Cerita ini hanya fiksi, ada beberapa bagian di dalam cerita yang tidak terjadi di kehidupan nyata, dimohon kebijakan dalam membaca karena tujuan cerita ini dibuat semata-mata untuk hiburan.
***
Myth masih menikmati hangatnya pelukan selimut di awal musim dingin. Ia merasa enggan beranjak. Aroma wangi lembut dari parfum yang biasa dipakai oleh Jesse menyeruak ke indera penciumannya. Myth mendapati Jesse sedang merapikan pakaiannya, ia sudah memakai pakaian formalnya.
Myth beranjak dari tempat tidurnya, Jesse yang menyadari pergerakan Myth segera merespon dengan berjalan mendekati tempat tidur di mana sang istri kini duduk.
"Sayang, kau boleh tidur sesukamu jika masih mengantuk." Jesse kini duduk di sampingnya.
Myth menggeleng, "aku akan ke kantor," ucapnya pelan.
"Tapi kau tidak perlu ke kantor lagi." Jesse berkata dengan nada lembut.
Myth menatap tak percaya pada lelaki yang telah menikahinya sebulan yang lalu ini, perasaannya menjadi sedih, "a-apa aku dipecat?" tanyanya lirih.
Jesse menggeleng, diraihnya bahu kurus itu dan mendekapnya lembut, "kau tidak dipecat, kau juga tidak harus bekerja ke kantor, kau sekarang adalah istri dari direktur di sana, menantu dari CEO perusahaan itu." Ucapnya berusaha menjelaskan maksudnya kepada Myth yang beberapa hari ini nampak lebih sensitif.
"Kalau begitu biarkan aku kembali bekerja." Myth berkata dengan wajah memelas.
"Sayang, kau akan kelelahan." Jesse berkata dengan nada teramat lembut.
"Aku tidak!"
Jesse menghela napasnya, ia ingat jika ia telah mengejar Myth selama empat tahun dan hanya keajaiban yang mampu meluluhkan hatinya. Anak ini memiliki keteguhan hati yang tak mudah untuk digoyahkan, maka Jesse segera mengangguk, "baiklah, tapi kau harus pergi denganku." Ucapnya tegas.
Myth mengangguk senang, wajahnya nampak riang dan ia segera berlari memasuki kamar mandi. Menyisakan Jesse yang kini hanya bisa menggelengkan kepalanya.
***
"Bagaimana hasil cek kesehatan Jesse?" Tuan Kim duduk di sisi istrinya yang sedang berada di dalam rumah kacanya, di mana koleksi tanaman-tanaman hias langka milik wanita itu ditanam.
"Tidak ada kemajuan, tapi sel-sel tumor juga tidak nampak menyebar dalam beberapa waktu." Nyonya Kim menjawab sembari menuangkan teh dari pot kaca ke dalam cangkir untuk sang suami.
"Haruskah kita memaksanya untuk menjalani operasi? bukankah ini pertanda baik?" Tuan Kim terdengar antusias.
"Kurasa Jesse tidak akan setuju, ia lelah dengan operasi dan operasi, ia tak ingin membuang-buang waktunya dengan berbaring di kamar rumah sakit lagi, sayang." Nyonya Kim berkata dengan suara yang kini terdengar gemetar.
Tuan Kim mengangguk lemah, "kita harus berterima kasih kepada Myth, setidaknya Jesse sempat merasakan bahagia di saat-saat terakhirnya." Ucap pria paruh baya itu dengan nada sendu.
Nyonya Kim mengusap air matanya, ia bisa menangis dengan bebas di tempat ini karena selain suaminya, tidak akan ada yang tahu. Ia tak ingin Jesse melihat keadaannya, ia tak mau menjatuhkan mental sang putera ketika ia menunjukkan kelemahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feels Like Home
Fiksi PenggemarKonon dari 7,954 miliar penduduk bumi, hanya 1 dari 135 orang yang memiliki doppelganger atau kembaran yang tak terikat hubungan darah. Bagaimana jika Myth yang tak bisa melupakan mendiang kekasihnya yang telah meninggal 5 tahun silam bertemu dengan...