Permulaan

13.7K 325 5
                                    

Adi terdiam di atas ranjangnya.
Kamar itu sudah tidak sama lagi seperti terakhir kali ia melihatnya.
Aroma kamar itu sudah berubah menjadi aroma tubuh Fin.
Beberapa barang milik Fin pun banyak tercecer di lantai, meja, maupun di ranjang itu

Adi semakin geram melihat barang-barang yang menurutnya seperti sampah yang tak berguna itu.
Terlebih lagi begitu ia menyadari bahwa barang- barang itu dibeli dengan tabungan hasil jerih payahnya membangun perusahaan.

"Sialan bocah itu! Semua benda ini....."

Adi terdiam melihat merk-merk ternama yang tertera pada semua barang milik Fin.
Ia pun dengan tidak sabar, segera membongkar seluruh lemari pakaiannya yang sudah berubah menjadi lemari baju Fin.

Dress-dress mewah jatuh begitu saja ke atas kakinya.
Perhiasan dan aksesoris mewah pun ia buang semuanya ke tanah.
Adi pun segera membongkar meja kerjanya yang sudah berubah menjadi meja belajar Fin.
Tiga buah handphone mewah ditemukannya tergeletak di atas meja itu.

Di bukanya laci di bawah meja itu, dan ditemuinya sebuah laptop terbaru dan juga sebuah tablet mewah.
Adi menggertakkan giginya dan menggeram marah.

"Kupastikan kamu akan mati perlahan di tanganku fin..."

Ia pun meninggalkan kamar itu dan memilih untuk membersihkan tubuh dan pikirannya.

Fin membuka matanya karena mendengar suara yang berasal dari pintu yang dibuka dengan kasar.
Tubuhnya menegang seketika saat melihat sesosok menjulang di depannya.
Ia pun segera bangun dan menyeret tubuhnya hingga ke pojok ruangan itu.
Adi membawa sebuah mangkok yang terbuat dari besi.
Fin tahu benda itu. Itu adalah mangkok tempat makanan anjingnya dulu.
Adi melangkah mendekati Fin yang terduduk di pojok kamar mandi itu.
"Makan ini" ucapnya datar, namun diselimuti oleh aura yang menakutkan.
Fin benar-benar merasa sesak karena ayahnya memberikannya makanan di bekas mangkok makan anjingnya.
Mangkok besi itu berisi nasi yang dicampur dengan telur orak-arik.
Persis seperti makanan kucing.

Fin menggeleng.
"Nggak lapar pa.."
Dalam hatinya ia merasa ketakutan melihat wajah ayahnya yang berubah.
"Aku nggak mau tahu Fin! Kamu harus makan ini!" Teriak Adi tepat di depan wajah Fin.
Fin benar-benar ketakutan melihat ayahnya yang tampak begitu murka padanya.
Tidak pernah sebelumnya Fin melihat Adi semarah ini.

Dengan mengumpulkan seluruh keberaniannya, Fin pun kembali menggelengkan kepalanya.
Adi merasa kesabarannya sudah habis.
Ia pun mengambil segenggam besar nasi dan memaksa Fin untuk menelannya.

"Buka mulutmu Fin!" Perintah Adi.

Fin menjerit tertahan sambil tetap mempertahankan bibirnya yang mengatup.
Adi tidak kehabisan akal.
Ia pun memencet hidung Fin, hingga Fin kehabisan nafas.
Dengan terpaksa Fin membuka mulutnya dan mencari udara untuk dihirup.
Saat itulah Adi menekankan jari-jarinya yang sedari tadi menahan nasi ke dalam mulut Fin yang kecil itu.

"Ukh.."

Fin segera memuntahkan kembali nasi yang sudah berhasil lolos ke mulutnya itu.

PLAAKK

Sebuah tamparan keras membuat tubuh Fin hampir terhempas ke dinding.
"KAMU INI MAUNYA APA SIH? DIKASIH MAKAN MALAH DIMUNTAHIN LAGI!!" Teriakan Adi yang mengarah tepat di depan wajahnya itu membuat Fin merinding ngeri.

"Ma..maaf pa..!"

Air mata segera mengalir dari ujung mata Fin yang sudah merah itu.
Sudah lama sekali Adi merencanakan hal ini untuk membalas dendam pada Fin.
Dan Air Mata itulah yang sudah ditunggunya sejak lama.
Adi memang sangat ingin melihat Fin tersiksa, dan memohon ampun padanya.

"Air matamu itu hanya permulaannya saja Fin..."

Adi tersenyum melihat Fin menangis di pojok ruangan itu.
Ia pun meninggalkan Fin, sambil membawa mangkok besi itu keluar dari kamar mandi yang dingin itu.

Fin terdiam setelah tangisan dan sesenggukannya reda.
Ia benar-benar tidak percaya bahwa ayahnya yang selalu menyayanginya itu, berubah menjadi sekejam ini.

Tidak!

Fin yakin bahwa ayahnya masih menyimpan rasa sayang padanya.

Fin yakin sekali.

Walaupun hanya sedikit.

Rasa sayang itu pasti masih ada..

My Lovely DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang