03. Jeon Brothers

471 36 2
                                    

Tanah yang basah akibat guyuran hujan tidak menghalangi langkah seorang pemuda bergigi kelinci memasuki tempat tersebut. Hujan dipagi hari itu sudah reda, menyisakan sendu yang sedikit menyesakkan dada. Bergelut dengan rindu dan hasrat ingin bertemu, membuat lelaki itu memutuskan untuk memasuki tempat ini kembali, setelah sebulan lamanya. Ia mengunjungi tempat ini lagi, menumpahkan semua rasa rindu yang ia rasa, walaupun ia tahu, rindu yang ia rasakan tak akan pernah tuntas.

Jeon Jungkook, nama pemuda tersebut. Si bungsu dari mendiang pasangan Jeon, adik kandung dari Jeon Taehyung. Langkahnya terhenti pada gundukan tanah yang terselip nisan indah diatasnya, bertuliskan nama orang yang sangat ia rindukan. Ya, benar. Jungkook saat ini sedang berada di makam kedua orangtuanya, dan makam para paman serta bibinya. Ia lantas berjongkok diantara makam sang ayah dan ibu yang berada diujung kiri dari jajaran keenam makam itu. Mengusap nisan yang sedikit kotor terkena tanah akibat guyuran hujan. Mencium kedua nisan itu bergantian.

"Halo, Raja dan Ratu Jeon. Pangeran bungsu Jeon kembali datang", sapanya sedikit terkekeh.

"Koo hari ini datang sendiri, Eomma, Appa, tanpa Hyungie. Hyungie sedang sangat sibuk. Jadi Koo pergi sendiri. Tapi tenang saja, Hyungie menitipkan salam untuk Eomma dan Appa padaku", ucap Jungkook lagi.

"Eomma,Appa. Bagaimana kabar kalian? Koo harap, Eomma dan Appa sehat dan bahagiadisana. Koo yakin, Eomma dan Appa pasti selalu bahagia bersama Paman dan Bibi Kim, sertaPaman dan Bibi Jung. Oh, apakah kali ini Kakek dan Nenek juga ikut bergabung?. Kalian pasti selalu menghabiskan waktu bersama disana", Jungkook kembaliberujar sembari tertawa kecil. Ia senang bisa kembali kesini, melepas rindupada orangtuanya, bercerita banyak hal. Meskipun ia tahu, ia hanya akanbercerita sendiri tanpa ada yang menanggapi.

"Eomma, Appa. Koo selalu merasa rindu. Tak jarang,rindu itu menyesakkan untuk Koo. Bukan berarti Koo tidak bahagia tinggalbersama Tae Hyung, tapi rasanya pasti tidak akan pernah sama lagi. Apalagi saatini, Koo dan Hyungie sama-sama sibuk sehingga sedikit berjarak. Koo tidakbermaksud membuat Eoma dan Appa sedih. Koo sudah belajar menerima semuanyaEomma, Appa. Tapi tak masalah, kan,jika Koo rindu? Bukankah rindu itu wajar? Mungkin terkadang, Koo hanya tidakbisa menahan diri, atau Koo tak bisa menahan sesaknya rindu yang Koo rasakan.Eomma dan Appa tidak perlu cemas. Jika Koo rindu, Koo akan selalu datangkesini. Koo tidak akan berbuat yang aneh-aneh, kok, hehehe", sambungnya lagi-kagi sambil terkekeh.

"Oh, iya, Eomma, Appa. Kemarin, Koo kembali mendapat tawaran menjadi trainee agensi terkenal saat ini. Koo hebat, kan? Apakah Koo seganteng itu sampai-sampai hampir setiap hari dicegat oleh tim perekrutan berbagai agensi?", ucapnya sambil menyentuh dagu, pose berpikir andalannya.

"Namunkata Hyungie, Koo harus selesaikan dulu sekolah Koo, Eomma, Appa. Lalu setelahnya,Koo boleh memilih dan memutuskan sendiri. Hyung yang lain juga berpendapatseperti itu, terlebih Jin Hyung. Jin Hyung bilang, pendidikan harus utama. Hmm,yah, Koo putuskan untuk menunda dulumenjadi trainee. Setidaknya hinggaKoo lulus dari SIHS ini Eomma, Appa. Kalian juga setuju dengan Koo, kan?", tanyanya sambil mengusap duanisan itu.

Jungkook mendongakkan kepalanya menghadap langit, lalu tersenyum hangat. Bertepatan dengan itu, teleponnya berbunyi. Menandakan ada seseorang yang menghubunginya.

Drrtt drrtt

Drrtt drrtt

"Halo, Yoon, ada apa?", ucap Jungkook tatkala menjawab panggilan tersebut. Terdengar decakan kesa dari seseorang diseberang sana.

"Hyung dimana? Katanya akan kesini menjemput Yoongi?", ternyata yang menghubungi Jungkook adalah Yoongi, sepupunya.

"Ups, maafkan Hyung, Yoon. Hyung lupa. Tunggu sebentar, oke? Jangan kemana-mana, dan jangan sampai-"

"Jangan sampai terluka. Yoongi tahu, Hyung. Cepatlah, Hyungdeul sudah menunggu kita dirumah Jung Hyung", ucapan Jungkook langsung dipotong oleh Yoongi yang menjawab dengan nada kesal.

"Iya, Hyung menjemputmu sekarang, Ungie", ucap Jungkook yang dibalas kalimat hati-hati oleh Yoongi. Sambungan telepon itu langsung terputus begitu saja.

"Eomma, Appa. Kami akan berkumpul bersama dirumah Jung Hyung hari ini. Dan kucing kecilnya Paman dan Bibi Kim barusan menelponku karena aku terlambat menjemputnya. Sudah dulu untuk hari ini, ya? Lain kali aku akan datang bersama Hyungdeul dan Yoongi", ucap Jungkook lembut lalu mencium kembali kedua nisan itu bergantian. Setelahnya, ia lantas berdiri, membersihkan tanah yang menempel diujung sepatunya. Melangkah mundur sampai posisinya berada ditengah keenam makam. Membungkuk sekilas, lalu berjalan meninggalkan area pemakaman menuju mobilnya yang sudah menunggu, dengan supir tentunya.

Teleponnya kembali berbunyi, kali ini Taehyung lah yang menghubunginya. Segera ia jawab panggilan itu sesaat setelah duduk dan menutup pintu mobilnya.

"Koo, kau dimana? Kenapa masih belum sampai? Kau baik-baik saja?", tanya Taehyung  dengan nada khawatir begitu Jungkook menjawab panggilannya.

"Aku baik, Hyung. Maaf membuatmu cemas dan membuat kalian menunggu. Aku kan, mampir sebentar kerumah mereka, Hyung", jawab Jungkook.

"Sudah menyampaikan salamku juga, kan?", tanya Taehyung setelah mendesah lega mengetahui adiknya baik-baik saja.

"Sudah. Yasudah, aku dalam perjalanan menjemput bayi kucing dan akan langsung kerumah Jung Hyung, Hyungie. Tunggulah aku disana, jangan memulai acaranya tanpa aku", jelas Jungkook pada Taehyung yang mengundang tawa pelan sang kakak.

"Iya iya, tidak akan. Cepatlah, hati-hati, Koo", balas Taehyung.

"Iya, Hyung", ucap Jungkook lalu memutuskan sambungan telepon itu.

Ah,Jungkook sudah merasa lega karena rasa rindunya sudah tersampaikan. Lalu iakembali mendesah pelan mengingat pasti akan terkena omelan dari bayi kucingkeluarga Kim.


to be continue..

Vote and comment, please..

Saranghae, reader-nim <3

Hyungie & UngieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang