Eins; Hari Pertama

122 20 3
                                    

Taehyung duduk di kursi tengah mobil dengan begitu malas. Di depannya Ibu serta kakak sulungnya—Namjoon, sudah siap mengantarkannya ke sekolah barunya. Keinginan Taehyung untuk masuk sekolah seni impiannya harus pupus sebab Ibunya ingin sekali dirinya bersekolah di Hangmun Boarding School.

Sistem masuk ke Boarding School itu tidak dengan tes, melainkan hanya berkas data diri dan nilai rapot saja—hal itu membuatnya kesal, karena nilai sekolahnya tidak pernah mengecewakan dan membuatnya otomatis di terima di Hangmun Boarding School.

Setelah sampai di tempat ia akan tinggal selama tiga tahun ke depan, Taehyung memandangin bangunan sekolah yang tidak menyerupai sekolah tersebut. Baginya, bangunan itu lebih mirip seperti museum kuno yang di bangun pada masa penjajahan. Hampir menyerupai Yonsei University, tetapi tumbuhan rambat yang menjalar di sekitat bangunan terlihat lebih lebat dan menyeramkan—tidak seperti di Yonsei yang malah memberi kesan estetik dan indah.

Taehyung bergidik ngeri. Mau tidak mau ia harus membiasakan diri untuk tinggal di tempat ini sampai hari kelulusan sekolah tiga tahun mendatang.

Namjoon—sang kakak membantunya membawa satu koper khusus berisi buku-buku bacaan miliknya, sedangkan Ibunya sudah berjalan lebih dulu untuk menanyakan kamar atas namanya.

"Kamar 060, bersama dua anak lainnya." Ucap Ibu Taehyung—Anh Kara seraya membaca lembaran kertas berukuran A4 di tangannya.

"Itu kertas apa, Bu?" Tanya Taehyung, ingin tahu. Kara menyodorkan kertas itu kepada putranya. Ternyata hanya kertas berisi peraturan sekolah, jadwal harian peserta didik, dan nama-nama peserta didik baru serta nomor kamar mereka.

"Tunggu apa lagi? Ayuk pergi cari kamarmu, dan kita rapikan barang-barang ini." Ucap Kara antusias. Namjoon tersenyum lebar, sedangkan Taehyung hanya menghela napas panjang sebelum mengikuti langkah kaki Ibu dan Kakaknya.

*

Ternyata sudah ada satu orang yang tengah mendengarkan musik di atas ranjang single sembari menyandarkan tubuhnya pada dinding. Namjoon beberapa kali berbincang dengan anak itu saat tengah membantu Taehyung membereskan barangnya. Ternyata namanya adalah Jeon Jungkook. Berasal dari Busan dan sudah datang ke sini sejak pagi-pagi sekali karena jarak rumahnya yang cukup jauh

Taehyung memandang seantero kamar. Ruangan kamar ini cukup besar untuk ditinggali oleh tiga orang remaja SMA. Terdapa satu ranjang tingkat, satu ranjang single, tiga nakas, lemari besar, kamar mandi, dan balkon yang terdapat jemuran. Taehyung cukup menyukai kamarnya, sebab terdapat AC dan cukup bersih. Cat dinding yang berwarna coklat susu juga membuatnya semakin nyaman.

Taehyung memilih ranjang atas sebagai tempat tidurnya. Setelah ia memasang sprai dan sarung bantal, ia segera merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya—membiarkan kakak semata wayangnya membereskan buku-buku miliknya.

"Sepertinya tidak muat, lemarimu ini hanya terdapat tiga dek besar. Dua dek sudah kugunakan untuk menaruh bajumu, seragammu, sprai ganti, handuk, dan selimut. Satu dek bawah untuk menaruh buku-buku pelajaranmu. Buku-buku bacaanmu tidak memiliki tempat, Taehyung." Ujar Namjoon dengan suara yang tenang.

Taehyung mendongak ke bawah, dan benar saja. Lemarinya sudah penuh. Ia berpikir keras—tidak bisa merelakan bukunya dibawa pulang dan ia tak memiliki bacaan selama tiga tahun lamanya.

"Kak, tapi itu bahkan belum ada setengah buku yang kubawa." Jawab Taehyung sedikit murung.

"Pintu lemari yang besar itu kosong. Ruangannya cukup luas. Aku juga menaruh beberapa buku komikku di dalam sana. Digabung saja." Timpal Jungkook seraya menunjuk pintu lemari yang paling besar di antara tiga lainnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Buku-Buku Kamar (VMINKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang