Geta tersenyum saat mendengar suara sang istri dari sebrang telpon.
Seharian tanpa mengabari istrinya, membuat hari Geta terasa berat. Ternyata semenyenangkan ini memiliki orang yang berarti selain orangtuanya.
"Saya tadi habis nginterview di perusahaan cabang" ujar Geta menceritakan tentang harinya.
"Gimana lolos semua ngga?"
"Ngga, enam orang kurang memenuhi kriteria perusahaan"
"Terus pagi saya ada meeting"
"Kamu sekarang dimana? Maaf ya, saya baru ngabarin kamu, tadi istirahat saya benar-benar sibuk, banyak kerjaan karena abis cuti"
"Iya, Mas. Aku ngerti kok. Mas kalau ditelpon ternyata banyak omong ya, hehe" terdengar kekehan Geca membuat Geta mengulum senyum.
Tidak tahu kenapa, rasanya Geta ingin menceritakan semua kegiatan yang sudah ia lakukan seharian ini.
"Aku lagi jalan pulang nih, kamu masih di kantor?"
"Iya. Masih ada kerjaan"
"Kerjaan saya benar-benar numpuk. Ditambah akan ada produk baru. Semoga nanti weekend, saya benar-benar free"
"Jangan dipaksain, Mas. Kerjakan sesuai deadlinenya. Aku juga jujur aja, lagi banyak kerjaan"
"Nanti kita bahas lagi. Saya bentar lagi ada janji sama atasan buat bicarain produk baru. Kamu jaga kesehatan, nyampe kostan langsung mandi, nanti makan, saya yang pesan dari sini"
"Pasti. Aku selalu jaga kesehatan. Aku bisa pesan sendiri, Mas" mendengar jawaban Geca, Geta tersenyum bangga. Geca adalah perempuan mandiri, dia mengerti dirinya sendiri, dia mencintai dirinya sendiri. Untuk kesehatan dirinya, Geta yakin, Geca tidak akan lalai.
"Udah saya pesanin, dimakan ya"
"Siap. Makasih lho Mas"
"Sama-sama istri"
∆∆∆
"Ca"
"Asyaaa! Napa sih lo senyum-senyum?! Gue lagi cerita sedih, anjir!" kesal Tira saat melihat Asya tersenyum malu seperti itu.
"Sorry, gue abis telponan" Asya langsung menyimpan kembali ponselnya kedalam saku celana.
"Kampret ya lo! Gue lagi cerita juga, lo malah telponan sama orang, ngga sopan" delik Tira lalu jalan lebih dengan mulut yang terus mendumel.
"Ya lo, cerita ngga sambil liat gue. Lo ngga liat lawan bicara lo lagi ngapain, main nyorocos aja"
"Liat dulu lawan bicara lo ketika lo mau cerita, jangan maen gas aja" tambah Asya mengingatkan.
"Bodo amat!"
"Tapi gue dengerin kok" bujuk Asya lalu merangkul sahabatnya itu. Jika tidak ada yang mengalah, urusan sepele seperti ini akan terus berlarut.
"Nanti lo makan gratis deh" bujukan ampuh yang langsung membuat Tira menoleh pada Asya
"Bener ya?"
"Iya, giliran makanan aja cepet lo" cibir Asya.
"Bodo amat, Ca. Bodo amat"
"Eh! Itukan cewek yang tadi sama bapaknya" beritahu Tira sambil memukul-mukul pundak Asya.
Kebiasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HONESTY IN LOVE
Fiksi Umum"Honesty in love; tanpa memandangnya, bisa merasakan kenyamanan saat bersamanya" Perjodohan. Ya, ini kisah tentang dua insan yang dijodohkan, karena masalah umur yang sudah sangat matang, untuk lingkungan orang yang tinggal di kampung. Jika biasanya...