D U A

34 7 3
                                    

Mata bulatnya menatap kagum bangunan-bangunan berlantai tinggi di sekelilingnya. Ternyata semengagumkan ini, hasil karya para pekerja, batinnya berdecak kagum.

Sepanjang perjalanan, pandangannya tidak lepas dari jalanan yang menurutnya sangat mengagumkan, banyak bangunan serta gedung-gedung yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, semuanya menjulang tinggi.

Terlebih lampu-lampu yang masih menghiasi bangunan sepanjang perjalanan, semakin terlihat indah.

Se-berhentinya bus ditempat tujuan, seorang paruh baya--yang senantiasa menemaninya, menyuruhnya keluar tanpa meninggalkan barang apapun.

"WAH! Ini Jakarta?" batinnya kembali kagum melihat sekeliling.

"Ayok"

"Emang belum nyampe?"

"Iya. Masih harus naik angkot ke perusahaannya" dinginnya dini hari, tidak mengurangi semangat mereka untuk segera sampai di tujuan.

"Masih jauh nggak, Pak?" Bapak. Paruh baya yang menemaninya adalah sang ayah. Keduanya dari kampung, memantapkan niat dan tekad untuk mengantarkan sang putri kerja di kota besar ini.

Berbekal tekad dan keyakinan, Lea yakin dirinya bisa bekerja di kota besar seperti Jakarta.

"Lumayan. Nanti kita subuh dulu sama sarapan. Biar interviewnya lancar" iya. Interview, salah satu alasan mereka berangkat tengah malam dengan maksud pagi hari sudah berada di Jakarta.

Setelah beberapa hari sebelumnya, Lea mengisi form online dari website resmi perusahaan tersebut, akhirnya lolos seleksi dan mendapatkan kesempatan untuk interview hari ini.

"Iya, Bapak" Lea Figur, namanya. Sambil mengikuti langkah besar sang ayah, Lea menatap sekeliling yang masih terasa gelap.

Hari ini, Lea akan ber-adu nasib serta keberuntungannya di salah satu perusahaan.

Berjalan beberapa meter mencari angkot yang sepertinya tidak ada--karena terlalu pagi, Lea sembari menggendong tas berisi baju serta berkas-berkas, yang sesekali ia perbaiki posisinya. Tidak jauh berbeda dengan dirinya, Bapak Lea pun membawa tas--sedikit kecil karena hanya berisi sedikit potong baju, serta tas jinjing yang berisi keperluan lainnya--milik Lea tentunya.

"Kita naik busway, aja. Kemarin Bapak udah isi saldo" tidak heran Bapak Lea memiliki kartu busway, karena sebelumnya Bapak Lea pernah bekerja di Jakarta bertahun-tahun.

Namun harus pulang dan memilih bertahan hidup di kampung, tentu karena adanya wabah.

Setelah terjadinya pandemi, kehidupan keluarga Lea benar-benar berubah, rasanya seperti jungkir balik. Memang tidak menjadi lebih baik, akan tetapi menjadi sangat bersyukur. Bersyukur masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki segalanya, setelah wabah yang mendunia dan banyak memakan korban.

∆∆∆

Lea bersyukur menemukan informasi lowongan kerja, yang sistem recruitment-nya resmi melalui website perusahaan.

Rasanya lelah bertarung dengan orang-orang yang memiliki orang yang berpengaruh. Meski perusahaan tersebut belum mendunia, Lea yakin perusahaan tersebut sudah berhasil mengajak orang-orang yang sepertinya--yang hanya lulusan SMA, bergabung secara resmi bersama orang-orang hebat di dalamnya.

PT GABYAR HARUM--GH, tertulis jelas di depan bangunan yang perkiraan berlantai tiga. Tidak begitu besar, namun cukup baik perkembangannya untuk ukuran perusahaan baru. Cabang dari Gabyar Harum Bandung, yang memproduksi berbagai macam jenis teh. Hanya saja, cabang Jakarta berupa kantor serta tempat packing. Berbeda dengan pusatnya, Bandung. Di pusatnya, produksi teh dilakukan, pabriknya bersampingan dengan kantor.

HONESTY IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang