bonus chapter (01)

2.3K 90 13
                                    

Ace yang berusia tiga tahun itu tengah berlari-lari di halaman belakang Mansion Daddynya. Ia bermain dengan kucing dan kelinci yang sengaja ia pelihara. Elena hanya melihat anaknya sekilas, lalu kembali ke dalam untuk memasak.

Saat melihat Elena telah kembali ke dalam, Ace lalu menangkap kelinci kecil yang baru saja dilahirkan seminggu yang lalu. Ia tak tau kenapa.. rasanya ingin sekali meremas kepala hewan kecil itu.

Ia pun mencobanya.

Dengan perlahan ia meremas kepala hewan tak berdosa itu dengan kedua tangannya dan darah pun mengalir di tangannya. Tubuh hewan kecil itu menggelepar. Namun, hanya sebentar. Karena telah tak bernyawa di tangan kecilnya.

Ace pun tersadar atas apa yang telah ia lakukan, namun bukannya terkejut ia justru terkekeh melihat bayi kelinci yang telah kehilangan kepalanya.

Darah membanjiri tangan dan pakaiannya. Ace menghirup aroma itu. Ia tak henti-hentinya terkekeh. Ia menahan tawanya agar tak terdengar oleh Elena.

Dax yang melihat anaknya dari kejauhan, merasa ada yang janggal. Ia pun menghampirinya.

Saat melihat hewan mati di hadapan Ace, ia melihat anaknya yang tak henti-hentinya terkekeh. Ia pun tersenyum miring, seolah mendapatkan energi kehidupan yang baru.

Tentu saja, ia benar anakku. Batin Dax sembari duduk di sebelah anaknya dan mengusap kepalanya.

"Kerja bagus, Ace." Ucapnya.

-

Setelah melihat putranya melakukan hal yang pernah ia lakukan dulu, ia pun mengajarkan anaknya itu cara membunuh yang benar dengan selalu membawanya di tengah gelapnya malam untuk mencari mangsa.

Ace terlihat begitu antusias tiap kali darah mengalir dari tubuh korban dan saat tubuh sang korban menggelepar, ia tertawa puas.

Selama hampir tujuh tahun, Dax menjadikan Ace sebagai tangan kanannya dan mengajarkan segala hal tentang dunianya yang gelap. Bahkan, ia menyuruh Ace untuk memata-matai Elena, Mommynya sendiri. Ia juga ber-acting menjadi anak yang baik dan polos hanya di depan Elena.

Sedari kecil, ia tak pernah benar-benar menyayangi Elena.

Ketika Elena yang selalu memeriksakan dirinya kepada ahli kejiwaan, ia selalu bersikap tenang dan memanipulasi sang dokter jiwa. Ia tau bagaimana cara kerjanya, tentu saja hasil didikan Dax. Tak heran jika Elena sama sekali tak tau sifat asli putranya itu.

Ya. Mengelabui dokter dan Elena bukanlah hal yang sulit.

-
7

tahun kemudian, Ace berusia 10 tahun.

Dax tengah duduk di kamarnya sembari membaca koran untuk melihat berita harian dengan segelas coklat di atas meja yang sesekali ia minum.

Aktivitasnya terhenti ketika pintu kamarnya terbuka. Ia hanya menoleh sekilas, lalu kembali membaca koran. Ace, sang anak yang membukanya. Pintu kamar Dax hanya bisa dibuka dengan sensor wajah Dax dan sidik jari Ace.

Ace yang baru saja kembali dari sekolah, segera menghampiri Daddynya itu. Ia pun duduk di atas kasur dan meletakkan tasnya.

"Daddy.. kau tau apa yang terjadi hari ini?" Ucap Ace kepada Daddynya yang masih sibuk membaca koran.

"Tadi, aku bertengkar dengan temanku. Lalu.. aku tak sengaja menggigit tangannya dan ada sedikit dagingnya yang masuk ke mulutku.." Ucapan Ace membuat Dax menoleh ke arahnya. Ia lalu, meletakkan koran di atas meja dan fokus dengan cerita Ace. "Tapi, aneh sekali.. kenapa rasanya begitu enak? Aku jadi ingin memakannya." Lanjut Ace terheran-heran.

Can You Find Me ? [COMPLETED]Where stories live. Discover now