"Yeuu.. sedih muluk idup Lo!" Usil Jeno sambil mencubit gemas pipi adik nya. Kylo yang kesal mendecak, terduduk dan menatap sinis kakak nya itu.

"Nyebelin! Diem, deh. Aku lagi pusing tau!" keluh nya mengundang gelak tawa jahannam dari sang Kakak. Jeno mengambil posisi serius, ia tak kehilangan akal.

"Gurunya gimana sih? Kok sampai ganti guru lagi, Lo?" tanya Jeno. Kylo terdiam sejenak, kemudian menunduk kan pandangannya.

"Kak.. gausah guru privat lagi, gimana? Kylo takut.. gamau.." ucapnya ragu dengan wajah yang murung. Jeno menangkap ekspresi janggal tersebut, menatap serius adiknya.

"Maksudnya? Cerita. Kakak mau Kylo cerita semuanya."

"Kylo ga suka. Gurunya kasar, kalau Kylo ga bisa, dibentak. Dia langsung marah, Kylo ngga ngerti kak.. gurunya emosi. Waktu itu juga marah-marah sampai bikin Kylo nangis. Kalau Kylo di pukul pakai penggaris lagi gimana? Sakit kak.." Adu Kylo sambil menunjukkan lengannya yang sedikit memerah. Jeno mendadak emosi, bisa-bisa nya guru seperti itu di tunjuk mengajari sang adik? Bahkan ia tak pernah memukul adiknya sendiri, bisa-bisa nya orang lain melakukan hal seperti ini.

"Kylo gamau.. hiks," Tumpah sudah air matanya. Ketakutan dan trauma yang anak kecil ini alami membuat nya menjadi stress tak karuan. Jeno tanpa aba-aba langsung memeluk Kylo dengan erat. Membelai pucuk surai nya, dan mengecup nya sayang.

"Nanti kakak bilang ke mama, udah cup, Kylo. Jangan nangis lagi, oke? Malam ini kut kakak ya, ke cafe. Kita makan-makan aja, lupain nilai nya." ajak Jeno yang dibalas anggukan dari Kylo.

"Kak.. guru less Kylo gimana?"

"Kakak pecat."


+ + +


"Kylooo~ Ayo dong, dek!" Jeno menggulung lengan baju nya yang berwarna navy. Memakai jam tangan Rolex nya dengan cepat, menunggu Kylo yang bergegas turun ke lantai bawah. Penampilan Jeno yang sederhana, namun memiliki ciri khas nya tersendiri membuat aura tampan nya semakin menguar hebat. Pantas saja banyak yang menaruh rasa pada dirinya, anak sulung Bunda Irene yang satu ini memang tampan nya tak main seperti sang ayah.

Good Teacher || NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang