21 ✏ Kembali 》 Tiga ribu (3)

311 43 3
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 00.00 tapi Daniel belum juga menunjukan batang hidung dipintu mansion. Dan hal itu benar benar membuat adik kecilnya resah.

Irsyad tak bisa tenang, sedari jam 10 malam tadi ia terus menerus mondar mandir didepan pintu, berharap jika sang kakak membuka pintu dan langsung memeluknya.

Puluhan kali ia mencoba menelpon kakaknya itu tapi tak kunjung dijawab, beberapa kali ia sempat meneteskan air mata karena khawatir. Seperti saat ini, tangannya bergetar, rasa takut menyelimuti, pemikiran buruk tak bisa ia tepis, satu tetes air mata yang jatuh diusap dengan kasar.

Tak hanya Daniel, Gibran pun sama. Sedari tadi Irsyad berusaha menghubungi kakak sulungnya itu, namun nomor sang kakak tidak bisa dihubungi.

Kemana mereka?

Nathan menuruni tangga, mata indahnya menyipit saat melihat Irsyad masih pada posisinya 2 jam yang lalu, bedanya sekarang anak itu tampak lebih kacau. Tanpa suara Nathan kembali menaiki tangga, beranjak menjauh dengan pandangan jatuh pada ponsel ditangannya. Ia putuskan untuk menelpon salah satu dari kakaknya, berniat untuk bertanya dimana kak Daniel berada.

Langkahnya terhenti saat ia rasa telah dalam jarak aman, jemari tangan dengan lihai bermain di layar ponsel, lalu men-dial nomor kakak sulung.

Tak terjawab

Tak terjawab

Tak terjawab

3 panggilan tak membuahkan apapun. Ia beralih pada nomor kakak keduanya, Dirga. Saat operator diseberang sana kembali memberitahukan jika nomor tujuan tidak aktif Nathan langsung membanting ponselnya.

Apa kedua kakaknya begitu menikmati suasana rumah hingga melupakan ia disini?

Bohong jika Nathan tak marah.

Bohong jika Nathan tak peduli.

Karena fakta sebenarnya Nathan itu egois, kebenarannya adalah Nathan tak rela jika mereka berkumpul lengkap tanpanya.

Palsu jika Nathan mengatakan tak apa.

Palsu jika Nathan membiarkan mereka pergi tanpanya dengan ringan hati.

Itu semua bohong.

Hidupnya penuh kepalsuan, penuh kepura puraan.

Ia tak sebaik itu, ia tak setegar itu.

Karena sejujurnya, Nathan iri.

Dia juga ingin berada diantara mereka.

Biar ia katakan dengan jelas bahwa dia bukanlah manusia berhati malaikat. Ia bukanlah orang baik. Karena kebenarannya yang hanya ia sendiri tau yaitu ia memiliki iblis yang bersemayam dalam diri. Sebuah hitam yang bersemayam menempati relung hati, percik api yang membakar jiwa.

Kekesalan dipikirannya buyar, kala ia mendengar suara ribut dari lantai bawah. Dengan tergesa ia pacu langkahnya menuju anak tangga.

Keinginan mencari tau sumber dari rasa terkejutnya, membuat kedua bola matanya membelalak.

"IRSYAD!!"


Awal tanpa Akhir
21 ✏ Kembali 》 Tiga ribu (3)


Hujan sudah berhenti sepenuhnya. Dengan semangat Irsyad menaiki satu persatu anak tangga menuju Rooftop digedung SMA. Langkah demi langkah terlewat hingga, akhirnya ia sudah berada didepan pintu pembatas.

Menarik napas dalam kemudian ia hembuskan secara perlahan, tangan kanannya memutar knop pintu. Silau cahaya dari matahari yang masih malu malu menunjukan diri setelah tertutup awan hitam menembus hingga retina matanya.

Awal tanpa Akhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang