tiga

741 83 2
                                    

"Mau mandi bareng gue?"

Dia nampak terkejut, pantatnya seolah ingin terangkat tapi enggan juga. Gue hanya bisa tersenyum, lagi-lagi gue ingin biarin dia rilex dulu.

"Santai aja, gak usah kalo gak mau."

Gue masuk ke kamar mandi sendiri, cukup singkat, gue udah mandi tadi siang. Ini tuh cuman sekedar untuk ngilangin gerah doang.

"Udah mandinya?" Tanyanya terlihat kaget saat gue udah keluar dari kamar mandi. Gue berjalan ke arahnya, mengalungkan handuk kecil pengering rambut di leher, bertelanjang dada yang hanya handuk melingkar di pinggul gue.

"Lo mau mandi juga?" Tanya gue dan dia langsung berdiri, ingin ke kamar mandi.

Gue melepas handuk di depan dia, membuat umpatan itu keluar lagi di mulutnya. "Weh, Anjeng." Teriaknya.

"Gue cuman punya satu handuk, nih pake." Gue mendekatinya, mengalunkan handuk bekas gue di lehernya. Gue menarik handuk itu hingga tubuh kami bersentuhan, dan you know, gue lagi telanjang sekarang.

"Gu...gue mandi dulu." Ucapnya menarik paksa handuk dari tangan gue lalu berlari ke kamar mandi.

Nino cukup lama di kamar mandi, entah apa yang ia buat di dalam. Mungkin lagi mengumpulkan keberaniannya, dia juga pasti tahu, setelahnya ini akan apa yang terjadi.

Sambil nungguin dia, gue cek riwayat check out-an dia. Ternyata, bukan Iphone yang ia pesan tapi samsung seri S 22 ultra. Lo tau kan harganya berapa? Bukan itu aja, dia juga beli Galaxy watch 4 seri LTE yang harganya 5 jutaan. Gila, demi pantat cowok straight, gue udah ngeluarin duit ampe 20 juta lebih. Agak nyesek sih sebenarnya, tapi mau gimana lagi. Moga aja dia gak ngecewain gue.

Gue kemudian bangkit dari duduk gue, gue berjalan ke arah kamar mandi.

Nino belum juga keluar, gue mengetuk pintu kamar mandi sambil memberinya peringatan.

"Yang bersih yah mandinya, jangan lupa bolnya di cuci bersih. Gue gak mau jilatin sisa beol lo."

"SETAN!!!" Umpatnya dari dalam. Gue hanya bisa tertawa dengan puas di luar.

Gue masih berdiri di depan kamar mandi sampai ia membuka pintu kamar mandi. Gue tarik tangan dia masuk ke kamar gue saat pintu itu terdengar berderak.

Dia pasrah aja, seolah udah tau juga kami akan berbuat apa selanjutnya.

"Lo emang gak punya celana apa sih?" Tanyanya. Gue emang belum make baju, atau sekedar celana dalam.

"Buat apa, entar di buka lagi."

"Bas, lo boleh biarin gue napas dulu gak? Gue belum yakin Bas." Ucapnya ragu.

Gue menganggukkan kepala sambil mengernyitkan bibir seolah setuju dengan permintaan dia, tapi sebenarnya gak juga, gue udah mulai siap menyerangnya.

"Lo pernah ciuman gak?" Tanya gue yang nampaknya ia ragu menjawabnya. Dia pasti tahu, saat dia menjawab ya ataupun tidak, akan apa yang terjadi selanjutnya.

"Mmm." Jawabnya bergumam.

"Ajarin gue." Gue pura-pura lugu. Gue memonyongkan bibir mendekat kearahnya. Mata gue terpejam. Tak ada sentuhan yang menyentuh bibir gue. Nampaknya ia masih ragu.

Gue membuka mata, gak ngemonyongin bibir lagi. Gue akan tepis semua keraguan dia. Gue tangkupkan kedua tangan gue di pipinya lalu gue tarik kearah gue  saat kepala gue juga maju ke depan. Bibir kami bertemu, gue melumat bibir yang tak bergerak sama sekali, gue gigit bibir bawahnya sampai ia membuka mulutnya. Gue sesap keluar lidahnya, gue hisap hingga gue rasa ia memberikan perlawanan.

Be My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang