Angie Yang Tersihir

80 5 0
                                    

Dugaan Greenie ada benarnya. Sikap Angie berubah menjadi aneh, bahkan ia sama sekali tidak mengenal Angie yang sekarang. Biasanya setiap pagi, mereka akan bergosip bahkan saling mengejek satu sama lain. Akan tetapi, tidak sekarang ini. Angie malah lebih dulu keluar dari kamar. Entah mau pergi ke mana, saat Greenie menegur sekaligus bertanya. Justru dirinya malah dibentak.

"Angie kenapa, Sih? Kok aneh gitu?" tanya Cia merasa aneh dengan perubahan sikap Angie yang mendadak seperti itu.

Greenie hanya mengangkat bahu tidak tahu. Tatapan mata tertuju ke depan, menatap hamparan bunga yang terlihat begitu cantik. Tidak lupa dengan menyeruput teh hangat, sangat menenangkan menikmati teh di tengah-tengah bunga yang bermekaran. Bahkan mereka juga tidak berterima kasih kepada putra mahkota yang telah membebaskan tuduhan palsu itu.

"Gue ngerasa kayak ngelihat orang asing di tubuh Angie. Angie kayak dikendaliin enggak, sih?" Mute melontarkan pendapatnya mengenai perubahan sikao Angie.

Seharusnya Angie ada di sini menikmati acara kumpul mereka. Sampai membicarakan hal- hal random. Berdiskusi tentang bagaimana mereka harus pulang. Mata Greenie tiba-tiba membulat teekejut saat menyadari bahwa buku yang ia sembunyikan di bawah ranjang menghilang. Greenie baru ingat sekarang.

"Lo liat buku yang gue simpen di bawah kasur? Buku yang gue bawa dari perpustakaan?" Greenie bertanya kepada sua sahabatnya.

Namun, gelengan di kepala dari mereka membuat Greenie langsung berlari menuju kamar. Begitu juga dengan Cia dan Mute yang ikut berlari ke mana Greenie pergi. Mereka menatap penasaran kepada sahabat yang tengah mengacak-acak kamar mereka mencari buku yang dimaksud.

"Bukunya ilang!" teriak Greenie dengan panik.

Padahal ia bersusah payah mencari buku tersebut di perpustakaan itu. Bahkan menghabiskan beberapa jam di dalam itu. Mengusap wajah dengan kasar, mencoba mengingat- ingat di mana terakhir kali ia menaruh buku itu.

"Kok bisa ilang, Ni? Perasaan enggak ada tuh yang masuk ke kamar kita," ujar Cia merasa bingung sendiri.

"Gue juga enggak tahu. Ah, padahal buku itu satu-satunya petunjuk buat kita bisa pulang!

Gue enggak mau ada di sinu terus," ucap Greenie melirih.

***

Langkah Airleen terhenti saat merasakan sihir yany dimaksud oleh Gerild. Ia menatap ke arah belakang, mengerutkan dahi melihat salah satu tamu Abraham berjalan menuju halaman belakang istana. Tempat tersepi, bahkan tempat yang tidak pernah disorot oleh matahari. Dari gerak-gerik tubuhnya saja, Airleen merasa bahwa gadis itu telah dipengaruhi oleh sihir Yoshisa.

Dengan langkah mengendap-endap, Airleen mengikuti gadis itu dari belakang. Bersembunyi di balik dinding melihat interaksi dari gadis itu bertemu dengan seorang laki-laki bertudung. Membuat Airleen merasa kesusahan melihat wajah dari orang tersebut. Bahkan Airleen bisa melihat bahwa orang yang ditemui oleh gadis itu merupakan si pemilik sihir langka yang bernama yoshisa.

"Dia anggota kerajaan?" tanya Airleen kepada dirinya sendiri.

Bahkan ia bisa melihat kabut hitam di sekujur tubuh Angie. Pasti penyebab gadis itu terkena sihir yaitu dengan cara menghirup ataupun sedang fokus dengan sesuatu. Mata Airleen menyipit melihat sebuah benda melingkar di pergelangan tangan orang pemilik sihir tersebut.

"Kepala kepolisian? Bukankah itu gelang yang dipakai oleh anggota kepolisian?" tanya Airleen.

Sadar bahwa posisinya rentan ketahuan, Airleen memilih beranjak pergi dari sana. Ingin memastikan terlebih dulu bagaimana gadis itu bisa terkena sihir itu. Setahunya sihir itu akan menyebar ke orang yang merupakan targetnya.

"Kau mau ke mana?"

Airleen hampir dibuat jantungan oleh suara Abraham yang entah sejak kapan ada di belakangnya. Ia tidak menggubris, malah melanjutkan langkah menuju taman. Sementara Abraham dibuat bingung dengan kelakuan sang kakak yang tampak menghirup semua bunga yang ada di taman. Bahkan ia sempat mengusir beberapa pelayan yang melewati taman itu.

Takut kalau nanti Airleen merasa malu dilihat oleh beberapa pelayan istana. "Ketemu!"

Sontak saja Abraham langsung menghampiri Airleen yang sedang berjongkok menatap bunga berwarna merah dengan kepala putik berwarna oren. Melihat apa yang dilihat oleh Airleen membuat Abraham mengerutkan dahi saja.

"Bunga ini penyebab gadis itu terkena sihir. Dan aku sudah menemukan pelakunya," ujar Airleen sembari memetik bunga tersebut, lalu menggenggam bunga tersebut sampai hangus menjadi abu.

"Kau sudah menemukan pelakunya, siapa?"

Sontak saja tubuh Airleen tersungkur ke tanah saking terkejutnya melihat Gerild tiba-tiba datang di hadapan mereka. Tak lupa juga dengan berbagai umpatan dari mulut Arileen untuk Gerild.

"Kau bisa tidak, tidak memakai kekuatanmu sembarang. Mentang-mentang bisa menghilang, datang dan pergi seenaknya," ujar Airleen dengan sinis.

"Katakan, siapa pelakunya?" tanya Gerild mengalihkan topik pembicaraan. Ia hanya ingin masalah inu cepat terselesaikan.

"Salah satu dari pihak kepolisian kerajaan. Kau bisa membuntuti satu per satu dari mereka," balas Airleen apatis.

"Kepala kepolisian kerajaan?" Pernyataan dari Abraham, mampu membuat Gerild dan Arileen saling pandang sembari mengulas senyum penuh arti.

"Pasti si tua bangka itu!"

Dunia Fantasi Greenie || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang