"Hidup adalah sebuah permainan. Siapa yang memiliki poin terbanyak dialah pemenangnya, dan akan didiskualifikasi jika mengundurkan diri"
Dalam satu minggu terakhir, berapa kalikah kamu menangis?
Kapan terakhir kali kau bisa tidur dengan tenang?
Apa yang sedang kau pikirkan?
Seberapa sakit luka itu,
Sehingga sebegitu seringnya kau ingin menyerah?
Bukankah rangkai kata tak akan bisa menjelaskan?
Itu sebabnya mereka yang tak merasakan tak akan pernah bisa mengerti.
Mereka hanya bisa menghakimi, kau tau kenapa?
Karena kehidupan ini tidak adil....
Jauh dari kata adil, sehingga kita yang bukan pemeran utama hanya bisa berdiri diatas duri yang menciptakan luka.
Banyak buku buku yang bercerita bahwa kita adalah pemeran utama dikehidupan masing masing.
Kau tau? Ungkapan semangat seperti itu sudah terlalu biasa
Sehingga tak akan cukup lagi untuk dijadikan tamparan untuk jiwa yang benar benar rapuh
Haha, terkadang aku merasa ingin tertawa
Kehadiran kita bukanlah hal yang perlu disorot,
Sehingga diantara gemerlap bintang, kita hanyalah debu yang terbuang.
Lantas sekarang kau paham kan,
Untuk apa kehidupan setelah kematian diciptakan?
Jadi jika kau memilih mati sebelum waktunya...
Aku yakin kau tau pasti apa yang akan terjadi pada peserta yang telah didiskualifikasi didalam sebuah game!
***
Keributan besar terjadi di Mansion utama keluarga Archim, kumpulan wartawan juga kepolisian memenuhi halaman mansion megah tersebut.
Malam yang tenang harusnya dihabiskan Edgar dengan makan malam bersama sang istri juga ayah. Namun kini sirine polisi mengaum bergema dilangit malam.
Kumpulan kawanan burung terbang mengitari poros angin, menjauh dari kebisingan yang membawa pada rasa tak aman.
Edgar memberontak kala kedua tangannya yang dilumpuhkan kebelakang dikunci oleh sang pengikat resmi.
Kunci diputar, borgol ditangannya tak bisa lagi ia lepaskan.
"Apa apaan ini, saya bisa saja menuntutmu atas kasus pencemaran nama baik!" Ancam Edgar pada salah satu aparat polisi yang menahannya,
Tapi sang pengabdi negara itu tak gentar, "Tetap jalan!" Titahnya, "kami mempunyai surat resmi penangkapan.
Dini berteriak mencoba menghentikan, tapi para polisi wanita dengan sigap menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awal tanpa Akhir [END]
Ficção AdolescenteAwal tanpa akhir, Kisah kita yang telah sama sama dimulai namun tak bisa diakhiri. "Terus saja bunuh aku, hingga hanya tinggal raga yang bersisa didunia ini!" Apa yang kau pikirkan saat mendengar suatu kata tentang Takdir atau Skenario Tuhan? Dalam...