Alasan

10.4K 242 1
                                    

Fin terbangun dari tidurnya, dan merasakan aura yang berbeda dari kamar tidurnya.
Setelah mengerjap-kerjapkan matanya, Fin menyadari tempat itu adalah sebuah mobil yang mewah.
Selama ini Fin hanya tahu mobil milik ibu Ruby, mobil keluarga yang sudah kusam dan panas karena AC nya yang tidak dapat berfungsi lagi.

"Sudah bangun..?"

Suara lembut itu membuat Fin segera memalingkan wajahnya ke arah sebelah kanannya.

"Om..?"

Fin masih mengucek-kucek matanya yang belum bisa fokus sepenuhnya.
Fin tersenyum lebar sekali karena rasa senang yang seakan memenuhi dadanya.

"Om ambil aku..!?"

Fin merasa tenaganya segera kembali dan Fin yakin ia sudah bisa lompat-lompat sekarang ini.

"Iya sayang..."

Adi tertawa kecil melihat Fin yang nampak girang sekali.

"Om..om..beliin aku gelang ama kalung ya om..."

Fin menarik-narik lengan jas milik Adi.

"Tentu saja...Kamu akan mendapatkan apapun yang kamu mau..
Tetapi berjanjilah untuk menjadi anak yang baik.."

Adi tersenyum menggoda Fin yang langsung mengangguk setuju.

14 Tahun kemudian..

Fin sekarang ini sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar.
Namun, Adi juga tak pernah lupa untuk mendidik Fin agar tidak menjadi sombong karena kelebihan yang dimilikinya.
Karena itulah Adi selalu memberikan uang yang secukupnya saja pada Fin.
Fin pun di didik menjadi anak yang penurut dan tidak pernah melawan ayahnya.
Adi merasa sangat beruntung karena memilih Fin sewaktu masih di panti asuhan dulu.

Namun, ada kerinduan akan kasih sayang seorang wanita dewasa pada diri seorang Adi.
Ia tetaplah manusia biasa yang membutuhkan lawan jenis yang seimbang dengan dirinya.
Karena itulah ia memilih sekretarisnya yang cantik dan selalu sopan padanya.
Walaupun Adi mengetahui bahwa sekretarisnya ini menyandang predikat "Janda".
Adi pun mengenalkan calon istrinya yang baru pada Fin.

"Fin..Kenalkan, ini tante Rose.
Rencananya dua bulan lagi papa akan bertunangan dengannya.."

Ucapan Adi membuat Fin bingung harus bagaimana.
Ia merasa senang karena ayahnya akan memiliki seorang pendamping hidup.
Tapi Fin tahu bahwa sekretaris ayahnya itu sangat munafik.
Fin sering kali datang ke kantor Adi, hanya sekedar untuk meminta uang saku tambahan.
Dan setiap kali bertemu sekretaris ayahnya itu, ia selalu menyembunyikan identitasnya sebagai anaknya.
Fin hanya mengatakan bahwa ia adalah "Gadis Kesayangan Bos".
Fin tahu, sifat jahilnya ini sudah keterlaluan.
Namun, justru karena sifat jahilnya inilah Fin dapat mengetahui sifat asli Rose.
Setiap kali bertemu dengan Fin, Rose segera bertanya berbagai macam pertanyaan bagaikan sedang mengintrogasi seorang pencuri.
Namun Fin memaklumi sikap Rose karena ia tahu bahwa ayahnya adalah pria yang tampan dan kaya.

Tapi sekarang, Fin dihadapkan dengan kenyataan bahwa ayahnya akan menikah dengan janda munafik itu.

"Lho? Bukannya dia itu..."

Rose tampak terkejut melihat Fin.
Terlebih lagi saat itu Fin menggunakan piyama, seolah-olah sudah lama Fin tinggal di rumah itu.
Fin menjulurkan tangannya.

"Benar, Saya adalah putri kesayangan Bos Adi.."

Fin tersenyum nakal, sambil mendelik ke arah ayahnya yang juga sedang menahan tawa.
Rose menjadi kikuk dan sangat menyesali sikapnya selama ini pada Fin.

"Wah, ternyata putrimu ini cantik dan manis sekali ya?"

Fin merasa janggal dengan sikap Rose yang menjadi amat ramah kepadanya.
Bukan itu saja, tapi di lain hari pun Rose menjadi sangat baik kepadanya.
Fin benar-benar merasa jengah dengan sikap Rose yang berlebihan, ingin rasanya ia merobek topeng yang selalu dipakai Rose selama ini.
Namun, di suatu hari sepulang sekolah. Fin melihat Rose yang sedang berciuman di taman dengan seorang laki-laki muda yang penampilanya nampak "KAYA"

Rose yang merasa tertangkap basah pun segera mengancam Fin untuk tidak melaporkan kejadian itu kepada ayahnya.

"Kalo kamu berani lapor, Liat saja nanti!! Ayahmu akan mati saat meminum air yang kuberikan kepadanya di kantor..!!"

Ancaman dari Rose itulah yang membuat Fin berusaha mencari akal untuk menggagalkan pertunangan mereka.
Fin tidak memiliki ide untuk menjebak Rose.
Namun ia memiliki ide untuk menjebak Adi.

Fin tahu kebiasaan ayahnya yang suka minum alkohol.
Namun Adi tidak pernah ingin Fin mengetahui kebiasaan buruknya ini.
Tetapi tetap saja Fin mengetahuinya.
Fin sengaja membeli satu botol minuman beralkohol yang kadar alkoholnya paling tinggi.

Bacardi 151

Fin memesan minuman ini dari toko online dengan harga yang menguras tabungannya.
Fin tidak perduli, ia tetap akan menjalankan misinya.
Saat ayahnya pulang, Fin segera menjalankan misinya.
Setelah memakai sarung tangan agar tidak meninggalkan sidik jari,Fin menuangkan minuman itu ke dalam beberapa gelas plastik yang berpinggiran kasar, sehingga tidak meninggalkan sidik jari, dan ia pun memberikannya pada ayahnya.

"Apa ini Fin..!?"

Adi kaget bukan main saat mencium bau alkohol yang kuat dari gelas yang diberikan Fin.

"Kan papa suka minuman kayak gitu..nggak usah pura-pura deh.."

Fin sengaja bersikap menggoda ayahnya agar mau meminum minuman beralkohol itu.
Adi cukup bingung dengan sikap Fin, namun akhirnya ia meminumnya juga.

"Enak nggak pa..?"

Adi tahu, minuman yang baru saja diminumnya itu pastilah bukan minuman beralkohol biasa.

"Enak...tapi merknya apa?"

Fin tidak menjawab pertanyaan Adi, karena pikirannya penuh dengan rencananya.
Setelah menghabiskan minuman pada gelasnya, Adi menaruh gelasnya di atas meja dan berharap Fin akan menuangkan lagi minuman itu.
Fin segera memberikan gelas-gelas yang lainnya kepada Adi.

Sudah setengah botol Adi habiskan sendiri.
Ia pun merasakan mabuk yang amat sangat.

"Papaa..Kita ke kamar yuukk..."

Fin sengaja merayu Adi dengan nada manja agar Adi masuk ke dalam perangkapnya.
Adi yang terhuyung-huyung pun mengikuti Fin ke kamar tidurnya.

Fin pun segera beraksi.
Dilepaskannya kemeja, sepatu dan celana panjang Adi, sehingga hanya menyisakan sebuah celana pendek yang melekat pada tubuhnya.
Fin tidak tahu bagaimana cara untuk merayu lelaki, namun ia cukup tahu bagian sensitive yang dimiliki pria.
Dengan rasa terpaksa, Fin membuka piyamanya, sehingga hanya menyisakan pakaian dalamnya saja.

"Paa...Temenin aku yaaa...Aku kesepian nih kalo papa kerjaa..."

Ucapan dengan nada manja itu Fin lancarkan dengan mengusap-usap dada telanjang Adi, sambil kakinya melingkar pada pinggang Adi.

"Fin...Kamu ngapain sihhh..?"

Fin tahu ayahnya mulai terangsang saat ia mengusap-usap bagian paling sensitive milik Adi.

"Aku cuma mau ini paaa..."

Fin mulai meremas gundukan otot keperkasaan milik Adi, yang di balas dengan desahan nikmat dari bibir Adi.
Perlahan tapi pasti, keperkasaan Adi mulai terlihat dari balik celana pendek tipis itu.
Adi kemudian bangkit dan beralih menindih tubuh Fin.

"Sebenarnya dari dulu papa juga mau Fin..."

My Lovely DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang