29 ✏ Kisah kita

316 39 0
                                    

....Lenathan Syabilal dan Irsyad Arkajaiz dinyatakan meninggal dunia"

Tepat 20 hari ketika ia mulai menaruh sebuah harapan, Dirga justru dibuat jatuh berlutut ditanah.

Harapannya hari ini dihancurkan oleh keputusan dari pemimpin tim sar, dia menyatakan untuk menghentikan pencarian karena tak kunjung membuahkan hasil apapun.

Bukankah seharusnya Dirga senang karena mayat adiknya tak bisa ditemukan yang artinya bisa saja adik gemasnya itu masih hidup, kan?

Tapi mengapa ia justru kehilangan tenaga saat ini, apa karena adiknya dinyatakan meninggal?

Bodoh, mayatnya tak ditemukan karena Nathan masih hidup bukannya meninggal?

Daniel maju menerjang seorang pria paruh baya yang masih menggunakan pakaian lengkap pencarian, ia genggam kerah baju pria yang tak lagi muda itu "kau bilang dia meninggal? Dimana kau letakkan otak tak bergunamu itu, hah?!"

Para tim yang berada disekitar mencoba memisahkan mereka, namun laki laki pertengahan usia 40 itu justru memberi aba aba untuk anak buahnya mundur.

Si korban yang saat ini Daniel cengkram kuat kerahnya adalah seorang orang tua yang memiliki banyak pengalaman, bukan anak ingusan yang gampang tersulut emosi.

Dengan tenang pemimpin tim sar itu mengulas senyum teduh, ia tau betapa hancurnya pemuda yang telah memasuki usia dewasa ini "nak, kuatkan hatimu, dan berhenti terlalu menaruh harapan karena hal itu akan membunuhmu secara perlahan"

"BRENGSEK" Daniel kehilangan kendali. Hampir saja satu pukulan dilayangkan jika Gibran tak maju dan segera memukul rahang Daniel kuat.

Dengan murka Gibran berikan satu bogeman untuk saudaranya itu, membuat Daniel kehilangan keseimbangan dan terhuyung kebelakang.

Jatuh terduduk memegang rahangnya dengan kesadaran yang telah kembali.

Elzan hanya mampu diam. Lidahnya kelu bahkan hanya untuk sekedar mengeluarkan kata.

Tak bergeming. Satu tetes air mata jatuh. Dia merasa sangat hancur, rasanya berkali kali lipat lebih menyakitkan bahkan lebih daripada saat ia kehilangan nenek Mira.

Lantas, siapa yang akan menenangkannya sekarang?

***


Venus berjalan menuju sebuah gubuk layak huni, yang dikelilingi oleh hehijauan asri. Rumah kayu dengan sebuah pohon besar yang berada dihalaman depannya memberi kesan rindang disiang hari.

Tertangkap pandangan matanya, seorang laki laki berusia tua sedang menyapu halaman yang diguguri oleh daun kering dengan sebuah sapu lidi yang telah banyak patah.

"Kek" Venus menyapa,

Orang tua tersebut menoleh, mendapati seorang pemuda yang sudah ia anggap sebagai cucunya hari ini datang menemuinya.

Sambutan hangat sang kakek berikan,  "nak Venus?" orang tua yang telah ringkih namun tetap memiliki tubuh bugar itupun maju mendekat. Suaranya bergetar, kedua tangannya ia bawa menyentuh pipi tirus pemuda tersebut.

"Ada apa dengan wajahmu?"

Merasakan ketulusan dari sentuhan hangat yang diberikan untuknya, kedua mata venus memejam. Merasakan setiap kekhwatiran yang disalurkan melalui tangan keriput itu, Venus semakin membuat luka dihatinya menganga besar.

"Kek Gion, nenek sedang apa ya?" Membuka matanya membuat satu tetes air jatuh dari pelupuk

Laki laki tua bernama Gion, tercengang dengan penuturan tiba tiba pemuda didepannya.

Awal tanpa Akhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang