Angin malam menerpa masuk kedalam dengan lancang hingga menembus kulit pria tampan yang sedang menikmati similir angin di balkon kamarnya. Lelaki itu membiarkan angin-angin itu menembus kulit hingga tulangnya.
Biarkan saja ia masuk angin.
Ini benar-benar nyaman untuknya sekarang.
Satu bulir bening Lolos dengan lancangnya jatuh membasahi pipi lelaki itu.
Yah, Reyhan. Reyhan Kana Atmaja sedang menangis malam ini, detik ini. Sekarang.
Dia benar-benar tersiksa dengan dendamnya sendiri.Ingatannya memutar kembali memori nya itu, dimana itu benar benar menyiksanya.
"Aaaarghhhhhhhh"
Ucapnya marah.
Dia mengacak-ngacak rambutnya sendiri, dia benar-benar benci situasi dimana dirinya merasa sangat hancur.
Lantas sadar dengan apa yang terjadi, dia menghapus kasar air mata yang masih mengalir itu.
Rasanya ia sangat cengeng sekarang.
Reyhan akui, dia lemah. Benar-benar lemah sekarang.
Dia menyudahi acara galau-galaunya tadi dan berlalu masuk karena ia ingin segera tidur sekarang.
Ia lantas membanting pintunya kasar. Dan merebahkan tubuhnya asal...
***
Kejadian tadi malam biar ia dan tuhannya saja yang tahu...
Sebenarnya itu bukan untuk pertama kalinya dia seperti itu. Ini sudah sering dia lakukan ketika dia berhasil menyakiti perempuan, dia akan merenungi kesalahan nya itu pada malam harinya.
Merasa bersalah? Tentu. Dia juga manusia biasa, Reyhan juga punya hati nurani, sekejam apapun ia, tetap saja hatinya sakit menyakiti orang lain apalagi itu seorang perempuan.
Tetapi luka masalalunya lah yang membuat Reyhan menjadi sensitif seperti ini, sekeras apapun ia menolak untuk melupakan dendamnya itu, tetap saja ia tidak bisa. Reyhan sangat sulit mengontrol emosi dan perasaanya sendiri. Ia butuh di bimbing...
"Apa gue harus minta maaf?"ucapnya pelan, sangat pelan.
"Hahhh? Lo ngomong apa barusan boss?" Rio lolak (loading lamak)
"Jun, lo dengar si bos ngomong ga barusan?" tanyanya lagi semakin kepo
"Enggak tuh!" Ketus juna
"Lahh, masa iya sih, telinga gue perasaan udah gue korek kok tadi sebelum ke sekolah, masa iya gue Salah dengar." Ucapnya komat kamit tek jelas.
"B-boss lo-"
Ucapannya tergantung.
"Apa?" Sinis Reyhan
"Hehehe, enggak-, ga jadi deh" Rio mengurungkan niatnya. Melihat muka Reyhan yang seperti psikopat, ia memilih diam dan menutup mulutnya rapat-rapat.
"Mampus lo,. Yo klo masih mau bernafas mending diam!" Juna meledek
"Lo!"
"Sudah-sudah kalian ini, ga pernah banget diam semenit aja, udah kayak Tom and Jerry Aja." Ketus Tama menengahi.
Akhirnya Juna dan Rio hanya saling memandang sinis satu sama lain.
***
"Permisi"
suster masuk untuk mengganti perban Aisyah. Karena memang jadwal ganti perban pagi ini.
Sarah membantu memperbaiki posisi Aisyah untuk setengah duduk bersender di kepala ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci Jadi Cinta
EspiritualIni cerita tentang Reyhan yang sangat membenci seorang Aisyah, gadis bercadar. Tapi bagaimana mungkin takdir menyatukan mereka Dalam ikatan yang sakral, pernikahan. " Bagaimana mungkin seorang Reyhan mencintai Aisyah?" "Gadis yg sangat Reyhan benci...