2. Apes atau hoki?

1.7K 184 219
                                    

Berjalan cepat tergopoh-gopoh membuat napas Bella jadi ngos-ngosan tak beraturan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berjalan cepat tergopoh-gopoh membuat napas Bella jadi ngos-ngosan tak beraturan. Panik. Bukan panik karena lupa mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas, melainkan panik setelah tidak sengaja menabrak Arzan di perpustakaan. Ekspresi wajah Bella menggambarkan bahwa ia benar-benar kaget campur panik. Arzan—yang bernotaben kakak kelas sekaligus cowok yang Bella taksir atau suka sejak awal masuk sekolah pada Masa Orientasi Siswa.

She has a crush on him.

Langkahan lari kaki Bella terhenti tepat di pintu toilet perempuan. Cepat-cepat ia masuk ke dalam toilet, berdiri tepat di depan kaca wastafel sambil menetralkan napasnya yang terengah-engah karena berlari, kemudian membasuh wajah. Menatap kembali ke arah kaca. Menyedihkan sekali merasa malu menabrak sosok kakak kelas yang dimana ia menyimpan sesuatu pada cowok itu.

"Baru juga awal masuk sekolah udah gak sengaja nabrak Kak Arzan!" Bella menepuk keningnya tidak percaya. Sungguh memalukan sekali, pikirnya.

"Bisa di bilang apes atau hoki nih?" tanyanya pada diri sendiri di kaca wastafel.

Tatapan mata hazel Arzan yang begitu tajam mengintimidasi benar-benar membuat Bella diam mematung di tempat tak berkutik apa-apa. Yang gadis itu rasakan tak lain lagi adalah panas dingin bercampur dengan detakan jantungnya yang berpacu begitu cepat.

Siapa yang tidak merasakan demikian jika sudah tidak sengaja menabrak seseorang, apalagi seseorang itu adalah orang yang kita sukai?

Rasanya seperti mimpi. Tapi, ini bukanlah mimpi.

Di balik itu, Bella salah fokus akan penampilan Arzan yang begitu banyak berubah. Rambut hitam kecokelatan Arzan kini sudah mulai sedikit lebih gondrong dari sebelum-sebelumnya Bella perhatikan meski dari jauh.

"Rambutnya Kak Arzan makin gondrong kok jadi makin keren, ya?"

Lagi-lagi Bella bergumam seorang diri, masih menatap dirinya sendiri dari pantulan kaca. Penampilan tidak berubah, tapi raut wajahnya tidak berbohong.

"Antara gue yang makin kucel, atau Kak Arzan yang memang banyak berubah. Tapi, Kak Arzan makin ganteng! Gak cuma ganteng aja, tapi makin keren, dan bikin orang sinting!"

Satu kata andalan Bella adalah sinting.

Berujung mendumel sendiri, akhirnya Bella cepat-cepat merapikan kembali surai panjangnya yang sedikit berantakan, juga dasi seragam, kemudian gadis itu bersegera keluar dari toilet.

Beberapa menit lagi bel masuk akan segera berbunyi. Di hari pertama masuk sekolah biasanya sekolah akan melaksanakan apel pagi pasca libur panjang yang sudah berlalu. Sekaligus menyambut murid kelas X tahun ajaran baru. Hari pertama sekolah sudah di pastikan penuh dengan jam kosong karena tidak ada pelajaran.

"Oi! Putri kuning!"

Sudah jelas yang menyapa menggunakan nama julukan yang aneh itu adalah tak lain lagi Emily. Entah sudah berapa kali Bella menegur supaya tidak memanggilnya dengan nama julukan putri dan di tambah dengan warna. Kesal, tapi Bella sangat sayang Emily karena gadis itu adalah sahabat satu-satunya.

Fell in love in the 101st Study roomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang