XXIX

1.7K 68 0
                                    

Setelah masuk ke dalam Mansion, Lucas bingung harus pergi ke arah mana karena Mansion itu sangat besar dan banyak sekali ruangan. Karena sangat khawatir kepada Elena, ia sampai lupa membawa denah Mansion tersebut.

Akhirnya, ia mencari ruang kamar Dax dengan memeriksa setiap lantai dari Mansion itu.

Tuhan aku mohon.. Semoga masih sempat. Batin Lucas yang berdoa agar ia masih bisa menyelamatkan Elena.

Di setiap lantai, Lucas dihadang oleh pasukan Dax. Bahkan, lengan atasnya sudah sempat tergores dengan pisau tadi. Namun, ia tetap bertarung dan mengalahkan pasukan Dax. Lalu, dengan cepat ia kembali mencari Elena walaupun darah tak henti - hentinya mengalir dari lengannya.

Lucas terus mencari kamar Dax dan terus bertarung melawan kaki tangan Dax. Setelah sampai di lantai tiga Mansion itu, Lucas akhirnya menemukan kamar Dax. Lalu, tanpa berlama - lama lagi ia segera masuk ke sana. Namun, sebelum menuruni anak tangga menuju ruang bawah tanah kamar Dax, ia mengisi penuh peluru di pistolnya dan mempersiapkan borgol di sakunya. Kemudian, ia merobek selimut putih di atas kasur Dax dan melilitkannya di lengannya agar darah tersebut setidaknya berhenti sementara. Barulah, ia memasuki ruangan yang ada di bawahnya itu.

Saat memasuki ruangan itu, Lucas sudah siaga dengan menodongkan pistol sebagai perisai, takut takut Dax tiba - tiba muncul di hadapannya.

Lalu, saat masuk ke ruangan yang ada di sebelah etalase heels merah, Lucas menemukan Dax yang sedang mendekati Elena. Dengan cepat, ia berjalan ke ruang tersebut dan dari kejauhan menodongkan pistolnya ke arah Dax.

"ANGKAT TANGAN!" Teriak Lucas yang mampu membuat Dax menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Lucas.

"Wah.. Ada siapa ini?" Ujar Dax sembari melangkahkan kakinya ke arah Lucas.

"Diam di tempatmu!" Perintah Lucas yang tetap menodongkan pistolnya ke arah Dax. Lalu, ia melihat ke arah Elena yang sudah menundukkan wajahnya karena terlihat sangat tak berdaya. Sedetik kemudian, ia mengalihkan wajahnya dari Elena karena melihat tak ada satu pun kain yang melekat di tubuhnya. "ELENA BERTAHANLAH!" Teriak Lucas tanpa melihat ke arahnya.

"Apa yang sudah kau lakukan pada istrimu, bangsat?!!" Ucap Lucas marah.

"Lucas.. Kau itu sama denganku. Apa kau tak ingat dulu kita selalu bersama melakukan hal ini.. Kenapa kau begitu na---"

"DIAM!! Jangan samakan aku denganmu!" Balas Lucas dengan marahnya.

"Oh ya? Kau itu kaki tanganku Lucas, apa kau lupa?"

"DIAM !!!! AKU TAK PERNAH MENJADI KAKI TANGANMU BRENGSEK !!" Teriak Lucas. Ia benar - benar trauma dengan apa yang pernah ia alami dulu. Ia sungguh tak ingin kembali mengingat masa - masa itu.

"Baiklah baiklah.." Ujar Dax dengan santainya. "Sekarang.. jelaskan, kenapa kau dan pasukanmu mengepungku sekarang." Lanjut Dax sembari duduk di salah satu kursi di ruangan itu.

"Aku akan menangkapmu." Balas Lucas dan perlahan memasukkan pistolnya ke dalam sakunya dan mengeluarkan borgol di saku sebelahnya.

"10 menit. Kalau kau bisa menggores wajahku dalam waktu 10 menit, aku akan ikut denganmu. Tapi, jika kau tak bisa  menggoresku dalam waktu itu, aku akan meledakkan Mansion ini dan kita.. akan sama - sama pergi ke surga." Ujar Dax.

"Apa?! Untuk apa aku mematuhi perintahmu?!" Balas Lucas karena tak mengerti jalur pikiran Dax.

"Kalau kau tak mau, sekarang juga aku akan meledakkan--"

"Baiklah. Baiklah. Aku terima tantanganmu."

Elena bertahanlah! Batin Lucas.

Lucas akhirnya berkelahi dengan Dax. Selama 10 menit itu, Lucas sempat kewalahan. Selain karena Dax yang sangat lihat dalam berkelahi, tubuh Lucas yang penuh luka itu juga membuat dirinya kesulitan untuk menggores Dax.

Selama 10 menit, Dax mampu menggores lengan dan kaki Lucas. Namun, Lucas tak menyerah. Kalau dia sampai tak berhasil menggores Dax, maka ia akan membahayakan seluruh manusia yang ada di Mansion itu. Tidak. Bahkan, seluruh dunia pun akan dalam bahaya.

Namun, Dewi Fortuna sedang memihak Lucas. Saat Dax pikir 10 menit sudah berakhit. ia pun meninggalkan Lucas. Tetapi, Lucas mengejarnya dan segera menggores wajahanya.

"10 menit belum selesai, brengsek!" Ujar Lucas setelah menggores wajah Dax, dengan badannya yang sudah lemas dan hampir terjatuh. Dax memegang pipinya yang berdarah dan tersenyum miring. Sedangkan, Lucas telah siap memborgol Dax.

"Sebentar, izinkan aku berpamitan dengan istriku." Ujar Dax sembari berjalan menghampiri Elena.

Dax memegang pipi kedua perempuan itu, lalu mengecup bibirnya.

"Manis." Gumam Dax yang mendapat tatapan tak senang dari Elena.

Laki - laki itu lalu mendekatkan tubuhnya dan berbisik di telinga Elena.

"Maaf Elena.. Aku sudah membunuh orangtuamu, semalam." Bisik Dax dan diikuti dengan gelak tawanya. Mata Elena terbelalak mendengar ucapan Dax. Ia sangat shocked. Ia terlalu lemas untuk mencoba menggerakkan tubuhnya.

Setelahnya, Dax berbalik dan menghampiri Lucas. Lalu, ia menyerahkan kedua tangannya kepada Lucas. Lucas pun segera memborgol Dax karena takut laki-laki itu berubah pikiran.

Setelah memborgol Dax, Lucas segera mendatangi Elena dan menyelimuti tubuhnya dengan jaketnya. Elena pun tak sadarkan diri di pangkuan Lucas.

Sebelum keluar dari ruangan itu, Dax memanggil anaknya yang masih setiap menuruti perintah Daddynya itu.

"Kemarilah, Nak." Ucap Dax kepada Ace. Ace pun segera menghampiri Dax dan memeluknya. Lalu, Dax pun berbisik kepada Ace dan memupuk pucuk kepala anaknya itu.

"Aku mengerti, Daddy." Ujar Ace sembari menundukkan wajahnya.

Lalu, Lucas membawa Dax keluar dari Mansion. Sedangkan Elena dan Ace, dibawa oleh psikiater sebelum menjadi saksi di kantor polisi nantinya. Mental mereka harus disembuhkan.

Saat Lucas dengan beberapa timnya berada di samping mobil, hendak menyuruh Dax masuk, laki-laki itu tersenyum penuh tanda tanya. Lucas kebingungan kenapa Dax tersenyum di saat seperti ini. Namun, sedetik kemudian Lucas pun tersadar dan segera berlari masuk ke arah Mansion untuk menyuruh semua pasukannya, termasuk tim forensik yang sedang di ruang bawah tanah, keluar dari Mansion.

Namun, terlambat. Sebelum sempat Lucas melangkahkan kakinya, Dax telah mengaktifkan bom yang ada di seluruh Mansionnya dan...

Boom!

Saat itu juga, semua orang yang ada di dalam Mansion, tewas seketika. Hanya Lucas dan 3 orang timnya yang selamat. Lucas terduduk lemas melihat apa yang ada di hadapannya.

"Kau harus tau, siapa yang kau lawan." Bisik Dax di telinga Lucas. Lalu, menepuk pundak laki-laki itu dan masuk ke dalam mobil polisi. Dax tak berencana untuk kabur. Karena masuk penjara juga bagian dari rencanannya.

 Karena masuk penjara juga bagian dari rencanannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Can You Find Me ? [COMPLETED]Where stories live. Discover now