Greenie tampak bersemangat memakirkan motor vespanya. Ia langsung berlari menuju lapangan basket, tempat biasa ia dan sahabatnya bertemu. Langkah Greenie berhenti, matanya berbinar melihat Angie dan Cia sedang bermain ponsel pasti mereka sedang main bareng game. Serta Mute yanh sedang ngemil snack potabe. Ternyata mereka juga ikut pulang, bersyukur mereka masih bisa kembali dengan selamat.
Walaupum ada sedikit masalah serta Angie yang jatuh koma di dalam dimensi itu. Greenie berlari kecil mendekat ke arah sahabat. Lalu merangkul bahu Angie dengan sayang. Mendapatkan rangkulan secara tiba-tiba, membuat Angie sangat marah.
"Gue seneng kalian bisa balik," ujar Greenie sembari menyeka sudut mata yang berair. "Gue juga sama. Tapi kok tiba-tiba ada di kamar, ya? Perasaan kita pergi lama, ya, kok ini
kita udah balik setelah libur dua hari."
Greenie setuju dengan pendapat Mute. Hal itulah yang dibingungkan oleh Greenie. Bahkan mereka tidak bisa menemukan buku tebal itu lagi.
"Gue ngerasa kayak mimpi, tapi bukan mimpi," sahut Cia menghentikan aktivitasnya bermain game online.
"Sama gue juga. Mana gue belum sempat kenalan sama pengawal pangeran Abraham," tutur Mute sembari mengembuskan napas kasar.
Tatapan Greenie tertuju ke arah Angie yang sama sekali tidak berkomentar apa pun. Ia takut kalau sang sahabat marah. Sadar bahwa sedari tadi ditatap sedemikian lekat, membuat Angie mengangkat wajah menatap ke arah Greenie penuh dengan tanya.
"Kalian kenapa ngelihatin gue sampe segitunya?" tanyq Angie, memasukkan ponsel ke dalam saku celana yang dikenakan.
"Maafin gue, Ang." Greenie langsung menghabur ke dalam pelukan Angie. "Gue udah maafin kok. Gue juga minta maaf."
"Itu bukan salah lo, Ang. Itu salah orang jahat itu. Gue bersyukur bisa melihat orang yang gue pedulikan berdiri di sini sekarang," lontar Greenie mengulas senyum penuh arti.
Cia dan Mute terharu mendengarnya. Membuat keempat sahabat itu langsung berpelukan melepas rindu. Petualangan yang mereka alami sangat seru, serta menakutkan. Ia selalu lari dalam kenyataan serta dikejar-kejar oleh orang jahat. Semua yang dialami benar terjadi, tetapi mengapa mereka begitu bisa pulang dalam posisi sehabis bangun tidur.
Semua petualang yang dilakukan oleh Greenie beserta ketiga sahabatnya merupakan suatu petualangan yang sangat seru. Banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik oleh Greenie tatkala peristiwa itu.
Tanpa Greenie sedari, buku tebal tersebut menyala seperti permata. Ia bersyukur bisa kembali bersekolah, berkumpul dengan sahabat, dan berbaikan juga. Semua yang terjadi sudah berakhir, kini Greenie tidak mau penasaran lagi dengan apa yang belum pernah dilihat. Terakhir kali ia penasaran, hamper membuat salah satu sahabatnya dalam bahaya.
"Semua yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang, benar ada." Greenie mengulas senyum penuh arti saat tahu bahwa dirinya pernah menjelajahi dimensi tersebut, bahkan bertemu dengan sang pangeran pujaan hati.
TAMAT!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Fantasi Greenie || END
FantasyA story Hasnabillah Firdha Zany "Semua yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang, ternyata benar adanya."