Kekonyolan Teman-Teman Greenie

102 5 0
                                    

Puas berjalan-jalan membeli barang yang membuat ketiga sahabatnya penasaran, kini mereka memilih berkumpul di satu kamar yang sama. Bersyukur bahwa sang pangeran memiliki uang banyak, sehingga mampu membelanjakan mereka barang-barang yang entah digunakan untuk apa.

"Kalian beli barang-barang ini buat apa, sih? Mana segala ada baju, kalian suka sama pakaian di sini?" Greenie menatap kesal kepada sahabatnya itu.

Pasalnya saat di pasar tadi, mereka sempat mempermalukan pangeran Abraham. Membuat Greenie merasa tak enak hati saja. Padahal laki-laki itu sudah sangat baik mengikuti apa yang ketiga sahabatnya itu mau.

"Lihat guys, gue beli topi kelinci," ujar Cia yang memakai topi berbulu dengan telinga yang masih bergerak-gerak sendiri.

Mute dan Angie tertawa melihat betapa lucunya Cia memakai topi itu. Mereka kembali membuka dan melihat-lihat barang yang dibeli. Sungguh, Greenie tidak habis pikir bisa tahan berteman dengan mereka yang notabe-nya sering membuat malu. Sangat konyol sekali. Belum lagi dengan berbagai pakaian yang mereka jadikan OOTD, lalu Angie berperan bak fotografer dengan kamera tak kasat mata mencoba memberi pengarahan kepada Cia sebagai modelnya.

Membuat Grenie menepuk kening saja. Ia memilih merebahkan diri di atas ranjang, pikiran berkelana agar ia bisa mencari jalan keluar dari masalah ini. Takut kalau mereka akan terjebak selamanya di dunia yang asing.

"Guys! Kita mesti cari jalan keluar, supaya kita bisa pulang," ucap Greenie.

Ucapan Greenie membuat ketiga sahabatnya itu langsung diam sekaligus mendekat ke arah ranjang. Untung saja ranjang dalam kamar itu terlihat besar dan melebar, cukup untuk mereka berempat yang memiliki tubuh kurus.

"Tapi gimana caranya? Buku yang kita bawa aja udah enggak ada."

"Maka dari itu, kita mesti cari tahu apa penyebab kita bisa masuk ke dunia ini," kata Greenie lagi.

"Tunggu, di sini ada perpustakaan enggak, sih? Siapa tahu 'kan buku itu nyantol di rak perpustakaan," sahut Cia.

Sontak saja Greenie beranjak bangun dari posisi rebahannya. Menatap Cia dengan binar bahagia. Tumben sekali Cia memiliki usul yang tepat. Mustahil sih kalau di zaman kerajaan ini tidak ada yang namanya perpustakaan.

"Fiks, besok kita harus cari tahu. Nanti gue tanya ke si Abraham soal perpustakaan itu."

***

Sesuai kesepakatan kemarin, kini Greenie berada di perpustakaan kerajaan. Banyak sekali buku-buku yang berdebu, bahkan tebal sekali. Pasti salah satu buku tersebut ada hubungannya dengan sejarah. Greenie terlihat fokus mencari buku dengan cover hijau yang sisinya terdapat berbagai tumbuhan.

Sementara ketiga sahabatnya malah asik makan di meja sana. Mereka tidak henti-hentinya memuji masakan si kepala dapur, manisan serta camilan membuat Cia ketagihan, begitu juga dengan Angie dan Mute. Sampai mereka berani meminta lebih.

"Kamu menyukai buku, ya?"

Suara Abraham mengejutkan Greenie yang sedang membaca. Sedari tadi, ia memang memerhatikan gerak-gerik gadis itu. Mengagumi kecantikan gadis itu seorang diri, Greenie memiliki kecantikan alami yang mampu menarik lawan jenisnya.

"Bisa dibilang begitu. Kau juga?"

Abraham mengangguk mengiakan. Setiap harinya ia selalu ada di perpustakaan, ia salah satu seorang pangeran yang memiliki kepribadian unik. Jika pangeran lain memilih menghabiskan waktu luang di akademi militer seperti pemanah, pemedang handal, serta tentara. Justru Abraham lebih tertarik dengan buku serta ilmu pengetahuan. Walaupun ia sering diejek oleh dua kakak laki-lakinya itu.

Namun, Abraham tidak peduli. Ia menjalani hidup sendiri tanpa mau memedulikan berbagai ejekan dari orang-orang istana.

"Kau pasti salah seorang Pangeran pintar di sini. Oh ya, katamu hanya orang dari kalangan tertentu saja yang memilii kekuatan sihir. Apa kau memiliki kekuatan sihir?"

Abraham menggeleng, ia tidak akan memberitahu perihal kekuatan apa saja yang dipunya. Setiap keluarga memiliki satu kekuatan yang berbeda-beda. Ia tidak ingin menjadi bahan atensi semua pelayan di sini.

Pintu perpustakaan dibuka dengan kasar, salah seorang pengawal masuk dengan wajah memucat serta napas memburu. Zab yang berada tidak jauh, langsung datang menghampiri menopang tubuh sang kawan. Abraham serta Greenie langsung mendekat mendengar suara itu.

"Maafkan hamba Pangeran, apabila hamba lancang memasuki perpustakaan ini tanpa sopan santun. Kedatangan hamba ke sini ingin memberitahukan bahwa wilayah utara sudah diserang oleh kerajaan Mahastra."

Greenie merasakan hawa berbeda dalam ruang perpustakaan. Kilatan amarah terpatri di balik manik hitam laki-laki itu. Dengan langkah lebar, Abraham berjalan meninggalkan perpustakaan itu tanpa mengatakan sesuatu kepada Greenie. Pasti laki-laki itu sedang marah sekaligus menuju tempat di mana kekacauan sedang terjadi.

"Dia keliatan marah banget," ujar Mute melihat ke arah depan sana.

"Kayaknya ada keributan di wilayah utara. Tapi biarin deh, soalnya gue udah nemu nih bukunya. Tinggal cari cara supaya pintu itu kebuka dan kita ditarik ke dunia kita lagi."

Dunia Fantasi Greenie || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang