Resiko menjadi anak rantau. Circle kehidupan yang mulai berbeda dari sebelumnya. Namun siklus kehidupan tetap sama.
Seperti yang tengah Geca Firyasya rasakan.
Dilihat dari lingkungannya yang sekarang, banyak anak yang seumuran dengan dirinya yang masih sendiri, merasa perjalanan hidup mereka masih panjang untuk digapai seorang diri tanpa terikat oleh apapun apalagi pernikahan.
Namun, jika melihat dimana dirinya dilahirkan bahkan dibesarkan. Teman seumurannya hampir semua sudah berumah tangga.
Umur 24 tahun untuk ukuran anak kota, masih terbilang muda, apalagi jika memiliki karir yang sedang bagus-bagusnya. Orang-orang akan berbicara;
"Masih muda tapi sudah sesukses ini" disertai dengan tatapan bangga pastinya
Tapi akan berbeda untuk ukuran anak yang tinggal di kampung atau desa, umur 24 tahun untuk perempuan sudah terbilang matang melakukan pernikahan. Orang-orang akan sering menanyakan kapan menikah.
Bahkan mewanti-wanti takut menjadi 'perawan tua'.
∆∆∆
Dua minggu sudah umur pernikahan Geca dan Geta, selama itu mereka sudah berusaha untuk saling terbuka dan memahami, menjelaskan kehidupan pribadi serta karir mereka.
Mulai membiasakan diri di tempat baru, seperti minggu kemarin mereka tinggal dikediaman orangtua Geca dan sekarang dikediaman orangtua Geta.
"Geca, weekend nanti kita berangkat ke Bandung, waktu cuti saya habis"
"Lho Mas. Aku kan udah bilang, aku kerja di Jakarta. Cuti aku juga sama, weekend nanti terakhir. Kita kan udah diskusi mengenai ini, gimana sih!" protes Geca.
Geta terdiam. Dia menatap Geca intens, waktu kebersamaan mereka baru dua minggu, apa harus melakukan hubungan jarak jauh secepat ini?
"Kamu nggak takut saya macem-macem di Bandung?"
"Emang Mas mau macem-macem, hah?! Setelah apa yang kita lakuin selama dua minggu ini?!" semprot Geca cepat tanpa sadar Geta langsung menggelengkan kepala.
"Enak aja macem-macem, aku telanjangin di depan umum baru tau rasa!"
"Geca. Omongannya." Geta melotot namun telinganya tetap tidak bisa di kendalikan.
"Tuh, merah telinganya Mas" ejek Geca puas.
Geta Pradawa anak tunggal dari pasangan Redfan--lebih sering dipanggil Papah Merah, dan Resca--lebih sering dipanggil Mamah Rere.
Meski mereka berdua pernah satu sekolah di Sekolah Dasar bahkan satu kelas selama 6 tahun, namun keduanya tidak begitu dekat, tidak begitu paham satu sama lain, karena dulu, Geca menganggap semua sifat teman-teman mainnya sama, sama-sama baik, jika sedang berada dalam satu geng.
Mereka terpisah sejak masa SMP.
Sekarang, Geta yang Geca kenal adalah lelaki baik, sopan, bertanggung jawab. Dia tidak se-cool tokoh fiksi, tidak juga kaku, dia bersikap realistis namun sedikit pendiam dan juga sedikit serius.
Sedikit berbeda dengan Geca. Dia yang lebih sering mendominasi hubungan pernikahan mereka. Lebih tepatnya, Geca lebih berani memulai lebih awal serta lebih banyak bicara dibandingkan Geta.
Yang terpenting Geta adalah lelaki yang tampan sangat cocok dengan Geca yang cantik--menurut versi kedua orangtuanya.
"Ck. Saya khawatir kamu jauh dari saya"
KAMU SEDANG MEMBACA
HONESTY IN LOVE
General Fiction"Honesty in love; tanpa memandangnya, bisa merasakan kenyamanan saat bersamanya" Perjodohan. Ya, ini kisah tentang dua insan yang dijodohkan, karena masalah umur yang sudah sangat matang, untuk lingkungan orang yang tinggal di kampung. Jika biasanya...