Dendam

10.8K 249 3
                                    

Esok harinya..

Adi terbangun karena goncangan keras pada bahunya.
Saat membuka matanya, Ia melihat beberapa pria yang tidak dikenalnya.

"Maaf pak, Tapi kami harus menahan bapak.."

Adi kaget bukan main.
Ia segera terlonjak dari tidurnya dan melihat beberapa orang lain berseragam gelap tengah berada di dalam kamarnya itu.

"Ada apa ini? Siapa kalian...?"

"Bapak kami tahan dengan tuduhan pelecehan seksual terhadap anak angkat bapak.."

Adi mulai mengingat-ingat kejadian tadi malam.
Namun para pria berseragam gelap itu sudah langsung menggiringnya keluar dari kamar itu.

Di Kantor Pengadilan..

Adi duduk terdiam di depan meja hakim itu.
Ia hanya perlu menunggu hakim dan juga sang korban...

Fin...Anak angkatnya sendiri...

Adi benar-benar tidak menyangka bahwa Fin menyiapkan perangkap licik semacam ini.
Saat Adi tengah memikirkan tentang apa yang akan terjadi, tiba-tiba saja pintu besar itu terbuka.
Menampakkan sesosok hakim yang nampak cukup tua, dan juga sesosok bertubuh kecil itu..

" Fin..?"

Adi sedikit ragu karena Fin memakai topeng berwarna putih, yang menutupi seluruh wajahnya.
Mungkin topeng itu dipakainya karena Fin merasa malu, telah diperkosa ayah angkatnya sendiri
Saat sidang itu dimulai, Adi mencoba menjelaskan berbagai macam hal yang ia ingat saat ia mabuk.
Namun dari pihak pengacara Fin, bukti sidik jari pada botol minuman keras itu menunjukkan, bahwa Adi memang meminum minuman terlarang itu, dan bukti itu sama sekali tak bisa dibantah
Adi sedikit terperangah melihat botol Bacardi itu.
Adi berani bersumpah bahwa ia belum pernah melihat botol itu.
Tapi bukti sidik jari itu..?
Hal lain yang membuat Adi terperangah adalah bukti spermanya yang masih tersisa pada tubuh Fin.
Selama sidang pun Fin tidak berkata sepatah katapun.
Ia benar- benar berakting sebagai saksi yang mengalami trauma.
Ya, Fin memang gemar membaca novel dan komik tentang detektif yang membuatnya hafal, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seorang pelaku.
Dan Fin menerapkan semua ilmu yang ia pelajari itu, pada kejadian tadi malam.
Saat ayahnya tertidur, Fin menempelkan sidik jari ayahnya itu kepada botol minuman beralkohol itu.
Semua itu berjalan lancar bagi Fin, yang dibalik topengnya itu sedang tersenyum puas dengan hasil kerjanya, walaupun ia harus merelakan keperawanannya demi aksinya itu.

Adi divonis Dua Tahun penjara oleh sang hakim yang segera meninggalkan ruangan besar itu.
Ia benar-benar tak menyangka semua hal akan terjadi secepat itu.
Ia pun segera digiring oleh para pria berbadan tegap untuk menjalani hukumannya.

Selama di penjara, Adi memasang tekad untuk membalaskan dendam pada anak angkatnya yang licik itu.
Ia tidak perduli lagi...
Setiap hari Adi berlatih mengangkat beban, dan bekerja lebih keras daripada teman-temannya yang lain, agar mendapatkan otot yang lebih kekar.
Ia setiap hari membayangkan cara-cara untuk menyiksa tubuh mungil yang dibencinya itu.

Suatu hari nanti aku yakin...

Kamu akan mati perlahan ditanganku Fin...

My Lovely DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang