Bimbang

10.3K 225 1
                                    

Adi terdiam di depan ruang tidur yang berisikan beberapa kasur lipat yang disusun rapi di ujung ruangan, sehingga ruangan itu dapat dijadikan tempat bermain.
Dilihatnya beberapa anak laki-laki kecil yang sedang kejar-kejaran.

"Apa aku ambil anak laki-laki saja ya..?"

Pikiran Adi segera menarawang kepada anak buah di kantornya yang selalu mengeluhkan tentang kenakalan anak laki-laki mereka yang seakan tidak pernah berkurang.
Begitu pun yang memiliki anak laki-laki yang sudah besar dan jarang berada dirumah.

"Mungkin sebaiknya aku ambil anak perempuan saja.."
Pikir Adi.

Ia kembali mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru panti asuhan itu.
Dan perhatiannya tertuju pada anak perempuan kecil yang sedang bermain "Acara Minum Teh"

"Lucu juga" Pikirnya.

Namun entah kenapa ia jadi kepikiran tentang anak gadis kecil yang lucu itu.

Ya, ia teringat dengan Fin yang tadi ia janjikan akan kembali.
Anak itu lucu dan menggemaskan, tapi apakah selamanya akan tetap begitu?
Karena memilih seorang anak tidaklah sama seperti memilih pacar yang dapat di putuskan kapan saja, sesuka hati.
Bila ia sudah memutuskan untuk mengambil seorang anak untuk menjadi anaknya, tidak akan bisa dikembalikan lagi seperti barang yang tidak diinginkan.

"Apakah Fin adalah pilihan yang terbaik?"

Saat Adi tengah sibuk melamunkan tentang masa depannya bersama calon anaknya, tiba-tiba saja Ruby menepuk pundaknya.

"Jadinya mau milih yang mana mas?"

Adi menjadi semakin bingung, seakan satu hari sepertinya tidak akan cukup untuk menentukan masa depannya kelak.

"Hmm...bagaimana ya bu, sepertinya saya butuh waktu agar dapat memutuskan yang terbaik.."

Ruby yang mengerti tentang kegundahan yang dialami oleh pria muda di depannya itu pun, mulai menceritakan tentang sifat-sifat anak-anak yang ada di panti asuhan itu.

Tanpa Adi sadari, dirinya sudah terlarut di dalam pembicaraan, yang bukan hanya membicarakan tentang sifat anak-anak lagi.
Melainkan sudah sampai pada masalah bisnis dan juga alasannya untuk memiliki anak adopsi.

"Trus mas ini sekarang nggak menikah lagi..?"

Pertanyaan Ruby membuat Adi merasa jengah.
Entah sudah berapa banyak orang yang mempertanyakan hal itu.
Ia benar-benar tak suka saat ada orang yang mengungkit-ungkit tentang masa lalunya itu.

"Saya pikir akan lebih menyenagkan bila memiliki anak kecil ketimbang memiliki pendamping wanita.."

Adi mengucapkan kalimat itu sambil berusaha meredam rasa tersinggungnya.
Adi tersadar akan hari yang mulai menjelang siang.
Saat dilihat arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 2 siang, ia pun segera bangkit untuk memilih anak angkatnya.

Adi bangkit dari kursinya, dan tersenyum sopan pada Ruby.

"Terimakasih sekali untuk waktu yang ibu berikan kepada saya, tapi sepertinya sudah saatnya saya untuk pamit undur diri.."

Ruby benar-benar tersanjung dengan sikap formal Adi.

"Sama-sama mas Adi..
Jadi, anda akan mengambil..."

Ruby sengaja memotong kata-kata nya untuk memastikan sekali lagi pilihan pria muda itu.

"Saya akan mengadopsi ..."

Adi terdiam sejenak karena rasa ragu yang kuat tengah menyerangnya.

"Apakah ini pilihan yang terbaik?"

My Lovely DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang