14 ✏ Sejarah (2)

376 41 1
                                    

"Mira..."

Wanita yang mulai mengurus membalikan badannya perlahan, sungguh terkejut saat mendapati sosok suami yang sudah lama tak saling bertemu berdiri dihadapannya dengan senyum merekah dalam keadaan sehat.

Ingin rasanya ia berlari menghambur diri kepelukan suaminya itu, tapi rasa sakit hati membuat ia tak bisa berpikir jernih.

Kerutan tanda bingung terukir dikening Gion, kenapa rumahnya begitu kotor? Dan kenapa istrinya terlihat berantakan? Dimana Gira?

Banyak pertanyaan didalam benaknya namun sebelum sempat bertanya perihal apapun, satu tamparan Mira daratkan kepipi Gion, menyisakan satu bekas merah menyakitkan.

"Kamu!! Beraninya kamu kembali menunjukan wajah menjijikanmu kehadapanku" mata yang memerah karena menahan tangis dan sesak didada, Mira menunjuk tepat kewajah laki laki yang ia anggap brengsek

"Mira ada apa?" Dipegangnya kedua bahu Mira yang telah mengurus

"Katakan padaku, apa yang terjadi?" Gion bertanya

"Kau menghilang selama 10 tahun tanpa memberi kabar dan sekarang kau kembali kehadapanku untuk bertanya 'apa yang terjadi?', lucu sekali Gion"

Bulir air mata tak bisa lagi ia tahan, rinai hujan dibalik bulu matanya meluruh membasahi pipi tirus Mira.

"Aku selalu mengirim surat untukmu Mira, aku juga selalu mengirimkan hadiah untuk Gira setiap hari ulang tahunnya. Aku tak mengerti apa maksudmu" Gion mencoba membela diri

"Hahahahahahaha.. jangankan surat kau bahkan tak pernah mengirimiku nafkah. Tau kah kau betapa sulitnya bagiku untuk bertahan hidup?"

Tawa itu terdengar gila, ini bukan Mira yang Gion kenal.

"Mira dengarkan aku, demi Tuhan aku selalu mengirimkan uang dalam jumlah besar setiap bulannya, baga-.."

"DIAM!! AKU TAK INGIN MENDENGAR APAPUN DARI MULUT PENUH JANJI PALSU MU ITU, SILAHKAN BAHAGIA DENGAN KELUARGA BARUMU DAN JANGAN PERNAH MENGUSIKU LAGI KARENA AKU JUGA SUDAH MENIKAH DENGAN JERY"

Hancur, dunianya hancur. Bukan sambutan seperti ini yang Gion harapkan setelah lama tak pulang. Tidak, ada yang salah disini. Mira! dia harus mendengarkannya, mereka perlu bicara.

Tapi lidahnya kelu, tubuhnya mendadak kehilangan tenaga hanya untuk sekedar melangkah kala mendengar kalimat selajutnya yang keluar dari mulut wanita yang ia cintai itu.

"Satu lagi" Mira menahan napasnya saat merasakan sesak "Anak kita Gira, dia telah meninggal" satu kalimat itu ia ucapkan susah payah dengan suara bergetar

Mira mendorong tubuh Gion hingga sang empu menyingkir dari jalannya, berlari menjauh dengan air mata yang terus turun kepipi, ia enggan untuk menoleh kebelakang. Terus memukul dadanya berharap rasa sesak itu hilang.

Awan hitam menutupi sang cahaya, menyinari gelapnya Gion yang kini berdiri mematung menatap punggung sang istri yang kian menjauh.

Sangat jauh, hingga tak akan pernah bisa lagi ia lihat..


Awal tanpa Akhir
14✏ Sejarah (2)



Tetesan liquid bening membasahi pipi Elzan tanpa ia sangka, anak berusia 14 tahun itu mulai menangis dalam diam.

Wanita tua tersebut tersenyum melihatnya, nek Mira yang telah selesai dengan aktivitas goreng menggorengnya, membuat dua gelas teh hangat lalu duduk di kursi didepan Elzan. Meletakan satu gelas teh kehadapan anak itu, sebelum mulai menyesap teh rendah gula miliknya.

Awal tanpa Akhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang