dua

714 75 0
                                    

"Ngapain lo ngikutin gue dari tadi? Ada maunya?" Tanyanya. Emmm akhirnya gue gak perlu nyari-nyari celah untuk sampai di topik ini.

Gue kedipin mata ke dia, seharusnya dia udah tahu maksud gue.

"Ih najis." Ucapnya menambah kecepatan larinya mendahului gue.

Gue ikutan menambah kecepatan lari gue, meski agak susah juga dengan kondisi perut gue yang masih kram.

"Lo mau gak?" Tanya gue to the point, siapa tau kan dia cuman jual mahal.

"Ogah." Jawabnya mengabaikan gue.

"Sejuta mau?" Gue langsung memberinya penawaran, udah kayak lagi nawar barang gak sih?

Dia menatap gue saat gue berikan harga namun kemudian ia mengernyitkan hidungnya seolah dia menolak.

"Dua juta." Gue naikin penawaran gue lagi.

"Ogah." Jawabnya terus berlari.

"Pasang harga aja, gue bayar." Gue menantangnya seakan gue ini banyak duit banget.

"Gue straight bangke!" Cercanya sekarang memperlambat langkahnya.

"I know."

"Trus?" Tanyanya menatap gue dengan muka kesalnya. Ia tak berlari lagi, ia hanya berjalan dengan langkah yang cepat.

"Gak mau coba pengalaman baru." Gue merayunya, kemudian setengah berbisik kepadanya. "Gue rela loh dibobol sama elo."

"Hah?" Ia nampak kaget. Yah, kalo modelan kayak dia sih, gue rela deh jadi uke, sekali juga gak papa kan?

"Anjingg!!!" Umpatnya menghentikan langkahnya.

"C'mon, C'mon, pasang harga." Gue mendesaknya, terlihat ia berfikir keras kemudian mengumpat lagi lalu melanjutkan langkahnya.

"Gila!!!!"

"Mau gak? gue cari target lain nih kalo lo gak mau."

"Sepuluh juta." Ucapnya menggumam seperti orang kumur-kumur, walau begitu gue bisa mendengarnya dengan jelas.

"Ya kali, gue udah relain pantat gue lo bobol, minta segitu pula." Gue menolak kemudian berjalan mendahuluinya. Yah, ala-ala teknik tarik ulur ala-ala pedagang tanah abang. Tapi sial, dia gak ngejar gue.

Ngejar sih, tapi dia sama sekali gak nurunin harganya ataupun seakan yang tadi penawaran yang mustahil gue sepakatin.

Gue meliriknya, dari atas hingga ke bawah. Dari rambut, telinga, kulit, baju, celana, jam, sepatu hingga handphone tak luput dari pantauan gue. Gue berharap bisa dapat celah dan aha!!! Ting...ting...ting... Gue dapet ide nih.

Gue menelengkan kepalaku ke samping mendekatinya sambil memberikan penawaran prestius dan gila yang pernah gue tawarin.

"Gue beliin lo iphone asal lo mau relain pantat lo gue tusuk." Ucap gue setengah berbisik sambil tangan gue refleks meremas pantatnya.

Dia menatap gue tajam dengan ujung matanya. Gue sama sekali tak terintimidasi dengan tatapan itu, gue naikin alis meminta persetujuan dia atas penawaran prestisius gue tadi.

"Gue markir dekat istora, gue tungguin lo disana."

Gue pergi setelah ngomong kek gitu ke dia, gue harapnya sih langsung di susulin, tapi anjir banget tuh orang, sampe gue kering kerontong menunggu, dia gak nongol-nongol dong. Gue harus bersabar sebentar lagi, gue tunggu lima belas menit, kalo gak ada, yah gimana lagi, anggap aja ini adalah pengalaman paling seru dalam hidup gue.

Saat gue beranggapan bahwa harapan gue udah pupus, dianya akhirnya nongol. Dia nampak kebingungan mencari dimana keberadaan gue. Ia juga yah, gue gak ngasih kontak, gak ngasih tau mobil gue apa, warnanya apa, nomor platnya apa. Mungkin ia udah plonga-plongo sedari tadi.

Be My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang