"Mas, kamu gak ada jadwal kan hari ini, Nathan udah keluar dari rumah sakit, dan aku minta Elzan buat undang dia makan malam dirumah kita hari ini. Aku juga mau minta maaf sama dia, atas kejadian saat pertemuan pertama kami dulu" Amelia tersenyum sendu saat mengingat bagaimana buruknya perlakuan yang didapatkan Nathan dari dirinya.
"Aku akan ke perusahaan"
Amelia menyusul langkah lebar Gernanda yang berjalan menuju pintu keluar, "Tapi mas, aku yakin hari ini kamu kosong, makanya aku saran--"
"AMELIA!"
Wanita cantik berusia 46 tahun tersebut tersentak, ini pertama kalinya Gernanda meninggikan suara saat berbicara dengannya.
"Kalau kau ingin menyambut kepulangan anak jalang itu maka lakukanlah. Tidak usah melibatkanku, harusnya dia tewas saja dalam tragedi dimansion Archim hari itu" Gernanda melantunkan kalimat yang terdengar sangat menyakitkan tanpa rasa bersalah, lalu melangkah meninggalkan Mansion dengan emosi membuncah
Meninggalkan Amelia yang menahan tetes air matanya, "Tapi mas, biar bagaimanapun dia tetap anakmu, sama seperti kamu mau menerima Elzan dan Dirga akupun bersedia untuk menerima Nathan" gumamnya. menyampaikan kepada sunyi, berharap agar sang angin membawa pesan hingga menembus relung hati nurani suaminya.
***
Yang dilakukan Gernanda saat sampai di perusahaan hanya diam dan menatap kosong kaca tinggi didalam ruang pribadinya. Dari kaca tembus pandang tersebut, penampilan gedung gedung tinggi terbaris rapi dan jika menatap ke bawah pemandangan lapangan hijau dan taman bunga indah lah yang tersaji.
Pria dewasa berusia 49 tahun tersebut menatap pisau kecil pemotong kue yang sekretarisnya berikan padanya beberapa saat lalu, kue dengan krim putih tak sedikitpun ia sentuh. Tampaknya ada salah satu dari karyawannya yang berulang tahun hari ini.
Gernanda bangkit dari kursinya, memasukan kedua tangan kedalam saku celana, ia menatap hampa pemandangan diluar sana dari balik kaca.
Dalam pikirannya menyerukan, sudah saatnya untuk menemui Nathan, dan mengakhiri semuanya.
Membelakangi jendela yang memiliki pemandangan tak lagi indah karena awan yang meredup, hujan akan segera turun bersamaan dengan Gernanda yang meninggalkan ruangan.
Prang..
Foto keluarga kecil Zaxtar yang berada dalam ruangan bernuansa hitam terjatuh, menghantam keras permukaan lantai hingga membuat kaca yang melapisi sebuah foto dengan senyum hangat itu pecah, membuat kepingan kepingan kecil berserakan.
***
"Jadi, dia sudah berpulang" walau senyum getir lelaki tua itu pertahankan diwajahnya yang tak lagi muda, namun siapapun pasti dapat melihat pancaran luka dari mata Gion yang sudah berkaca kaca.
Dibelakang Gion berdiri seorang wanita yang menatap mereka dengan pandangan yang sulit dipahami. Dadanya bahkan naik turun, seperti sedang menghalau sesak yang melanda.
Seakan seberapa banyak air mata yang tumpah tak akan bisa memperbaiki apapun yang sudah terlambat.
Ayahnya itu pun sepertinya memiliki pemikiran yang sama dengannya. Karena itu lelaki tua tersebut mengusap air mata yang jatuh lalu menggantinya dengan tawa hambar.
Mengejutkan sekali ternyata pemuda yang berdiri didepannya saat ini mengenal Mira. Sosok yang ia cintai dimasa lalu ataupun masa kini, namun naasnya alam sudah memisahkan mereka bahkan sebelum keduanya sempat saling melontarkan kata maaf. Karena itu,
KAMU SEDANG MEMBACA
Awal tanpa Akhir [END]
Teen FictionAwal tanpa akhir, Kisah kita yang telah sama sama dimulai namun tak bisa diakhiri. "Terus saja bunuh aku, hingga hanya tinggal raga yang bersisa didunia ini!" Apa yang kau pikirkan saat mendengar suatu kata tentang Takdir atau Skenario Tuhan? Dalam...