Prolog

144 13 10
                                    

Ini sudah jam setengah tujuh lewat tiga puluh menit dan hujan deras baru saja reda. Lihatlah keadaanku sekarang. Perut belum terisi makanan. Bahkan susu atau teh hangat saja belum menyapa tenggorokan. Seragamku lecek karena tadi mengenakan mantel. Sepertinya sia-sia aku menyetrika seragam putih abu ini kemarin.

Hujan di pagi hari adalah sebuah anugerah dan bencana. Usai merapikan dan membersihkan mantel, aku memasukkannya ke jok motor lalu berlari kecil meninggalkan parkiran untuk menuju kelasku—XI IPA 1—yang terletak paling pojok di antara kelas XI lainnya.

Saat melewati deret kelas sepuluh, salah seorang siswi yang sedang duduk di depan kelas menyapaku.

"Hai, kak Zeta." Aku membalasnya dengan senyuman, begitupun sebaliknya. Dia adik tingkat yang mengenalku lewat organisasi ROHIS. Aku masih mengingat wajahnya karena pernah menjadi penanggung jawab dikelompoknya.

Tak lama, segerombol adik kelas menyapa dengan nada genit kepada seorang lelaki bertubuh tegap yang berjarak lima meter di depanku.

"Hai kak Akmal," sapa adik kelas itu secara bersamaan.

"Halo." Akmal menjawab dengan senyum lebar.

Aku melihatnya dengan jengah. Itu bukan sapaan untuk adik kelas kepada kakak kelasnya. Itu adalah sebuah sapaan berkedok rayuan. Bagaimana bisa hampir semua siswi di SMA Bimantara mengagumi sosok Akmal. Iya, aku tahu dia ketua OSIS, tetapi tidak bisakah bersikap biasa? Aku saja bosan setiap hari melihatnya di kelas. Apa karena aku sekelas dengannya jadi auranya tidak mempan padaku?

Entah kenapa Allah menciptakan Akmal dengan wajah rupawan sehingga kaum hawa terpesona. Alis tebal, rahang yang tegas, tubuh proporsional bagi remaja seusianya, senyumannya manis kata sebagian orang, kulitnya sawo matang, rambutnya bergaya comma hair, jakunnya menambah kesan manly, bahkan terkadang aku melihat kumis tipis dan jenggot di rahangnya. Mungkin efek kebanyakan rapat OSIS. Oh iya, ada rumor yang beredar kalau Akmal mengikuti latihan taekwondo di luar sekolah dan sudah sabuk hitam.

Semua orang yang belum melihat kekurangan Akmal akan mengatakan bahwa dia adalah seorang perfect boy. Sikap humble, pintar, ramah, famous, dan suka olahraga. Kriteria yang sempurna untuk dijadikan pasangan, bukan? Sayangnya aku yang sudah terlanjur melihat kekurangan Akmal tidak akan pernah melihat sisi sempurna itu.

Aku harap kalian jangan terlalu memperhatikan Akmal. Karena faktanya, dia akan semakin percaya diri saat dipuji. Sebab manusia yang bernama Akmal Faris Abhicandra adalah seseorang dengan tingkat kepercayaan diri yang hampir mencapai Burj Khalifa.

~•~

A/N

Aku tahu banyak cerita yang isinya ketos, most wanted, dsb. Tapi aku rasa mau bikin cerita ini karena ada something yang aku pikir perlu aku jadikan cerita, khususnya remaja.

Enjoy for reading guys. Ingatkan aku kalau ada typo atau saat penyampaian ilmunya ada yang lebih tahu dari aku, monggo bisa saling mengingatkan. Saling belajar yaa >-<

Cek ombak dulu habis prolog🌊

Spam 🌻🌻🌻 untuk next

Love y'all

Love y'all

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang