6.jurnal lagi

317 42 4
                                    

Haloo semuanyaaa, ketemu lagi nih, gimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan baik ya

Btw kalian tenang aja kok,insyaallah cerita aku yang ini bakalan aku selesein sampai end,ga peduli ramai atau ngga,soalnya aku ngga mau mengecewakan readers aku yang udah setia sama cerita ini💕

Btw lagi Jangan lupa VOTE dan KOMENTAR yaa... karena vote dan komentar kalian berarti sekali buat aku dan ceritaku ini hihi mohon kerjasamanya ya,vote ga lama kan?tinggal pencet bintang disisi bawah kiri hehe love you kaliann💕
OH IYA KALAU ADA TYPO MAAF BANGET YA🙏🏻KALAU KETEMU KATA TYPO NYA BOLEH BANGET KASIH TAU NTAR AKU PERBAIKI HIHI💕

Happy reading sayang sayangku💕

Sungguh zana sudah tau apa yang akan terjadi kepadanya dalam hitungan menit lagi.

Kakinya melangkah pelan menuju kamarnya, dan menuju kamarnya itu harus melewati ruang keluarga, zana sudah bisa menebak, pasti keluarganya sedang berkumpul.

"Zana pulang" dan benar saja keluarganya sedang berkumpul di ruang keluarga seperti biasanya, dan selalu tanpa zana.

"Zana kesini sebentar, papa mau ngomong" ucap papanya pada zana.

"Kenapa pa?" Tanya zana saat sudah berdiri di samping papa nya.

"Benar apa yang dikatakan oleh Abang Abang mu ini? Zana papa tidak pernah mengajarkan kamu seperti itu, coba lihat Ambar dia anak yang baik dan penurut" ucap papanya dengan suara yang agak tinggi.

Zana mengkerutkan dahinya, memang apa yang zana lakukan?.

"Papa ngomong apa sih? Zana ga paham".

"Apa benar kamu menjual dirimu kepada anak baru di sekolahan mu zana? Itu sangat memalukan sana" sang mama tiri ikut berbicara.

"Ma udahlah, mungkin zana khilaf" ucap Ambar.

"Demi tuhan, zana ga pernah menjual tubuh zana kepada orang orang, Abang kenapa ngomong gitu sama papa?" Ucapnya sembari menahan suara isakannya.

"Dan buat Lo, gue ga pernah bikin salah sama Lo, tolong jangan ganggu gue" mohonnya kepada Ambar.

"Jaga bicaramu dengan kakakmu zana" sang papa mulai berdiri dari bangkunya dan diikuti oleh yang lain.

"Gue cuman berusaha ngebelain Lo zana, lagian kalau Lo kurang uang untuk jajan minta aja ke gue atau ke Abang yang lain, jangan jual tubuh Lo" balas Ambar kepada zana.

"Kalian ada bukti?" Tanya zana.

"Bukti tadi kurang? Lo pikir mana ada yang mau ngebelain Lo kayak gitu tadi di kantin selain Lo kasih tubuh Lo" balas andra.

Runtuh sudah pertahanan air mata zana, air matanya sudah menetes, serendah itu kah dirinya di hadapan keluarga nya?.

"Demi tuhan bang, aku aja baru liat mereka tadi pagi, aku ga kenal sama mereka, dan buat Lo, uang gue masih cukup dan masih lumayan banyak, kalaupun gue udah ga ada uang sepeserpun gue ga akan jual tubuh gue, uang yang mama sama daddy gue kasih lebih dari cukup, demi tuhan pa, zana ga ngejual tubuh zana sama orang lain" ucap zana sambil terisak.

"Zan jangan bohong sama orang tua, ga baik" ucap Ambar yang mampu membuat zana emosi dan menaikkan intonasi suaranya.

"Gue ga pernah bohong sama orang tua mbar! Apalagi itu papa! Aku ga habis pikir sama kalian, semudah itu dan serendah itu harga diri aku di mata kalian?".

"Jaga bicara Lo! Maksud Lo bentak Ambar apaan?!" Bentak Wira kepada zana.

"Makin berani aja ya Lo ngelawan!" El mencengkram lengan zana dengan kuat, mungkin akan meninggalkan bekas nanti sangking kuatnya.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang