Rindu Rumah

79 5 0
                                    

Sepertinya Greenie sudah terlanjur lama pergi. Ia merasa bahwa kesehariannya di kerajaan itu sangat membosankan. Mereka tidak bisa keluar, malah terkurung dalam kamar. Mereka terlalu takut bertemu dengan ratu dan raja, bahkan orang-orang yang terus terang menatap ke arah mereka dengan tatapan sebelah mata.

"Gue kangen ibu sama ayah, mereka lagi ngapain, ya?" tanyw Greenie kepada dirinya sendiri. Tatapan mata tertuju ke arah langit-langit kamar.

Benar-benar sangat membosankan berada di dalam kamar terus-menerus. Bahkan ia sama sekali belum menemukan buku tebal itu. Seperti ada yang sengaja mengambil atau mungkin menghancurkan buku itu agar mereka tidak bisa kembali ke dunia yang seharusnya.

"Bener, gue kangen mochi anjing pintar gue," sahut Mute dengan tatapan mata tertuju keluar jendela.

"Gue lebih kangen HP gue. Bosen banget enggak bisa login pabji," kata Cia mengembuskan napas berat.

Ketiga gadis itu benar-benar berwajah masam sekarang ini. Greenie ingin meminta bantuan kepada Abraham, tetapi ia merasa sungkan. Apalagi akhir-akhir ini laki-laki itu sedang sibuj menengahi masalah tentang konflik dengan kerajaan seberang.

Greenie hanya bisa berdoa serta tetap berusaha agar bisa menemukan buku itu. Setelah ketemu, ia akan mencari jalan keluarnya sampai ke akar-akarnya. Agar mereka bisa kembali ke dunia yang seharusnya.

Greenie jadi merasa menyesal mengajak para sahabatnya itu untuk ikut serta. Hidup di zaman seperti ini ternyata membosankan, tidak ada internet, kafe, dan mall yang bisa mengalihkan pikiran mereka. Malah yang ada mereka selalu tertimpa sial dan masalah terus- menerus.

"Lo enggak curiga sama Angie?" Tiba-tiba saja satu pertanyaan itu terlontar dari mulut Cia. Ia menelan ludahnya sendiri, berusaha tidak menuduh yang tidak-tidak kepada sang sahabatnya itu.

"Gue ngerasa Angie yang sekarang bukan Angie yang gue kenal. Bahkan sekarang, dia sinis banget sana gue," lanjut Cia melontarkan apa yang selama inu terbesit dalam benak.

"Cia bener. Gue juga ngerasa aneh sama sikap Angie yang sekarang. Bahkan gue punya firasat bahwa tuh orang bakalan khianat sama kita." Mute menyetujui, bahkan memanasi-manasi.

"Jangan sudzon gitu, Mut, Ci. Siapa tahukan Angie tertekan karena tinggal si sini?"

"Lo mah terlalu naif, Enni. Bukti dia keluar masuk kamar tanpa izin. Seolah-olah dia itu udah kenal setiap sudut dari istana ini."

Greenie bungkam, ia memikirkan aoa yang dikatakan oleh Mute. Ucapan itu ada benarnya, Angie selalu menghilang tanpa meninggalkan pesan. Lalu kembali dengan wajah masam, Greenie merasa bahwa Angie seperti sedang dikendalikan oleh seseorang.

"Kita harus segera pulang. Gue takut terjadi kenapa-napa sama kita di sini."

"Gimana caranya? Buku petunjuknya aja hilang," keluh Cia dengan perasaan campur aduk.

Dunia Fantasi Greenie || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang