Pagi-pagi sekali Greenie sudah bersiap untuk pergi bersama sang pangeran tampan. Katanya ada salah satu tempat yang ingin didatangi oleh laki-laki itu. Greenie mau pergi asalkan keselamatan nyawa dari sahabatnya terjaminkan dan Abraham mengiakan syarat yang diberikan oleh Greenie.
Entah mengapa rasanya begitu berbeda pergi dengan lawan jenis kembali. Jantungnya selalu berdebar tidak karuan berada di dekat laki-laki itu. Belum lagi napas Abraham begitu terasa di samping leher Greenie. Posisi mereka kini sedang menunggangi kuda dengan Greenie yang duduk di depan. Ia tidak tahu ke mana Abraham membawanya pergi. Setiap kali ia bertanya, laki-laki itu selalu berkata bahwa itu merupakan kejutan.
Greenie menghela napas lega merasa bahwa kuda yang dinaiki berhenti. Mau tidak mau ia harus turun dari kuda itu setelah Abraham. Untung saja pakaian yang dikenakan tidak terlalu berat serta ribet. Memudahkan ia turun dari kuda itu tanpa ada halangan. Tatapan mata Greenie tertuju ke arah depan sana. Di mana hamparan laut terpampang dengan jelas, suara desiran ombak membuat suasana hati Greenie terasa tenang. Bahkan di belakang laut itu terdapat sebuah gunung, yang entah gunung apa. Warna lautnya pun sangat unik biru muda, bahkan airnya pun sangat jernih.
Greenie mengulas senyum lebar, berlari kecil di atas pasir putih itu tanpa alas kaki. Jika sudah menemukan tempat ternyaman, maka Greenie akan melupakan apa yang terjadi di sekitarnya. Ia masih berlarian seperti anak kecil di atas pasir putih itu. Tidak lupa juga dengan bermain bersama ombak yang sedang pasang surut.
Abraham yang melihat wajah ceria Greenie, diam-diam mengulas senyum penuh arti. Sorot matanya berbinar teduh melihat betapa bahagianya gadis itu bermain dengan ombak. Ia merasa tidak menyesal mengajak gadis itu ke sini.
"Kau tahu? Apa yang baru saja kau lakukan tadi, mengingatkanku kepada kakak ketiga, dia sangat menyukai laut, pantai, serta ombak. Dan kau sama persis seperti dia."
Sontak saja Greenie langsung berhenti, membeku di tempat mendengar suara Abraham. Laki-laki itu berjalan mendekat, baru kali ini Greenie melihat laki-laki itu tanpa jubah merah. Bahu tegapnya pun terlihat begitu kentara, sangat macho.
"Lalu mengapa kau mengajakku ke sini? Apa kau ingin mengenang masa lalu?" tanya Greenie menatap mata Abraham penuh arti.
Sungguh, tatapan mata itu begitu candu. Bahkan berbeda dengan ia menatap Dias. Abraham benar-benar bisa membuat jantung Greenie hampir lepas, hati pun ikut berdebar dibuatnya.
"Aku sudah cukup mengenang masa lalu. Bagaimana denganmu? Apa kau tidak merindukan rumahmu?" tanya Abraham sembari menatap ke hamparan laut sana.
Greenie pun ikut menatap apa yang sedang ditatap oleh Abraham. Kemudian, menghela napas pelan. Sejujurnya ia rindu, merindukan kedua orang tuanya. Hanya saja ia sama sekali belum menemukan jalan keluar agar bisa kembali dari dunia ini. Soal buku sudah ditemukan, tetapi tidak ada petunjuk apa pun di dalam buku itu.
Tunggu, satu hal yang tidak dimengerti oleh Greenie yakni ucapan Abraham. Laki-laki itu seakan-akan tahu darimana ia berasal. Lebih parahnya lagi, Greenie baru menyadari bahwa sedari tadi mereka berbicara dengan bahasa informal. Seolah-olah mereka seperti dua orang yang saling mengenal.
"Mungkin saja," ujar Abraham mengulas senyum penuh arti, menjawab apa yang ada di kepala Greenie. Hal itu membuat Greenie mengerutkan dahi tidak mengerti.
"Mungkin saja kita merupakan dua insan yang dulunya saling mengenal." Abraham memperjelas apa maksudnya. Tangannya tanpa sengaja, mengacak-acak rambut Greenie dengan pelan.
Apa yang dilakukan oleh Abraham mampu membuat tubuh Greenie membeku. Aliran darah serasa berhenti, jantungnya pun seperti berhenti berdetak. Padahal apa yang dilakukan oleh Abraham sangat umum. Sering kalo dilakukan oleh Dias, entah mengapa Greenie jadi merindukan sang pujaan hati di sana. Apakah Dias mencarinya dan menyusul ke Villa. Namun, apa yang dilakukan oleh Abraham benar-benar membuat Greenie hampir gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Fantasi Greenie || END
FantasyA story Hasnabillah Firdha Zany "Semua yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang, ternyata benar adanya."