Chapter 6

661 85 19
                                    


Setelah mendapat pengobatan, Taufan kembali ke rumah nya bersama para elemental lainnya. Taufan terus saja menatap para saudaranya, namun setiap salah satunya bertanya ia akan diam seraya mengalihkan pandangannya.

Sampai juga mereka pada kediamannya, tanpa melihat ke arah Saudara yang lainnya. Taufan langsung meninggalkan mereka dan menuju ke kamar.

"Kak?!" Panggil Gempa yang menghentikan langkah Taufan.

Taufan memutar balik tubuh nya menghadap ke arah Gempa.

"Ada apa?" Tanya Taufan.

"Apa Kakak tidak mau cerita? Bagaimana Kakak bisa disana dan apa yang terjadi?" tanya Gempa yang membuat Taufan berdecik kesal.

"Sudah ku bilang jangan sekarang!! Kenapa kalian terus saja menayakan itu padaku? Apa urusan kalian? Berhenti bertanya seperti itu!! Biar kan aku sendiri!!" Kesal Taufan lalu pergi dengan cepat meninggalkan yang lain.

Gempa tersentak dengan ucapan Taufan yang di lontarkan dengan nada tinggi, dan Para Elemental hanya bisa mematung di tempatnya mendengar ucapan Taufan.

Mimik wajah Gempa pun perlahan menjadi murung dan ia menundukkan pandangannya.

"Sabar Gem, Taufan tidak bermaksud seperti itu," ujar Hali seraya menepuk pelan pundak sang adik.

Gempa pun mengangguk seraya berkata, "Aku paham Kak,".

Hali menatap khawatir lantai atas dimana Taufan berada, dan ia meminta para adiknya untuk makan malam terlebih dahulu. Setelah selesai acara makan malam, Hali meminta Gempa menyiapkan satu porsi makanan. Dan Gempa pun mematuhinya, ia menyiapkan makanan sesuai perintah kakaknya dan menaruhnya di nampan.

"Terimakasih Gem," ucap Hali seraya menerima nampan yang di bawa oleh Gempa, dan Gempa pun membalasnya dengan senyuman.


Hali menaiki anak tangga satu persatu dan mengetuk pelan pintu kamar Taufan.

Tok.. tok.. tok..

"Tauf?! Kau sudah tidur?" tanya Halilintar di balik pintu.

Tidak ada sahutan apapun dari dalam, Hali yang penasaran pun membuka pintu kamar secara perlahan. Mulai tampak lah kamar yang begitu gelap walau cahaya bulan masuk melewati sela sela.

"Taufan?!" Panggil Hali.

Hali menyalakan lampu kamar sehingga membuat penghuni kamar tersebut terlihat, ia memiringkan kepalanya seraya tersenyum menatap adiknya yang terlelap dengan surai putih nya yang terus terkibas angin dari luar karna jendela yang tidak tertutup.

"Hey!? Kau belum makan kan? Bangun lah!!" ujar Hali dengan lembut seraya menggoyangkan pelan tubuh Taufan.

Taufan yang merasakan adanya suara dan sesuatu yang menyentuh tubuhnya, ia membuka matanya perlahan. Butuh beberapa detik untuk pandangannya jelas dan mulai tampak lah seseorang, dan itu adalah Halilintar.

"Kak Hali?" cicit Taufan pelan.

"Ayo makan dulu!!" 

Taufan pun bangun dan duduk di kasur nya, ia mengangguk dan mengambil nampan yang di bawa oleh Hali. Sedikit demi sedikit ia memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Taufan aku-"

"Jika Kak Hali ingin bertanya mengenai kejadian hari ini, lebih baik pergi!!" ucap Taufan yang memotong perkataan Hali.

Taufan kehilangan nafsu makannya dan meletakkan sendok yang ia pegang. Hali pun menghela nafas panjang melihat tingkah Taufan yang menjadi aneh.

"Awal nya itu yang ingin ku tanyakan, tetapi tidak jadi. Dan aku mohon, dengarkan aku dulu!!" ujar Hali.

"Dari markas TAPOPS-U, tadi terdapat sinyal merah. Dan itu adalah kapal angkasa dengan warna hitam menyeluruh, kami semua terus bertanya kepadamu. Karna kami khawatir, bagaimana kau bisa tiba tiba menghilang dan berada disana, kami takut kejadian hari ini berhubungan dengan kapal angkasa itu," jelas Hali.

"Jangan diam saja Taufan!! Cerita saja jika kau memiliki masalah," ujar Hali seraya tersenyum tipis.


Taufan mendengarkan ucapan Hali lalu menghela nafasnya, menaruh nampan yang berisi makanan di meja sebelah ranjang. Ia merebahkan tubuhnya di kasur lalu menutup nya dengan selimut.

"Sampai kapanpun aku tidak akan siap menceritakannya pada kalian!!" ujar Taufan dari balik selimut.

Hali menatap Taufan lalu pergi meninggalkannya sendirian di kamar. Tak lupa mematikan lampunya lagi dan menutup pintu, karna Taufan tidak suka terang padahal dulu dia tidak suka gelap.


Terlihat para adiknya sedang duduk di sofa ruang tengah saat Hali menuruni tangga.

"Bagaimana Kak?" Tanya Blaze.

Hali menggeleng.

Tatapan mereka semua terlihat murung, Taufan berubah secara tiba tiba. Bahkan tidak mau menceritakan kejadian yang telah di alaminya.

Mereka semua hanya bisa pasrah, dan hanya bisa menunggu Taufan sampai siap untuk bercerita.


Posisi Taufan

Ia masih menutupi dirinya dengan selimut, perlahan membuka nya dan duduk di ranjangnya. Taufan menjambak rambutnya sendiri dan air matanya perlahan menetes.

Tes.. tes..

"Hiks.. hiks.. maaf, maaf kan aku.. hiks.. aku tidak bisa menyeret kalian ke dalam masalah ini.. maaf kan aku!!" lirih nya.

"Biarkan aku yang melindungi kalian, aku tidak ingin kalian hancur, bahkan.. hiks.. aku.. aku ingin kalian tetap hidup dan aku ingin Ochobot tetap hidup juga,"

"Aku hanya perlu mematuhi nya dan kalian akan selamat,"


"Jadilah bonekaku, patuhi semua perintahku. Atau.. seluruh saudaramu akan musnah"

"Berikan Powers Sphera itu, segera!! Atau aku yang akan mengambilnya,"

Kalimat yang selalu membuat Taufan dilema, ia sempat mengingat ucapan itu datang dari seseorang. Dan saat ia terbangun, dirinya sudah berada di rumah sakit bersama para elemental.

Namun, ada satu kalimat terakhir yang sempat ia dengar..

"Berikan dia atau aku yang akan datang,"

Sudah pasti Taufan tidak akan menyerahkan Ochobot pada orang jahat sepertinya, Taufan pun bingung harus memilih siapa. Saudara atau robot kesayangannya yang telah membantunya mendapat kehidupan.

"Aku bingung, aku harus memilih siapa?" guman nya seraya menangis.


Bersambung.

Hallo

Maaf pendek

Doain besok nilai raport author bagus ya


oke skip

Taufan akan memilih siapa? Ada yang tau?

Siapa musuh itu? Retak'ka? Atau Ejojo? emm nggak tau juga nih.

Tunggu terus yah kelanjutan dari cerita ini.

jangan lupa vote, komen, follow.

maaf Typo bertebaran

bay bay

Terulang KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang