Taehyung mengusak surai hitamnya frustasi. Buku-buku bacaannya yang di kirim rutin setiap bulan oleh Namjoon sudah tak memiliki tempat penyimpanan lagi. Ia tidak enak jika harus mengambil banyak bagian lagi, sebab dirinya tidak tinggal seorang diri di kamar ini.
Sebulan ia di Hangmun, membuat lemarinya sungguh penuh dengan berbagai macam buku bacaannya. Belum lagi buku-buku yang baru ia beli secara online melalui komputer yang berada di perpustakaan sekolah.
Maka, Taehyung mempergunakan waktu akhir pekannya ini untuk merapikan dan menata ulang buku-buku bacaannya. Ia berpikir untuk mengembalikan beberapa buku yang sudah ia baca, dan beberapa buku lama pada Namjoon saat jadwal kunjungan tiba.
Jungkook dan Jimin sedang tidak berada di kamar. Hari ini adalah jadwal kunjungan Jungkook, jadi pasti anak itu tengah berada di taman Hangmun untuk berbincang dengan anggota keluarganya yang datang menjenguk. Sedangkan Jimin, apalagi kesibukannya selain di klinik?
Sembari bersenandung, Taehyung mengeluarkan tumpukan buku-bukunya, serta komik-komik milik Jungkook. Jimin adalah anggota kamar yang memiliki barang sangat sedikit di banding dengan Taehyung ataupun Jungkook.
"Hum? Apa ini? Kenapa terdapat kayu yang lebih menonjol di sini?" Taehyung mengetuk kayu lemari yang akhirnya menimbulkan suara seakan ada bagian rumpang di baliknya. Anak itu mundur sedikit dari posisinya, kemudian otaknya yang memang kerap kali memikirkan hal-hal kecil kini sedang memikirkan apa yang ada di balik lemarinya itu.
Dengan rasa penasaran yang sudah memuncak hingga ke ubun-ubun, Taehyung mencoba menggeser bagian kayu yang lebih timbul itu ke arah kanan. Ajaib, kayu itu bergeser dan memperlihatkan sedikit ruang hitam gelap.
Semakin penasaran, maka Taehyung membukanya lebih besar lagi. Ia sedikit kesusahan sebab kayu yang ia geser ini seolah macet. Ia tidak menyerah begitu saja, sampai akhirnya mata cantiknya melebar kala melihat sebuah ruangan di balik kayu lemarinya.
'Tunggu, ini aneh!' batinnya ribut.
Taehyung melangkahkan kakinya ke dalam ruangan di dalam lemarin itu, dan ia menyusuri ruangan untuk mengetahui seberapa luas ruang gelap tersebut. Perkiraannya seukuran dengan kamar mandi di kamarnya. Taehyung terus meraba sisi dinding, dan semuanya terasa rata.
"Jadi ada ruangan seperti gudang di dalam lemari? Ini hal mustahil." Monolognya keheranan. Bayangkan saja. Kamarnya berada di paling pojok gedung asrama. Dan ia sudah berkali-kali memastikan tidak ada ruangan lain setelah tembok asramanya setiap kali ia pergi ke balkon untuk menjemur pakaian.
Taehyung keluar sejenak, ia mencari senter di dalam nakas miliknya. Ruangan misterius itu benar-benar seluas ukuran kamar mandi di kamarnya. Lebarnya sekitar delapan ubin keramik ukuran sedang, dan panjangnya sekitar dua belas ubin keramik sedang. Cukup luas untuk sebuah ruang misterius yang mirip dengan gudang rahasia.
Remaja enam belas tahun itu mengarahkan senternya ke seantero ruangan. Dinding-dinding ruangan itu berwarna coklat susu, persis seperti ruang kamar asramanya. Hanya saja, ada satu sisi dinding yang berwarna putih gading. Entah apa maksudnya dibuat seperti itu. Perbedaan yang sangat kontras itu membuat Taehyung tidak nyaman sejujurnya, tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak mungkin membeli cat coklat susu dan mengubah warna dinding itu agar senada, kan?
Mari lupakan warna dinding yang berbeda sendiri itu, setidaknya matanya kini berbinar sebab mendapat ruangan baru untuk menaruh buku-buku. Atau mungkin bisa saja ruangan ini dijadikan tempat bolos saat lelah mengikuti les sore—jangan ditiru, Taehyung hanya bercanda.
Dengan wajah yang lebih sumringah, Taehyung kembali pada tujuan awalnya untuk menata ulang buku-buku miliknya. Sore nanti, ketika kedua teman sekamarnya sudah kembali dari aktivitasnya, ia akan memberitahu penemuannya ini dengan bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku-Buku Kamar (VMINKOOK)
FanfictionTaehyung gemar membaca buku, Jungkook hobi berolahraga, dan Jimin menyalurkan bakatnya sebagai dokter kecil di sekolahnya. Bersekolah di Hangmun Boarding School bukan keinginan mereka bertiga, tetapi siapa sangka jika semua adalah takdir yang dituli...