Seminggu dilalui dengan begitu lancarnya. Sekolah ini cukup berbeda dengan sekolah pada umumnya sebab langsung melakukan kegiatan KBM di hari kedua setelah para peserta didik baru datang. Tidak ada masa pengenalan sekolah atau masa orientasi untuk siswa dan siswi baru.
Taehyung baru saja keluar dari kelasnya, bersama Jimin. Jungkook sudah lebih dulu keluar bersama Mingyu dan Yeonjun—ketiganya ingin mendaftar ekstra kulikuler basket.
Tepat di hari jum'at atau hari kelima mereka bersekolah, seluruhnya sudah diwajibkan memilih ekskul atau organisasinya masing-masing. Minimal satu. Jimin sudah menentukan pilihannya untuk bergabung dengan dokter kecil. Anak itu ke depannya pasti akan lebih sering berada di klinik, di bandingkan menghabiskan waktu bersama Jungkook atau Taehyung di kamar.
Taehyung masih bimbang. Sambil menunggu Jimin menyerahkan formulir ke klinik sekolah, Taehyung berkata jika ia ingin pergi ke dapur umum untuk mengambil minuman dingin. Ia sedang ingin jus kotak.
Saat dirinya tengah asyik duduk seorang diri di meja dapur umum, Jungkook datang menghampirinya bersama dua orang anak laki-laki yang sepertinya adalah kakak kelas mereka.
"Kau sendirian di sini? Di mana Jimin?" Tanya Jungkook yang langsung duduk di hadapannya, di susul dua anak laki-laki lainnya.
"Aku menunggu Jimin menyerahkan formulir ke klinik."
"Dia akan mengambil dokcil? Wah! Dia akan bahagia sebab bertemu kakak kelas seperti Seokjin. Hahahaha." Seorang dengan aura keceriaan yang sangat kuat di antara ketiga orang yang baru datang itu berucap heboh. Menurut Taehyung, tawanya cukup menular.
"Memangnya kenapa, Kak Hoseok?" Tanya Jungkook pada laki-laki yang ternyata bernama Hoseok itu. Hoseok tersenyum, "Seokjin itu penanggung jawab asrama yang sangat lucu. Selera humornya benar-benar aneh, hahaha. Tapi dia adalah sosok yang baik dan ramah."
"Hei, kalian membicarakanku?" Seorang laki-laki tinggi dengan wajah bak dewa yunani muncul di ambang pintu dapur dengan Jimin yang mengikuti di belakangnya.
Lelaki dengan wajah seperti kucing yanh sedaritadi hanya terdiam kini membuka suaranya, "Sudah kubilang, jangan bicarakan dia sembarangan. Dia akan muncul seperti tuyul secara tiba-tiba." Ucapnya dengan nada malas. Taehyung dan Jungkook hanya bisa tertawa kecil. Lelaki bernama Seokjin, bersama Jimin ikut menghampiri meja dan bergabung bersama yang lainnya.
"Wah, kalian adik kelasku yang baru? Menggemaskan sekali wajah anak kelas sepuluh tahun ini." Ujar Seokjin, Yoongi menatapnya ogah-ogahan.
"Jadi maksudmu, dulu kita tidak menggemaskan saat kelas sepuluh, Kak?" Tanya Yoongi
"Tidak. Angkatanmu banyak yang membuatku sakit kepala karena sulit sekali diatur dan gemar berpura-pura sakit." Seokjin menjawabnya dengan santai.
"Kau hanya belum tahu, Kak. Kita baru seminggu di sini." Ujar Taehyung, Jungkook dan Jimin menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju. Seokjin terdiam, ia tersenyum kemudian. "Tetap saja kalian imut-imut."
"Aish, dasar pilih kasih." Dumal Yoongi. Yang lainnya hanya tertawa setelahnya.
Seokjin ternyata berasal dari kelas dua belas, sedangkan Hoseok dan Yoongi adalah murid kelas sebelas. Yoongi adalah anggota basket, sedangkan Seokjin adalah anggota dokter kecil, kemudian Hoseok—
"Kau sudah menemukan organisasi atau ekskul yang kau ingin ikuti?" Jimin bertanya pada Taehyung, sedangkan anak itu menggelengkan kepalanya.
"Aku bingung."
"Kau suka buku, bagaimana jika bergabung dengan Kak Hoseok." Saran Jungkook. Hoseok menganggukkan kepalanya.
"Iya, bergabunglah dengan keanggotaan perpustakaan. Dari angkatanmu sudah aaa beberapa yang mendaftar, salah satunya ada Yerin dan Irene." Jawab Hoseok disertai senyuman secerah matahari pagi.
Taehyung berpikir sejenak, dua orang yang disebutkan Hoseok adalah teman sekelasnya—ya sudah pasti, sih. Setiap angkatan kan hanya punya satu kelas. Irene adalah gadis tomboy yang sempat makan bersamanya seminggu yang lalu, kemudian Yerin adalah gadis berambut pirang yang berusara nyaring dan menggemaskan.
"Baiklah, apa aku harus mengisi formulir?" Final Taehyung. Hoseok menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu, hanya mendata nama dan kamar asrama. Aku bisa melakukannya."
"Baiklah, Kim Taehyung dari kamar 060."
"Baiklah, tunggu—berapa?"
"060, Kak." Jelas Jimin.
Yoongi menatap mereka dengan tatapan yang tak dapat dibaca, "Kalian bertiga?" Tanyanya. Kemudian Taehyung, Jungkook, dan Jimin menganggukkan kepala mereka bersamaan.
"Ada apa?" Tanya Jungkook. Ketiga laki-laki yang lebih tua dibandingnya itu menggelengkan kepala.
"Tidak apa-apa, baiklah! Akan aku data nanti namamu, Taehyungie." Ucap Hoseok yang sepertinya mengambil alih kembali suasana.
Taehyung terdiam. Jika teman-temannya sudah bisa kembali bersikap biasa, maka kepala Taehyung kini berisik dengan berbagai pertanyaan tentang nomor kamarnya. Kenapa? Ada apa dengan kamar 060? Kenapa sejak seminggu yang lalu ada saja orang yang terkejut dengan nomor kamar dan jumlah orang di kamar tersebut?
~~~~~~~ Author's Note ~~~~~~
Halo! Sedikit ya??
Iya cuma 600an kata hehehe
Alur cerita ini agak slowburn, jadi aku gak langsung update banyak :DKalau kalian penasaran dan mau cepet aku update lagi, coba tinggalin vomentnya yaa!
Penasaran gak sih apa aja keajaiban aneh di dalam buku ini?
Mau tahu perspektif kalian, kebayang apa aja nih di kepala kalian setelah baca 3 part Buku-buku Kamar???
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku-Buku Kamar (VMINKOOK)
FanfictionTaehyung gemar membaca buku, Jungkook hobi berolahraga, dan Jimin menyalurkan bakatnya sebagai dokter kecil di sekolahnya. Bersekolah di Hangmun Boarding School bukan keinginan mereka bertiga, tetapi siapa sangka jika semua adalah takdir yang dituli...