"Abang... stop.. gakkkkk, sakiitt"
Daniel melepas paksa infus yang tertancap ditangan kurus Irsyad, kemudian menancapkannya kembali secara asal, terus menerus seperti itu hingga berulang ulang kali.
Warna merah darah sudah mengalir disaluran selang infus, tangan kirinya berdenyut. Dengan badan bergetar Irsyad hanya bisa menangis.
"Heh, udah nangis? Padahal barusan gue punya niat ngelakuin hal itu sebanyak 3000 kali"
Irsyad menggigit kuat bibir bagian bawahnya, mencoba menahan isakan yang akan keluar. Ia gelengkan kepalanya tanda tak ingin sang kakak melakukan hal kejam seperti itu padanya.
"Mulai hari ini gue akan sering bikin lo keluar masuk rumah sakit, dan setiap tusukan jarum akan gue hitung satu.
Sebelum 3000 tusukan gue gak akan puas, lo tau kenapa? Kerena rasa sakit itu gak sebanding dengan apa yang gue rasain pas lo dateng ke kehidupan gue.
Jadi, jangan sok jadi korban karena lo emang pantes dapetin hal ini" kalimat penuh tekanan itu Daniel ucapkan sebelum akhirnya melangkah keluar dari ruangan berbau obat yang Irsyad tempati.
🌳
🍃
Setelah 3 hari tanpa keterangan akhirnya hari ini Irsyad dapat kembali kesekolah. Kata dokter baik itu, ia tak boleh lagi telat makan, karenanya sebelum bel masuk berbunyi Irsyad sempatkan untuk mampir kekantin."Bubur ayam satu ya bi" cengiran khas dia tunjukan diwajah manisnya, membuat bi Ranti merasa kembali mendapatkan semangat paginya.
"Eh.. nak Irsyad, kamu teh kemana aja, 3 hari gak keliatan"
Bi Ranti tau, alasan mengapa Irsyad sering keluar masuk kantin adalah karena anak sang donatur sekolah beserta kedua temannya.Dalam satu hari sebanyak 3-4 kali Irsyad akan bolak balik antara kantin dan tempat tujuannya. Bi Ranti tak tega sebenarnya, tapi tanpa kekuasaan ia bisa apa. Suaranya tak akan didengar.
Karena itu ia hanya bisa mendukung Irsyad dari belakang, dengan cara menolak setiap kali anak itu ingin membayar makanan yang dimakannya.
"Nak Irsyad sampe kapan mau diperbudak gitu? Gak ada upaya ngelawan?" Bi Ranti menyodorkan satu mangkok bubur ayam yang masih hangat kedepan Irsyad yang menunggu manis
"Sebenarnya ya bi, Irsyad juga geram pengen mukulin wajah wajah brengsek itu. Tapi gak bisa? Beasiswa Irsyad dipertaruhkan" sembari meraih bubur ayam miliknya, Irsyad menjawab seadanya
"Kenapa gitu?"
"Karena Irsyad anak hasil perselingkuhan. Disekolah ini hanya bang Daniel yang tau faktanya,
Pandangan yang semula menunduk itu terangkat.
Dan jika rumor itu menyebar, Irsyad gak akan bisa pertahanin uang dana sekolah, karena dalam perjanjian Irsyad gak boleh bikin keributan besar atau gak kontrak itu akan dicabut"
🌳
🍃
Satu kaleng coca cola melayang tepat mengenai wajah, siapa lagi pelakunya kalo bukan sang pemeran yang saat ini memainkan peran sebagai antagonis utama.Rasa benci yang kuat dari dalam hatinya membuatnya tak lagi memiliki rasa kemanusiaan. Rasa benci terhadap orang didepannya saat ini membuatnya ingin sekali langsung membunuhnya tanpa aba aba andai saja tak ada hukum didunia ini.
"Guna lo hidup itu apa sih? Gak guna banget heran gue, disuruh beli minuman aja selama itu. Dah gak mood gue, buang aja"
"Kantin penuh dan perlu upaya buat beli satu kaleng minuman ini bang" Irsyad menjawab lirih, jika boleh jujur ia bahkan tak memiliki tenaga hanya untuk sekedar menaikan intonasi
KAMU SEDANG MEMBACA
Awal tanpa Akhir [END]
Подростковая литератураAwal tanpa akhir, Kisah kita yang telah sama sama dimulai namun tak bisa diakhiri. "Terus saja bunuh aku, hingga hanya tinggal raga yang bersisa didunia ini!" Apa yang kau pikirkan saat mendengar suatu kata tentang Takdir atau Skenario Tuhan? Dalam...